Oleh: Rizka Novita Rini
Peliput : Sandy Triputra, Ponco wiyono, Risky Mega, David Sukma Permana, Galang
foto : dokumentasi Isprima
“LPM Hayamwuruk berhasil mendapatkan penghargaan BronzeWinner Wilayah Jawa dalam acara Indonesian Student Printing Magazine (ISPRIMA) Tahun 2011”
Semarang, Jum’at (06/05/2011) – ISPRIMA adalah salah satu apresiasi terhadap sampul muka majalah dan nonmajalah pers mahasiswa di Indonesia. Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai macam LPM yang ada di Universitas se-Indonesia. Acara dibagi menjadi dua bagian, pembukaan ISPRIMA dan seminar. Pembukaan diselenggarakan di Taman KB sekitar pukul 19.00 WIB, sedangkan seminarnya diselenggarakan keesokan harinya di Hotel Horison, 7 Mei 2011.
Jika seringnya acara jurnalistik dikemas formal dan membosankan, tapi tidak untuk rangkaian acara ISPRIMA. Acaranya dibuat santai sekaligus menarik bagi mahasiswa, khususnya yang tertarik dibidang jurnalistik. 52 peserta dari 34 LPM (Lembaga Pers Mahasiswa) yang mewakili regionalnya masing-masing; Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan daerah Indonesia lainnya ikut ambil bagian dalam acara ini. 17 pemenang ditetapkan setelah melewati serangkaian penilaian, diantaranya penilaian terhadap gagasan atau ide yang memiliki bobot paling besar (40%). Sedangkan, penilaian terhadap aspek visual dan teks hanya memiliki bobot sebesar 30%. Acara ini diselenggarakan oleh SPS (Serikat Penerbit Surat kabar) yang berkejasama dengan UNDIP (Universitas Diponegoro) melalui BEM-KM UNDIP, dengan harapan supaya pers mahasiswa semakin kompetitif dan berkualitas dalam berkarya.
Pembukaan acara digelar di Taman KB, Semarang. Dimulai dengan rangkaian sambutan. Pertama, sambutan dari ketua panitia, Hendri Ari Wibowo yang kemudian disusul oleh Presiden BEM-KM UNDIP, Indra Permana. Dilanjutkan dengan sambutan dari M. Ridho Elsi selaku ketua SPS. Ridho menceritakan pertama kalinya SPS dibentuk pada tanggal 8 Juni 1946 dengan 450 angota, terdiri dari berbagai macam surat kabar seperti Kompas, Suara Merdeka, Pikiran Rakyat, Bali Post, dll.
Disambung dengan sambutan Gubernur Semarang yang diwakilI oleh Sekretaris Daerah Semarang, Ahmad Jaenuri. Beliau menyampaikan panorama kota Semarang yang semakin hari semakin baik dan indah pengaturannya, juga tentang rencana perbaikan jalan yang menjadi solusi dalam penanganan kemacetan di kota Semarang. Ia juga memberi nasihat kepada pers mahasiswa agar teori bad news is good news disingkirkan. Dan tambahan nasihat lainnya agar mahasiswa lebih menggunakan pikirannya dalam memanfaatkan atau menciptakan inovasi untuk kemajuan bangsa dan negara.
Acara dilanjutkan dengan doa yang dibawakan oleh Ahlan Zulfakri, wakil presiden BEM-KM UNDIP. Disusul dengan acara makan malam dengan iringan merdu melodi dari Jelly fish band yang membawakan 4 buah lagu, disusur teater Dipo dengan pementasan berjudul Mimpi-mimpi. Drama yang menceritakan tentang seorang gadis yang dipaksa orang tuanya untuk bermimpi tentang impian orang tuanya, sementara dia tidak diperbolehkan untuk bermimpi tentang impiannya sendiri. Akhirnya acara ditutup dengan penampilan jelly fish band yang membawakan dua buah lagu dengan baik.
