Pembantu Dekan III ingin menghidupkan kembali kegiatan UKM/HMJ yang kurang aktif.
Oleh Fanny Judistia
Reporter: Handini UPS, Ika Wahyu W, Krisna W, Aliya Supriati, Ake Andari H
Setelah melalui proses pemilihan yang cukup panjang, Selasa (19/6) akhirnya terpilihlah empat orang yang menduduki kursi Pembantu Dekan (PD) Fakultas Sastra periode 2007-2011. Mereka adalah Prof Dr Sutejo Kuwat Widodo MHum sebagai PD I, Dra Dewi Murni MA sebagai PD II, Drs Mujid Farihul Amin MPd sebagai PD III dan Drs. Suharno MEd sebagai PD IV.
Setiap PD telah menyiapkan sejumlah program kerja untuk membawa Fakultas Sastra ke arah yang lebih baik. Drs Mujid Farihul Amin MPd sebagai PD III yang membidangi masalah kemahasiswaan, misalnya, mengatakan bahwa program kerja yang hendak dilaksanakannya adalah melanjutkan program PD III sebelumnya yang belum terealisasi. PD III yang baru ini ingin menghidupkan kembali kegiatan kemahasiswaan (UKM/HMJ/HMPSD) yang kurang aktif maupun yang vakum.
Menurut Mujid yang juga menjadi dosen Sastra Indonesia itu, keberadaan UKM/HMJ sebenarnya untuk menunjang kegiatan akademik. Dari sana mahasiswa dapat mengembangkan minat dan bakatnya. Oleh karena itu, ia mengharapkan agar kegiatan kemahasiswaan bisa mulai diaktifkan kembali. Ia menjelaskan, ada sekitar 15 UKM/HMJ, namun hanya beberapa saja yang masih aktif.
Mendapati kondisi demikian, segera saja Mujid mengambil inisiatif. Menjelang Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) 2007 belum lama ini, ia mengundang para fungsionaris UKM/HMJ/HMPSD untuk membahas persiapan PMB. Dalam forum itu dibahas program kerja yang telah dan akan dilaksanakan oleh masing-masing organ intra kampus itu. Dari sana dapat diketahui kendala-kendala yang menghambat jalannya program kerja organisasi selama ini.
Ada yang menyampaikan bahwa kelesuan kegiatan mahasiswa karena tidak adanya Ospek. Hal ini ditengarai telah menurunkan semangat mahasiswa baru untuk terlibat dalam kegiatan UKM/HMJ/HMPSD. Sebagai jalan keluarnya, diusulkan agar UKM/HMJ/HMPSD diberi waktu khusus untuk memperkenalkan organisasinya kepada mahasiswa baru karena jatah waktu yang diberikan selama ini dinilai masih terlalu singkat.
Namun dari pihak PD III menyampaikan bahwa format PMB sudah ada acuan resmi dari rektorat sehingga tidak bisa diubah. Akhirnya disepakati jatah alokasi waktu perkenalan UKM/HMJ/HMPSD ditambah. Penambahan tersebut dimaksudkan agar perkenalan bisa lebih efektif, sehingga mahasiswa baru dapat lebih mengenal profil UKM yang diminati.
PD III juga menyampaikan kabar akan pindahnya kampus Sastra ke Tembalang pada tahun 2009. Dengan lahan yang lebih luas dan juga fasilitas pendukung kemahasiswaan yang lebih memadai, diharapkan kegiatan kemahasiswaan bisa lebih digencarkan.
“Sekarang untuk mengadakan event menjadi harapan yang masih dalam angan-angan semata. Dilematis. Mau diadakan di area parkir Sastra, banyak komplain dari berbagai pihak. Entah itu masalah parkir atau kegaduhan, sehingga mengganggu perkuliahan. Kalau nekat diadakan, nantinya pasti banyak dosen yang mendatangi saya,” ujar Mujid.
Sementara itu jika kegiatan diadakan pada hari Sabtu atau Minggu, dikhawatirkan hanya sedikit mahasiswa yang mau datang. “Lha wong diadakan hari aktif saja antusias dari peserta sedikit,” tambah Mujid.
Seperti yang terjadi dalam Expo Universitas (5-6/9) di Auditorium Imam Bardjo, sebagian peserta yang datang malah dari teman-teman UKM/HMJ sendiri. Mahasiswa baru yang datang, minim sekali. Padahal sudah ada edaran dari universitas yang mewajibkan mahasiswa baru hadir dalam kegaiatan ekspo.
Keterbatasan tempat menjadi kendala tersendiri. Memakai ruang kelas pada hari efektif kuliah, jelas sangat sulit mengingat jumlah ruang kelas untuk kuliah saja sudah sangat terbatas. Satu-satunya tempat yang bisa dipakai untuk kegiatan adalah Joglo Sastra. Namun jika ingin mengadakan kegiatan yang melibatkan banyak audien lagi-lagi juga terkendala oleh masalah parkir. Belum lagi masalah kebisingan dan lalu-lalang kenderaan di seberang jalan yang bisa mengganggu jalannya kegiatan.
“Mau pinjam wireless buat pengeras suara, itu juga kalau tak dipakai untuk kuliah. Jujur, kadang pihak TU sepertinya mempersulit mahasiswa untuk meminjam peralatan atau ruangan. Padahal alat atau ruangan itu jelas-jelas tak dipakai. Kita sudah dapat ACC dari PD II, lagian acara juga pada hari Minggu, katanya mau dipakai untuk kuliah S2. Tapi setelah besoknya kami cek, nggak ada mahasiswa S2 kuliah,” tutur salah seorang aktivis UKM yang tidak mau disebutkan namanya itu dengan nada kecewa.
Jika memang benar demikian, maka sudah seharusnya PD III menjalin koordinasi dengan sejumlah pejabat terkait agar kejadian semacam itu tidak terulang. Menyewa peralatan atau tempat dari luar untuk kegiatan bagi UKM/HMJ/HMPSD jelas bukan satu hal yang mudah mengingat alokasi dana yang juga terbatas. Lagian jika memang ada fasilitas dari kampus yang bisa digunakan untuk kegiatan mahasiswa, kenapa tidak digunakan.
Asumsi bahwa kelesuan kegiatan mahasiswa disebabkan karena kemalasan dari pihak mahasiswa sendiri barangkali ada benarnya. Namun apakah ini benar faktor satu-satunya, belum tentu. Misalnya ada masalah lain, kurikulum baru yang membuat mahasiswa dikejar dengan sejumlah target dan jadwal kuliah yang makin padat, atau failitas pendukung kegiatan yang masih minim.
Dengan kondisi demikian ini PD III yang ingin menghidupkan kembali kegiatan mahasiswa perlu berkoordinasi dengan beberapa pihak terkait. Semoga saja langkah ini dapat kembali menghidupkan kegiatan mahasiswa yang dalam beberapa waktu terakhir ini matisuri.****