Oleh: Hasna Fuadilla H.
Reporter: Iqbal Firmansyah
Selasa
pagi (06/11/12) pukul 10.05 WIB, tim redaksi Hayamwuruk
bergegas menuju PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa) Joglo Undip
(Universitas Diponegoro) Pleburan untuk melakukan liputan pada acara
penyambutan tim atlet Ekspedisi Kilimanjaro yang diselenggarakan oleh
UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Wapeala Undip. Sempat terjadi
kesalahpahaman mengenai lokasi acara yang disebabkan oleh
ketidakjelian tim Hayamwuruk
saat membaca surat undangan. Menyadari kesalahan tersebut, tim
Hayamwuruk
yang diburu waktu segera memacu kendaraan yang ditumpanginya agar
dapat segera tiba di lokasi. Sekitar pukul 10.30 WIB, kami
tiba di PKM Undip Pleburan. Beruntung, acara belum dimulai.
Belasan
orang yang terdiri dari kalangan pers, pihak sponsor dan PR (Pembantu
Rektor) III Undip terlihat mengikuti rangkaian acara. Acara yang
semula akan dilaksanakan pada pukul 10.00 WIB ternyata molor dan baru
dimulai pada pukul 11.00 WIB. Acara tersebut bertujuan untuk
menyambut tim atlet yang telah pulang setelah melakukan rangkaian
acara “Diponegoro Seven Summit Expedition Part II” yang
dilaksanakan di Gunung Kilimanjaro, Tanzania, Afrika.
orang yang terdiri dari kalangan pers, pihak sponsor dan PR (Pembantu
Rektor) III Undip terlihat mengikuti rangkaian acara. Acara yang
semula akan dilaksanakan pada pukul 10.00 WIB ternyata molor dan baru
dimulai pada pukul 11.00 WIB. Acara tersebut bertujuan untuk
menyambut tim atlet yang telah pulang setelah melakukan rangkaian
acara “Diponegoro Seven Summit Expedition Part II” yang
dilaksanakan di Gunung Kilimanjaro, Tanzania, Afrika.
Rangkaian
kegiatan Ekspedisi Kilimanjaro tidak hanya terdiri dari pendakian
gunung Kilimanjaro, tetapi juga mencakup penelitian pada taman
nasional di Kilimanjaro, ekspo batik dan pembagian katalog budaya
Indonesia. “Pembagian katalognya itu ya budaya-budaya Indonesia.
Jadi dari Indonesia ke Tanzania kita bagi-bagikan katalog. Ekspo
batik di KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia, red.), jadi kita
mengundang mahasiswa dari sana. Kan kita kerja sama juga sama KBRI,
sama Universitas Dar Es
Salaam
di Tanzania.” Jelas Ferdi
Karunia, ketua panitia Ekspedisi Kilimanjaro saat diwawancara tim
Hayamwuruk.
kegiatan Ekspedisi Kilimanjaro tidak hanya terdiri dari pendakian
gunung Kilimanjaro, tetapi juga mencakup penelitian pada taman
nasional di Kilimanjaro, ekspo batik dan pembagian katalog budaya
Indonesia. “Pembagian katalognya itu ya budaya-budaya Indonesia.
Jadi dari Indonesia ke Tanzania kita bagi-bagikan katalog. Ekspo
batik di KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia, red.), jadi kita
mengundang mahasiswa dari sana. Kan kita kerja sama juga sama KBRI,
sama Universitas Dar Es
Salaam
di Tanzania.” Jelas Ferdi
Karunia, ketua panitia Ekspedisi Kilimanjaro saat diwawancara tim
Hayamwuruk.
Tim Ekspedisi Wapeala yang berangkat menuju
Tanzania untuk melakukan Ekspedisi Kilimanjaro terdiri dari tiga
orang, yaitu Syarifudin Ahmad dari Fakultas Teknik (FT), Irwan
Hidayatullah dari Fakultas Perikanan dan ilmu Kelautan (FPIK) dan Umi
Lutfiah dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Undip. Mereka terpilih
setelah mengikuti rangkaian seleksi selama enam bulan yang terdiri
dari seleksi fisik, psikotes hingga bahasa. “Seleksinya sih
pertamanya enam orang. Atletnya tiga, tim pendukungnya tiga. Jadi tim
pendukungnya itu bukan pendakian, tim pendukung itu kayak penelitian
dan ekspo batiknya. Tapi karena kendala-kendala lain, jadi kita cuma
memberangkatkan tiga orang.” Terang Ferdi.
Kegiatan
Ekspedisi Kilimanjaro diselenggarakan sejak tanggal 16 Oktober dan
berakhir pada 04 November 2012. “Jadi acaranya itu kan kita dua
puluh hari di sana, kita dari tanggal 17 Oktober dari Jakarta. Habis
itu kita nyampe,
kita stay
di KBRI sampe
tanggal 22. Tanggal 23 kita berangkat, kita start
pendakian dari Machame Gate. Kita menuju puncak itu lima hari. Nyampe
puncak Uhuru pada tanggal 28 Oktober.