Seminar dimulai pada pukul 08.58 WIB. Diawali dengan paduan suara dari Fakultas Teknik UNDIP, membawakan 3 lagu mengenai alam semesta, dolanan, dan salah satu lagu dari Medan.
Sambutan pertama oleh Pembantu Rektor III UNDIP, Sukinta. Sambutannya mengenai pers kampus yang dapat memberikan kesempatan untuk menuangkan ide juga kritik. Melalui pers kampus, mahasiswa dapat menyalurkan aspirasinya, disamping berperan juga dalam bidang pendidikan dan kehidupan masyarakat atau negara. Pers mahasiswa terus mengasah analisisnya sehingga dari hari ke hari semakin tajam analisisnya.
Sambutan selanjutnya oleh M. Frada, ketua ISPRIMA. Dia mengatakan tentang peranan apa saja yang telah dilakukan oleh pers serta harapan kepada pers mahasiswa agar tetap memegang kode etik disaat sedang bersaing dengan negara bebas.
Sambutan Gubernur Semarang diwakili oleh Drs. Subaidi. Beliau menyampaikan kesan-kesan positif Gubernur Semarang terhadap desain sampul majalah yang mengandung berbagai macam kreativitas yang mempunyai nilai estetika dan etika.
Setelah dibacakan pemenang setiap kategori penghargaan, acara dilanjutkan dengan diskusi yang diisi oleh Ketua Dewan Pers, Prof. Dr. Bagirmanan, S.H. bersama Mela Hapsari, presenter TVRI sebagai moderator. Bagirmanan menyebutkan tentang 3 fungsi pers.
Pertama, intelektualitas. Tahun 1956 di saat Bung Hatta akan mengundurkan diri, ia berpidato tentang tanggung jawab intelektualitas merupakan ilmu yang dapat dipelajari sedangkan karakter hanya bisa ditumbuhkan dalam perjalanan hidup. Itulah yang diinginkan Bung Hatta dalam karakter pelajar Indonesia.
Dua hal yang dituntut dari seorang terpelajar adalah tanggung jawab terhadap sosial dan integritas. Melalui pers seorang manusia bisa mendapatkan keuntungan yang macam-macam, seperti memperluas wawasan, mengenal orang lain dari berbagai daerah, dll. Di zaman serba teknologi ini dapat diambil salah satu contohnya, yaitu berkembangnya citizem journalism, semua orang dapat menjadi jurnalis dengan sistem tukar menukar informasi. Gelombang komunikasi yang mendunia seperti facebook, twitter dapat memperluas pandangan seseorang. Kenapa? Karena kita dapat menerima informasi yang jujur dari masyarakat.
Kedua, profesional. Seorang jurnalis tidak dituntut harus berjalan lurus dari bidang yang dipelajarinya, contoh yang dari jurusan pertanian dapat menjadi seorang jurnalis. Jurnalis sebagai salah satu pilihan untuk masa depan maka harus dilakukan secara sungguh-sungguh.
Ketiga, kreatif . Manusia yang dulu hidup berpindah-pindah sekarang hidup menetap. Hal itu dikarenakan adanya kreativitas manusia sehingga dapat menciptakan alat-alat yang dibutuhkan utuk bertahan hidup, alat-alat itu telah membuat manusia hidup menetap.
Demokrasi menjadi bagian dari proses kreatif. Karena tanpa adanya demokrasi, kebebasan menjadi hal yang sulit untuk didapat. Hal ini menyebabkan kreativitas menjadi terkungkung dan melambatnya kemajuan. Kreativitas merupakan sumber dari kemajuan dan perubahan. Pers tidak selalu identik dengan kebebasan, tapi pers identik dengan kebebasan yang bertanggung jawab dengan menjalankan fungsi tertutup.
