Hawe Pos Edisi 14/Mei/2006
Pengantar Redaksi
SABTU, 8 April 2006. Sinar matahari belum begitu terik. Sebuah mobil mikrolet berwarna kuning tua menuju taman yang berada di samping sebuah bangunan tua. Sejurus kemudian, puluhan orang telah duduk lesehan di kompleks taman itu.
“Silakan sekarang kalian mencari berita di sekitar kompleks Kota Lama ini. Apapun bisa dijadikan berita. Jam 12 siang nanti, kalian harus sudah sampai di tempat ini lagi,” ucap seorang yang berada di tengah kerumunan itu.
Hari itu, Tim Litbang Hayamwuruk tengah mengadakan kegiatan Ruang Magang. Acara ini sebagai puncak dari proses magang dasar yang telah berlangsung sekitar satu semester. Dari sini peserta magang diharapkan mampu melakukan reportase, dari mencari tema, wawancara, sampai menulis berita.
Hawe Pos Edisi 14/Mei/2006
Pengantar Redaksi
SABTU, 8 April 2006. Sinar matahari belum begitu terik. Sebuah mobil mikrolet berwarna kuning tua menuju taman yang berada di samping sebuah bangunan tua. Sejurus kemudian, puluhan orang telah duduk lesehan di kompleks taman itu.
“Silakan sekarang kalian mencari berita di sekitar kompleks Kota Lama ini. Apapun bisa dijadikan berita. Jam 12 siang nanti, kalian harus sudah sampai di tempat ini lagi,” ucap seorang yang berada di tengah kerumunan itu.
Hari itu, Tim Litbang Hayamwuruk tengah mengadakan kegiatan Ruang Magang. Acara ini sebagai puncak dari proses magang dasar yang telah berlangsung sekitar satu semester. Dari sini peserta magang diharapkan mampu melakukan reportase, dari mencari tema, wawancara, sampai menulis berita.
Acara ini sekaligus sebagai forum kritik bersama antara pengelola dan peserta magang. Tim Litbang selaku pengelola dan penyelenggara magang, pada akhir acara akan memberikan hasil evaluasi. Peserta magang juga bisa menyampaikan masukan atau kritikan kepada pengelola atas penyelenggaraan magang dan juga hasil penilaian.
SETAHUN yang lampau, kami berada di tempat ini, melakukan seperti yang kami lakukan Sabtu itu. Puluhan orang kami bawa dari berbagai kota. Bahkan ada yang datang dari luar pulau Jawa.
Mereka kami ajak menyusuri Kota Lama. Ada yang hanya berfoto-ria, ada juga yang serius mencari berita. Ya, pertengahan Februari 2005 itu Hayamwuruk tengah menjadi penyelenggara Workshop Jurnalisme Sastrawi. Dan orang-orang itu tengah mendapat tugas hunting berita.
Setahun berlalu. Banyak peristiwa terjadi, dari yang berkesan, sampai yang mungkin telah terlupakan. Dari pro-kontra RUU Antipornografi dan Pornoaksi (APP) sampai dengan kabar akan meletusnya Merapi. Kami berusaha merekam, menyajikannya kepada pembaca sekalian dengan bahasa yang ringan dan santai. Meski pada akhirnya kami kewalahan karena banyaknya peristiwa yang tidak tercatat sehingga tidak dapat kami sajikan kepada pembaca sekalian.
Oleh karena itu, sesekali kami perlu pergi ke suatu tempat untuk melepas kepenatan rutinitas redaksi. Seperti yang kami lakukan Sabtu itu, jalan-jalan ke Kota Lama, mencari kembali jejak-jejak yang tertinggal dan merangkainya menjadi sebuah berita seperti yang kami sampaikan ini.
Indah sekali mengenang kisah di Kota Tua ini. Tapi sudahlah, biarlah Kota Tua itu menjadi sejarah bagi dirinya sendiri. Kami harus mengerjakan apa yang harus dikerjakan hari ini. Berusaha menjadi teman setia bagi para pembaca.
SAYUP-SAYUP suara adzan dhuhur terdengar ketika matahari di Kota Tua itu terasa di atas ubun-ubun. Kami kembali berteduh di taman di samping Gereja Blenduk. Setelah Ishoma (Istirahat, sholat, dan makan) kami melanjutkan agenda. Kini giliran para peserta magang membacakan hasil liputannya.
Hasilnya tidak mengecewakan. Mereka bisa menemukan peristiwa-peristiwa ringan yang memiliki nilai human interest. Cerita tentang orang-orang kecil dilukiskan dengan cara yang lebih manusiawi. Ada yang menulis tentang ibu pencari kertas bekas, bapak tua penjual air kelilling, bapak penjual es tebu, sampai penjual buku loak yang ada di pasar Johar dan penjaga parkir di kompleks Masjid Kauman.
Tiba waktunya tim Litbang memberikan hasil evaluasinya. Pertimbangan penilaian meliputi presensi, tugas, dan keaktifan dalam diskusi sekaligus pertimbangan praktik liputan. Hal ini telah disepakati dalam kontrak belajar yang disampaikan di awal magang. Bagi yang tidak memenuhi ketentuan, maka akan dinyatakan tidak lulus atau lulus bersyarat.
Proses ini kami pilih untuk mencari orang-orang yang memang ingin serius belajar menulis dan belajar menjadi seorang jurnalis yang baik. Karena selanjutnya mereka akan meneruskan kepengurusan kami.
Dalam edisi terakhir kepengurusan kami, Hawe Pos mengangkat masalah lika-liku KKP yang menuai pro kontra. Meski demikian, KKP akan tetap dilanjutkan sampai dua periode berikutnya. Hal ini disayangkan, karena evaluasi baru diberikan setelah KKP itu berjalan tiga periode. Padahal dalam KKP perdana ini saja sudah ditemukan beberapa kejanggalan. Selengkapnya baca saja dalam rubrik Cover Story.
Pada rubrik Akademika, kami menyajikan kabar baru tentang pembukaan jurusan S1 Ilmu Perpustakaan, yang di satu sisi memberikan kesempatan pada mahasiswa FS Undip untuk melanjutkan ke jenjang SI, tapi di sisi lain, pembukaan jurusan ini terkesan kurang matang.
Selain itu, Hawe Pos juga menyajikan Lika-liku Tomboi dalam rubrik Gaya Hidup Mahasiswa, sepak terjang Sastrawan Sapardi Djoko Damono dalam rubrik Ruang Sastra, dan lain-lainnya.
Pesan kami, bacalah dengan cermat dan teliti. Bila menemukan kejanggalan, silakan hubungi redaksi. Kami membuka ruang diskusi bagi pembaca sekalian. Selamat belajar, selamat membaca…
Pemimpin Redaksi