Perjalanan turun kita nyampe tanggal
30. Tanggal 30 kita kembali. Tanggal 31 kita kembali ke KBRI dan kita
nyelesain mini
ekspo batik.” Jelas Umi Lutfiah, satu-satunya anggota perempuan tim
Ekspedisi Wapeala yang mengikuti Ekspedisi Kilimanjaro.
Ekspedisi Kilimanjaro diselenggarakan sejak tanggal 16 Oktober dan
berakhir pada 04 November 2012. “Jadi acaranya itu kan kita dua
puluh hari di sana, kita dari tanggal 17 Oktober dari Jakarta. Habis
itu kita nyampe,
kita stay
di KBRI sampe
tanggal 22. Tanggal 23 kita berangkat, kita start
pendakian dari Machame Gate. Kita menuju puncak itu lima hari. Nyampe
puncak Uhuru pada tanggal 28 Oktober.
Perjalanan turun kita nyampe tanggal
30. Tanggal 30 kita kembali. Tanggal 31 kita kembali ke KBRI dan kita
nyelesain mini
ekspo batik.” Jelas Umi Lutfiah, satu-satunya anggota perempuan tim
Ekspedisi Wapeala yang mengikuti Ekspedisi Kilimanjaro.
Selain
pendakian, penelitian dan ekspo batik, tim Ekspedisi Wapeala dalam
Ekspedisi Kilimanjaro juga
pendakian, penelitian dan ekspo batik, tim Ekspedisi Wapeala dalam
Ekspedisi Kilimanjaro juga
membawa misi untuk menyambung hubungan
Undip dengan universitas dan KBRI di Tanzania. Pendakian Gunung
Kilimanjaro dengan ketinggian 5.895 m di atas permukaan laut
(mdpl) merupakan kegiatan kedua dari rangkaian
kegiatan Seven Summit Expedition
yang diselenggarakan oleh Wapeala. Adapun kegiatan pertama dari Seven
Summit Expedition adalah pendakian
puncak Cartenz Pyramid di Papua dengan ketinggian 4.884 mdpl pada
tahun 1997.
Undip dengan universitas dan KBRI di Tanzania. Pendakian Gunung
Kilimanjaro dengan ketinggian 5.895 m di atas permukaan laut
(mdpl) merupakan kegiatan kedua dari rangkaian
kegiatan Seven Summit Expedition
yang diselenggarakan oleh Wapeala. Adapun kegiatan pertama dari Seven
Summit Expedition adalah pendakian
puncak Cartenz Pyramid di Papua dengan ketinggian 4.884 mdpl pada
tahun 1997.
“Ekspedisi
tujuannya sih go
internasional, menunjukan bahwa Wapeala Undip itu masih eksis.
Ekspedisi ini kan setiap lima tahun sekali. Ini kan lima tahunnya
sudah habis, mungkin di akhir kepengurusan besok membuat program
jangka panjang. Mungkin ekspedisi seven
summit yang ketiga, kalo
ga Elbrus (Rusia, red.) ya Aconcagua (Argentina, red.).” Ujar
Ferdi.
tujuannya sih go
internasional, menunjukan bahwa Wapeala Undip itu masih eksis.
Ekspedisi ini kan setiap lima tahun sekali. Ini kan lima tahunnya
sudah habis, mungkin di akhir kepengurusan besok membuat program
jangka panjang. Mungkin ekspedisi seven
summit yang ketiga, kalo
ga Elbrus (Rusia, red.) ya Aconcagua (Argentina, red.).” Ujar
Ferdi.
Cinta
Tanah Air
Tanah Air
Bagi
Tim Wapeala, Ekspedisi Kilimanjaro merupakan salah satu bentuk rasa
cinta tanah air mereka. Rasa cinta terhadap tanah air menjadi
kekuatan tersendiri yang mendorong mereka
untuk mengibarkan bendera merah putih di Puncak Uhuru
Kilimanjaro tepat pada perayaan hari Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober pada pukul 08.08
waktu setempat. Satu jam menuju puncak Uhuru merupakan titik terberat
dalam pendakian Kilimanjaro bagi tim Ekspedisi Wapeala. Medan jalan
yang berpasir menjadi kendala tersendiri, ditambah dengan oksigen
yang semakin menipis dan suhu minus yang membuat cadangan air mereka
membeku. Namun, kendala-kendala tersebut tidak menyurutkan semangat
tim Ekspedisi Wapeala untuk melanjutkan perjalanan menuju Puncak
Uhuru Kilimanjaro. Mereka meyakini bahwa segala hal memiliki
keterbatasan dan mereka harus mampu keluar dari keterbatasan itu.