Pers saat ini pada suasana yang sangat bebas, namun reaksi tetap muncul dari orang yang tidak terbiasa dengan kebebasan pers. Reaksi tersebut timbul dengan berbagai macam bentuk seperti pembunuhan, pelemparan, dan penyiksaan terhadap jurnalis. Akan tetapi, reaksi semacam ini juga dapat timbul jika tingkah pers terlalu lebay dalam menyingkapi suatu kasus. Maka dari itulah diperlukan pendidikan pers sejak awal supaya dapat meminimalisir akibat atau reaksi masyarakat terhadap pers.
Setelah sesi tanya-jawab, diskusi ditutup dengan kesimpulan bahwa mahasiswa perlu belajar tentang pers sebagai cita-cita lahirnya mahasiswa yang memiliki intelektualitas, integritas, dan bertanggung jawab. Menekuni pers dengan sungguh-sugguh itu penting tapi kuliah jangan sampai dilupakan.
Selanjutnya, diskusi dengan Agus Sudibyo (Anggota Dewan Pers) dan Gunawan Purwadi (Redaktur Pelaksana BM). Agus Sudibyo memberi materi tentang tantangan pers mahasiswa di era kebebasan pers, peran pers mahasiswa dalam peningkatan kualitas pers Indonesia, serta data pengaduan kasus Januari-Desember 2010, berjumlah 512 pengaduan dan 80% dari kasus yang ditangani atau di mediasi, berakhir dengan keputusan bahwa media melakukan pelanggaran kode etik.
Diungkit juga tentang banyaknya pengaduan parameter yang disebabkan oleh meningkat atau menurunnya kepercayaan terhadap UU Pers atau Dewan pers. Banyaknya potensi kriminalisasi atau kekerasan terhadap pers, pelanggaran kode etik, pemberitaan yang tidak berimbang, berpihak, tidak ada verifikasi, menghakimi, mencampurkan fakta dan opini, data tidak akurat, dan keterangan sumber berbeda dengan yang dikutip dalam berita.
Kecenderungan pers, yakni menghakimi orang-orang yang terlanjur menjadi public enemy atau terlanjur tidak bagus citranya di mata publik, mencampur aduk masalah pribadi dan kelompok ke dalam pemberitaan.
Sedangkan kecenderungan media yaitu tidak membedakan antara berita yang bersifat informatif dengan berita yang mengandung penilaian atau judgement terhadap pihak tertentu, dan mengecilkan konfirmasi.
Beberapa kecenderungan jurnalisme adalah tidak menghargai sumber, tidak dapat menjaga jarak atau teralu dekat dengan sumber, liputan eksklusif atau embedded, dan dilema hak tolak. Pelanggaran kode etik saat peliputan, contohnya jurnalis tidak melakukan wawancara secara langsung, jurnalis melanggar privasi orang, dan identitas waktu wawancara berbeda.
Menyinggung masalah kekerasan terhadap jurnalis, data mengenai kasus kekerasan terhadap wartawan, yaitu 66 kasus. Dia juga menambah materi tentang, mengapa pers mahasiswa diperlukan? Karena pers mahasiswa dapat dididik sejak dini tentang ketaatan kode etik, beban kerja, kebanggaan atau penghargaan terhadap profesi, latar belakang, dan idealisme.
Fungsi pers mahasiswa diantaranya kaderisasi, pelatihan, menggali pengalaman, dan membangun kepercayaan diri. Kelebihan pers mahasiswa yang dapat ditemukan, yaitu idealisme, cita-cita, militansi, terlatih, panjang akal, dan kreativitas, serta jaringan. Kelemahan pers mahasiswa diantaranya arogansi, tidak mau belajar banyak, dan tipe pemberontak.
Selanjutnya diskusi diisi oleh Gunawan Permadi tentang Pers mahasiswa dan masa depan jurnalisme. Dia mengatakan karateristik Pers Kampus yang dikelola mahasiswa idealnya adalah pendekatan jurnalis yang serius, dan bernilai berita bagi lembaga dan kehidupannya.
Dari acara tersebut para peserta bisa mendapat ilmu yang dapat memperluas pengetahuannya dalam bidang jurnalistik. Selain itu peserta juga mendapat hiburan dengan piknik gratis keliling Semarang.