GONE NEVER FORGOTTEN, YANG PERGI TAK PERNAH TERLUPAKAN



Oleh : Fakhrun Nisa

Reporter : Ayu Mumpuni








Menghisap
dalam-dalam

Lalu
menghembuskan asap pelan-pelan
Betulkah
suatu kenikmatan
Sisa-sisa
kelezatan makanan
Dan
bekas kesegaran minuman
Memang
berpadu dalam hembusan
Sementara
kau mengelak sejenak
Dari
resah dan kesia-siaan
Yang
telah bersahabat dengan waktu
Antara
menghirup dan menghembuskan
Betulkah
ada kenikmatan
Atau
sekedar pelarian
Yang
tetap mengundang kesia-siaan
(“Merokok”
oleh Prof. Soedjarwo)

Gema
salah satu sajak dari Prof. Soedjarwo memenuhi ruang udara sore itu, Jumat 20
Desember 2013. Barisan puisi tersebut dibacakan oleh salah seorang mahasiswa
Sastra Indonesia Undip, untuk menyambung beberapa sajak sebelumnya yang juga
dibacakan oleh mahasiswa  serta dosen
Sastra Indonesia.
Lobi
lantai satu gedung A FIB masih terlihat ramai, padahal hari tersebut merupakan
hari terakhir aktifnya kegiatan kampus. Mengingat mulai 21 Desember 2013 adalah
pekan tenang menjelang Ujian Akhir Semester (UAS). Sementara di Gedung Prof.
Soedarto digelar acara “Asian Day” oleh BEM FIB Undip, di kampus FIB sendiri
juga tengah berlangsung acara Persembahan untuk Sang Guru Besar bertajuk “In
Memoriam Prof. Soedjarwo”. Kegiatan tersebut merupakan gagasan dari Keluarga
Mahasiswa Sastra Indonesia (KMSI) yang bekerja sama dengan Teater Emper Kampus
(Emka). In Memoriam Prof. Soedjarwo diselenggarakan sejak pukul 13.00 WIB
hingga sore.
Pembacaan
puisi menjadi salah satu bentuk persembahan dari mahasiswa untuk guru besar FIB
yang telah berpulang pada 08 Desember 2013. Selain pembacaan puisi karya Prof.
Soedjarwo, ada pula hasil gambar dan lukisan dari mahasiswa Sastra Indonesia
Undip tentang Prof. Soedjarwo. Gambar dan lukisan tersebut dibuat langsung di
tempat acara. Barang-barang pribadi milik Prof. Soedjarwo seperti baju, celana,
sepatu, dan foto keluarga juga terpajang di lokasi acara.
Ditemui
seusai acara, Ardissa Dhatu Apsari selaku ketua panitia acara mengaku bahwa,
acara ini memang sudah terpikirkan semenjak Prof. Soedjarwo masuk rumah sakit. “Alvi,
ketua KMSI yang ini bilang, Mbak Dissa udah kebayang belum kalau Prof. Djarwo
nanti udah nggak ada, kita mau buat acara apa. Ya, walaupun gak minta2 ya,
mbak. Cuma ya kita udah persiapan. Ya aku sih emang yang paling deket kita
bakal lakuin ya apresiasi terhadap karya-karya puisi Prof. Djarwo” terang perempuan
yang  merupakan ketua KMSI tahun lalu ini.
Lebih lanjut perempuan yang akrab disapa Dissa ini bercerita bahwa, setelah
pemakaman Prof. Soedjarwo Dissa dkk. berkumpul untuk membahas kelanjutan ide
tersebut. “Setelah pulang dari pemakaman itu kita mulai ngobrol, terus juga ada
kak Ashyar, dia mengapresiasi dan membantu ide, kira-kira konsepnya akan
seperti apa. Jadi dari situ kita perbanyak
temen-temen kita, siapa aja
yang akan ikut terlibat, dan akhirnya jadilah ini.”, lanjutnya.
Kedatangan
kedua anak Prof. Soedjarwo, Widi dan Adi di acara tersebut menambah keharuan,
terlebih pada saat Adi, anak kedua Prof. Soedjarwo mengungkapkan perasaannya di
depan umum. Tim
Hayamwuruk juga menemui keduanya setelah acara In
Memoriam Prof. Soedjarwo berakhir. Widi, anak pertama Prof. Soedjarwo yang juga
dosen Fakultas Teknik di Universitas Negeri Semarang (Unnes) mengatakan bahwa,
ia merasa sangat terkesan dengan fakultas Sastra (FIB). “Acara ini bagus
sekali, artinya sangat jarang sebuah perguruan tinggi kemudian menghargai
karya-karya dari sosok yang telah membesarkan perguruan tinggi negeri itu
sendiri.”, tuturnya. Dari mulutnya, dapat diketahui informasi bahwa Prof.
Soedjarwo sangat mencintai dunia mengajar. Terbukti di masa tuanya, bahkan
setelah dinyatakan pensiun beliau masih berkeinginan dan sempat mengajar selama
satu semester pada tahun 2012. Bagi Prof. Soedjarwo, mengajar bukan sebuah
pekerjaan, melainkan sebuah kecintaan.
Hadir
pula dalam acara tersebut Agus Maladi Irianto (Dekan FIB), Mujid Farihul Amin
(Pembantu Dekan III FIB), Abdul Rauf (Kasubbag Kemahasiswaan FIB), dan
Hermintoyo (Pembina KMSI). Keempatnya juga ikut berpartisipasi  membacakan puisi karya Prof. Soedjarwo. Sosok
seorang guru besar memang telah meninggalkan kita, namun semua jasa dan
pengabdiannya tak akan pernah lekang oleh waktu. Semoga Prof. Soedjarwo damai
di sana, selamat jalan, Prof.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top