Tim Wapeala, Ekspedisi Kilimanjaro merupakan salah satu bentuk rasa
cinta tanah air mereka. Rasa cinta terhadap tanah air menjadi
kekuatan tersendiri yang mendorong mereka
untuk mengibarkan bendera merah putih di Puncak Uhuru
Kilimanjaro tepat pada perayaan hari Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober pada pukul 08.08
waktu setempat. Satu jam menuju puncak Uhuru merupakan titik terberat
dalam pendakian Kilimanjaro bagi tim Ekspedisi Wapeala. Medan jalan
yang berpasir menjadi kendala tersendiri, ditambah dengan oksigen
yang semakin menipis dan suhu minus yang membuat cadangan air mereka
membeku. Namun, kendala-kendala tersebut tidak menyurutkan semangat
tim Ekspedisi Wapeala untuk melanjutkan perjalanan menuju Puncak
Uhuru Kilimanjaro. Mereka meyakini bahwa segala hal memiliki
keterbatasan dan mereka harus mampu keluar dari keterbatasan itu.
“Ini
tuh semacam kayak set on fire
buat kita, kalo
kita pecinta alam kegiatannya nggak
cuma gitu-gitu aja.
Maksudnya kita berusaha bener-bener,
mumpung kita masih muda berada di organisasi pecinta alam. Kita jiwa
pecinta alam, jiwa penelitian. Ya semoga dengan Kilimanjaro rasa
seperti itu bisa awet kedepannya buat kita tularin
ke adek-adek. Dan emang
dibalik ini tumbuh besar harapan kita ini bukan puncak terakhir,
bukan jadi puncak tertinggi di dunia yang terakhir kita daki. Bahkan
setelah ini kita program seven summit
bakal kita terusin. Jadi benar-benar Kilimanjoro Ekspedition
ini tuh
kayak batu loncatan untuk go
internasional selanjutnya.” Terang Umi lebih lanjut.
tuh semacam kayak set on fire
buat kita, kalo
kita pecinta alam kegiatannya nggak
cuma gitu-gitu aja.
Maksudnya kita berusaha bener-bener,
mumpung kita masih muda berada di organisasi pecinta alam. Kita jiwa
pecinta alam, jiwa penelitian. Ya semoga dengan Kilimanjaro rasa
seperti itu bisa awet kedepannya buat kita tularin
ke adek-adek. Dan emang
dibalik ini tumbuh besar harapan kita ini bukan puncak terakhir,
bukan jadi puncak tertinggi di dunia yang terakhir kita daki. Bahkan
setelah ini kita program seven summit
bakal kita terusin. Jadi benar-benar Kilimanjoro Ekspedition
ini tuh
kayak batu loncatan untuk go
internasional selanjutnya.” Terang Umi lebih lanjut.
Terdapat
pengalaman menarik yang dituturkan oleh tim Ekspedisi Wapeala ketika
berbagi pengalaman dan kisah perjalanan mereka saat melakukan
Ekspedisi Kilimanjaro. Dengan bersemangat Umi bercerita bahwa mereka
sempat disangka sebagai orang Cina, Jepang, Korea, bahkan Nepal.
Namun, mereka tak pernah bosan untuk menjelaskan kepada orang-orang
bahwa mereka berasal dari Indonesia. Hal tersebut merupakan sebuah
kebanggaan bagi mereka, karena mampu membawa nama Indonesia hingga
puncak Kilimanjaro dan bisa memperkenalkan salah satu budaya
Indonesia yaitu batik.
pengalaman menarik yang dituturkan oleh tim Ekspedisi Wapeala ketika
berbagi pengalaman dan kisah perjalanan mereka saat melakukan
Ekspedisi Kilimanjaro. Dengan bersemangat Umi bercerita bahwa mereka
sempat disangka sebagai orang Cina, Jepang, Korea, bahkan Nepal.
Namun, mereka tak pernah bosan untuk menjelaskan kepada orang-orang
bahwa mereka berasal dari Indonesia. Hal tersebut merupakan sebuah
kebanggaan bagi mereka, karena mampu membawa nama Indonesia hingga
puncak Kilimanjaro dan bisa memperkenalkan salah satu budaya
Indonesia yaitu batik.
Selepas
penjelasan mengenai kisah perjalanan tim Ekspedisi Wapeala, acara
dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng yang diwakilkan oleh PR III
Undip, Drs. Warsito, M. Hum. Acara ditutup pada pukul 12.00 WIB
dengan penyerahan beberapa plakat dari UKM Wapeala terhadap pihak
Undip dan sponsor yang kemudian dilanjutkan
dengan pemutaran film mengenai batik.
penjelasan mengenai kisah perjalanan tim Ekspedisi Wapeala, acara
dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng yang diwakilkan oleh PR III
Undip, Drs. Warsito, M. Hum. Acara ditutup pada pukul 12.00 WIB
dengan penyerahan beberapa plakat dari UKM Wapeala terhadap pihak
Undip dan sponsor yang kemudian dilanjutkan
dengan pemutaran film mengenai batik.