Laris Manis Manga, Tumbangya Komik Lokal

Oleh Endah Kurniawati
Reporter: Wening Adityasari

TAK PERLU berpikir dan berimajinasi dua kali. Demikian kata Ningrum, mahasiswa semester V Jurusan Sejarah Undip, ketika ditanya tentang kegemarannya membaca manga atau dalam bahasa Indonesia disebut komik. “Seperti nonton TV,” katanya lugas.
Bacaan sejenis komik memang tidak hanya digemari kalangan anak-anak. Tidak sedikit orang dewasa yang duduk di bangku kuliah juga menyukai bacaan ini. Seperti Ningrum tadi misalnya.

Selain Ningrum, Chadir, mahasiswa Fakultas MIPA Jurusan Ilmu Komputer 2005, juga penggemar komik. Saking sukanya, mahasiswa penyuka komik karangan Eichiro Oda, “One Piece” ini rela membeli setiap kali jilid komik tersebut diterbitkan. Dia juga rela browsing di internet untuk mengetahui kelanjutan komik kesukaannya itu.

“Kalo komik Indonesia ‘One Piece’ vakum lama baru sampai jilid 37, aku nyari di internet yang bahasanya masih bahasa Inggris sudah jilid 42, jadi sekalian belajar bahasa Inggris.” Ujarnya. Selain “One Piece”, dia juga mengaku suka serial komik “Detektif Conan”.

Seingat Chadir, komik yang dibaca pertama kali adalah “Kungfu Boy”. Karena merasa asik dan penasaran, mahasiswa yang mengenal komik sejak SD ini mulai memburu komik-komik kesayangannya dan mulai mengoleksinya.

“Saat ini baru sekitar 50-an, karena saya suka cerita-cerita tertentu saja,” jelasnya.

Mahasiswa asal Makasar ini mengaku komik yang ia miliki tanpa sepengetahuan orang tua. Ia membeli dari uang yang di kumpulkannya sendiri. “Orangtuaku memberi uang berapa saja untuk membeli buku, dari uang tersebut terkadang saya selipin buat beli komik,” ujarnya.

Berbeda dengan Caecar, mahasiswa Teknik Sipil angkatan 2002 ini menyukai komik jenis cerita apapun. Menurutnya, komik Jepang bagus karena kualitas gambarnya.
Mahasiswa asal Jakarta ini pun sering datang ke rental komik untuk menyalurkan hobinya tersebut. Biasanya dia datang setiap hari Kamis. Tak ayal, jika dia menemukan banyak komik bagus dan terbaru, dia rela menghabiskan waktu untuk membaca puluhan komik malam itu juga.

“Tergantung pinjemnya berapa, kalo minjem 10 ya baca 10. Tapi kalo yang bagus cuma satu ya di baca 1,” kata pengagum Hikaro No Go, pengarang serial “Perfect Tic Monster” ini.

Dari sekian penggemar komik, Puji Sri Endah Kusumawati, mahasiswa jurusan Sejarah 2006, punya pengalaman unik. Sewaktu masih duduk dibangku SMU, dia pernah bercita-cita menjadi komikus.

“Dulu pernah bikin komik dengan temanku tapi nggak jadi karena DIVA (koran lokal Blora, red) tidak menerima konsep yang kami tawarkan, mereka maunya cergam-cergam jenaka macam Pak Bei gitu,” terangnya.

Anda mungkin tak mengira jika penggemar komik, bacaan yang dianggap ringan ini juga menyukai filsafat. “Filsafat itu sebenarnya nyenengin, kita bisa tahu ternyata ada sesuatu yang belum pernah terpikir oleh kita sudah ada di filsafat,” ujar Puji.

Mahasiswi asal Blora ini pun menceritakan tentang komik kesayangannya.”Wish itu nyeritain tentang seorang bidadari yang jatuh cinta pada manusia. Kebalikannya, temannya sesama bidadari malah menyukai iblis. Dari cerita itu saya jadi tahu pada dasarnya ada sisi baik dari seseorang sejahat apapun dia. Cinta sangat berperan penting dalam merubah seseorang yang jahat menjadi baik,” terangnya.

Dari cerita komik itulah, Puji menjadi lebih bersemangat dalam menikmati hidup. “Hidup ini sebenarnya indah, kalau kita bisa memandang suatu masalah bukan dengan kita meratapinya tetapi menikmatinya,” tuturnya.

Ika berpendapat senada dengan Puji. Mahasiswi Sejarah 2006 ini bahkan mengakui banyak pesan yang tertuang dalam komik. Seperti “Heaven”, komik kesayangan Ika ini menceritakan tentang suatu tempat yang di gambarkan sebagai tempat terdekat dari surga. Setiap orang yang memiliki masalah, datang ke sana untuk pergi ke surga dengan cara bunuh diri. Suatu hari tokoh utama yang di gambarkan sebagai tokoh yang sangat menderita pergi ke sana hendak bunuh diri, tapi kemudian ada orang yang mencegahnya.

“Jangan sampai menyerah dalam hidup, karena setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, kira-kira itu pesan yang tertuang dalam komik ‘Heaven’,” terangnya.

Mahasiswi asal Semarang ini pun sering di marahi orangtuanya karena kesukaannya pada komik. Demi mendapatkan komik, Ika rela menyisihkan sebagian uang pemberian orang tuanya. “Belinya juga sembunyi-sembunyi karena orangtuaku kalo marah suka lama,” ujarnya.

Meski demikian, komik yang menjadi koleksi Ika sudah mencapai belasan.
Caesar tidak senekad Ika. Meski menyukai komik, ia lebih memilih meminjam daripada membelinya. Ia juga tak sepakat jika terdapat pesan istimewa yang terkandung dalam komik.

