Dunia penerbitan beberapa tahun belakangan dipenuhi oleh buku-buku karya sastra. Diantara sekian buku karya fiksi itu ternyata menjadi best seller di pasaran, yang dicetak hingga berulang-ulang, mengalahkan buku-buku jenis lainnya. Penulis novel, cerpen, tiba-tiba saja menjadi sorotan khalayak luas dan diperbincangkan di berbagai tempat. Kondisi ini sangat berkebalikan dengan dunia penerbitan sekitar dua dasarwasa lalu, ketika sastra masih dianggap sebelah mata, bahkan dicap sebagai produk gagal oleh lembaga penerbitan.
Andrea Hirata, adalah salah satu penulis yang ambil bagian dalam hiruk-pikuk penerbitan karya sastra ini. Dua novelnya Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi menjadi best seller dan telah dicetak ulang sebanyak 7 kali. Padahal dirinya bukan berasal dari kalangan sastra dan sebelumnya tak pernah menulis sepotong cerpen, apalagi novel. Satu lagi, kedua novel itu sama sekali tak sejalan dengan tren pasar. Tapi melalui dua skuel novelnya itu Andrea Hirata langsung menempatkan dirinya sebagai salah satu penulis muda Indonesia yang amat menjanjikan.
Bagaimana karya-karya Andrea dapat menjadi best seller tanpa harus mengorbankan mutu?
Sastrawan Ahmad Tohari mengatakan, “Andrea adalah jaminan bagi sebuah karya sastra bergaya saintifik dengan penyampian yang cerdas dan menyentuh”. Sementara Prof Sapardi Djoko Damono, guru besar Universitas Indonesia menyebut karya Andrea sebagai metafora yang berani, tak biasa, tak terduga, kadang kala ngawur, namun amat memikat.
Daya tarik yang menonjol dari karya-karya Andrea juga terletak pada kemungkinan yang amat luas dari eksplorasinya terhadap karakter dan peristiwa. Setiap paragraf yang disajikan seakan dapat berkembang menjadi sebuah cerpen, dan setiap bab mengandung letupan intelejensia, kisah, dan romantika untuk untuk dapat tumbuh menjadi buku tersendiri.
Andrea tak pernah kehilangan ide dan cerdik dalam melihat suatu fenomena dari sudut yang tak pernah dilihat oleh orang lain. Setiap kalimatnya potensial. Ironi diolahnya menjadi jenaka, cinta pertama yang absurd menjadi mempesona, tragedi diparodikan, ilmu fisika, kimia, biologi dan astronomi diolah menjadi sastra.
Telah banyak pujian dilontarkan atas kematangan karya maupun kemampuan teknik menulis pengarang asal Belitong itu. Kali ini bagaimana proses kreatif pengarang, akan dikupas tuntas dalam “Temu dan Bincang Penulis Bersama Andrea Hirata” pada Selasa, 27 Maret 2007 di Joglo Fakultas Sastra Undip yang digelar oleh LPM Hayamwuruk bekerjasama dengan toko buku Toga Mas.
Selain proses kreatif, Andrea Hirata akan membeberkan novel ketiganya yang berjudul Edensor, yang dalam waktu dekat akan segera beredar di toko buku. Akan hadir juga pembicara lain, Aulia Muhammad Asyahiddin, pemerhati sastra dan Pemimpin Redaksi Suaramerdeka.com, dan Agus M Irkham, pegiat komunitas perbukuan.