“Komik itu lebih sering ngawur, apalagi serial cantiknya terlalu mengkhayal,” tukasnya. Caesar pun hanya menganggap komik sebagai sekadar bacaan penghibur di waktu luang.

Puji, Ika dan Ningrum sependapat bahwa ada beberapa kejadian nyata yang mirip seperti cerita dalam komik. Namun pandangan ini lagi-lagi dimentahkan oleh Caecar. Menurutnya, tidak ada kejadian nyata yang seperti cerita komik.

Yang agak filosofis penjelasan Chadir. “Karakter itu ada dalam diri kita, bukan kita yang masuk dalam komik. Jadi intinya, cerita yang ada di komik itu di ambil berdasarkan kehidupan nyata,” ujarnya pasti.

LARIS MANIS komik membuka sebuah peluang usaha. Rental komik kini bermunculan. Salah satunya adalah Gokou, rental komik di daerah Banjarsari, Tembalang. Atau di sekitar kampus Pleburan, para penggemar komik tentu sudah sering menyambangi rental komik Chinmi, Crayon, atau Lucky Luck.

Aris, pemilik rental komik Gokou, menuturkan, ia membuka rental semata-mata karena hobi. Komik yang ia sewakan merupakan komik koleksinya dari SD. Pria asal Solo ini pun mengaku tidak memperhitungkan laba yang ia dapat.

“Namanya juga hobi, jadi nggak mikirin sejauh itu (untung, red). Apalagi karena buka penyewaan ini, saya jadi punya banyak teman. Jadi ya sama-sama enak,” ujarnya, tersenyum.

Aris berburu komik setiap seminggu sekali. Biasanya tergantung permintaan pelanggan yang minta di carikan komik tertentu. Aris pun mengakui bahwa dia tidak selalu membeli komik terbaru. “Mahal kalau beli di toko buku, biasanya ya di sentra buku bekas.”

Komik yang di sewakan di Gokou pun terbilang murah. Komik terbitan lama di beri harga Rp250-500. Sedang komik yang masih baru, harga sewa berkisar antara Rp500-750.

DIGEMARINYA manga atau komik Jepang, berarti tumbangnya dunia komik Indonesia. Sebut saja komik atau cerita gambar (cergam) yang pernah jaya di Indonesia di era 1970-an, seperti si “Buta dari Goa Hantu” karya Ganes TH atau “Panji Tengkorak”-nya Hans Jaladara, bahkan “Gundala Putera Petir”.

Tak banyak generasi muda sekarang mengenal tokoh cergam Indonesia tersebut. Bahkan mereka juga pesimis jika komik dalam negeri dapat menyaingi maraknya komik dari Jepang itu. Ningrum, Chaidir, Caesar, Ika dan Puji adalah menggelengkan kepala ketika ditanya kemungkinan komik Indonesia bisa menyaingi manga.

”Komik Indonesia nggak bikin penasaran, ceritanya jangka pendek jadi nggak ngerasain serunya,” ujar Chaidir.

Puji lebih menyoroti kekurangan komik lokal dalam hal teknis. “Kebanyakan komik Indonesia tidak bisa hidup. Alur ceritanya bikin bingung, kurang bisa fokus dan lagi-lagi dialognya kurang bisa mengena,” komentarnya yang mendapat anggukan Ika dan Ningrum.

Di sisi lain, sebenarnya komik lokal pun kini mulai menggeliat lagi dengan ditulis ulangnya cergam yang dahulu pernah populer itu. Beberapa komunitas komikus baru mulai bermunculan di berbagai tempat di tanah air.

Tidak jauh dari Semarang, di Kaliwungu, Kendal, tumbuh subur komunitas kartunis Kokkang. Bahkan beberapa karya dari para anggotanya sudah lama menghiasi koran lokal maupun nasional. Namun demikian, komunitas kartunis yang konon tertua di Indonesia ini masih minim menghasilkan serial bergambar atau komik.

Lain halnya dengan Famic Com, komunitas yang mengkhususkan pada komik. Para anggota berkumpul tiap hari Sabtu dan Minggu, mendiskusikan apapun yang berkaitan dengan komik.

Menurut Doni, salah satu anggota Famic Com, tidak sulit menjadi anggota Famic Com. Cukup memiliki ketertarikan dengan dunia komik, dan bagus lagi yang memiliki hobi menggambar.

Komunitas yang terbentuk 24 September 2005 ini baru memiliki tujuh anggota. Meski demikian, mereka tidak putus asa. “Kami sama-sama masih belajar, bila ada yang suka bikin komik silakan gabung saja. Di sini akan ada orang yang membimbing dan kami ada rencana juga untuk bikin lembaga penerbit,” terang Doni.

Doni pun merasa yakin akan kemungkinan komik Indonesia yang akan mewarnai dunia baca masyarakat Indonesia kembali. Menurutnya ,selama ini kelemahan komik Indonesia adalah dalam hal alur cerita yang kaku, mengambang, tidak jelas dan visual gambar yang kurang menarik.

“Kuncinya jangan patah semangat, kalau mau bikin komik ya jalan terus aja,” pesannya. ****

2 thoughts on “Laris Manis Manga, Tumbangya Komik Lokal

  1. usaha rental buku “jempol” hendak dioper

    buku (komik, novel, cersil) sudah 8000 buku,

    member sdh 600 orang usaha sudah berjalan 3 tahun, lokasi strategis dekat pasar serta 5 sekolah dan 3 perumahan yang padat penduduk
    hendak dioper karna pindah pekerjaan ke surabaya…

    minimal penawaran 20jt
    sudah termasuk rak, poster,dll

  2. Jadi kgn sama Gokoumania, lepas tutup persewaan komik, pasti kumpul2 makan2 nggame di warnet bareng2, good luck gokoumaniak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top