Hijrah, Bukan Tanpa Sebab dan Dampak

Oleh :
Fakhrun Nisa
Reporter
: Indah Zumrotun, Faras Alda H.



Selasa (18/03) sore, kampus FIB Undip
Tembalang masih menggeliat oleh aktivitas penghuninya. Terlihat sekumpulan
mahasiswa keluar dari sebuah ruangan bertuliskan “Sekretariat BEM FIB”,
berbondong meninggalkan ruangan. Di balkon lantai tiga gedung A, segerombolan
mahasiswa juga masih terlihat melingkar meski petang sudah mulai menyapa.
Sementara di luar, di
crop
circle
lebih tepatnya, beberapa mahasiswa
masih berteriak lantang, namun  kemudian
teriakan itu  terdengar semakin redup
kala panggilan Tuhan mulai menggema.

Kampus memang menjadi sebuah tempat
yang sangat vital bagi mahasiswa untuk melakukan kegiatannya, entah itu
perkuliahan, mengerjakan tugas atau pun aktivitas di luar urusan akademik,
kegiatan Lembaga Kegiatan mahasiswa (LKM) misalnya. Kampus yang sering terlihat
ramai dan sesak, teriakan lantang para mahasiswa yang sedang berlatih teater,
serta hiruk pikuk di dalam kampus, mungkin sebentar lagi hanya akan menjadi
kenangan bagi mahasiswa program studi D3. Pasalnya, berita hijrahnya D3 ke
kampus Pleburan sudah nyata adanya. Bahkan beberapa perkuliahan sudah
dijalankan di kampu
s bawah
pada awal semester genap ini. Mata kuliah tersebut adalah So
cukkyu, Kaiwa, dan
Moiji milik D3 Bahasa Jepang semester 6 yang diajarkan dari Selasa pagi
hingga sore di kampus Pleburan.

Kabar kepindahan pun sudah banyak
diketahui oleh mahasiswa D3 sendiri melalui dosen. Dalam memutuskan kebijakan
untuk pindah, tentunya hal ini sudah matang-matang dipikirkan oleh pihak yang
berwenang, termasuk juga dampaknya. Kepindahan ini bukannya tanpa hal positif.
Pengaktifan kembali kampus FIB Pleburan yang beberapa tahun terakhir ini ‘mati’
dan akan dibukanya program studi baru yakni S1 Antropologi menjadi beberapa
alasan utama kepindahan ini. Kampus FIB Tembalang yang dirasa semakin sesak,
karena banyaknya jumlah mahasiswa tidak sebandiing dengan sarana dan prasarana
yang mendukung.

Hal ini tentu dikeluhkan oleh banyak
pihak, terutama mahasiswa. Oleh karenanya, kebijakan untuk memindahkan D3 ke
kampus Pleburan ditetapkan. Namun, bukan tanpa penolakan juga, beberapa
mahasiswa D3 mengaku keberatan bila mereka harus dipindahkan ke bawah.
Windy Arumsari, yang merupakan mahasiswa D3 Bahasa Inggris semester empat
yang juga menjabat sebagai staf Kementrian Medkominfo (Media Komunikasi
Informasi) BEM FIB menuturkan bahwa dia dan sebagian besar teman-temannya
merasa keberatan bila harus pindah ke kampus bawah. Dia berpendapat bahwa
mahasiswa baik S1 maupun D3 sudah melaksanakan perkuliahan bersama di kampus
Tembalang dan juga membayar biaya pendidikan, dia merasa bahwa mahasiswa D3
seharusnya juga mendapatkan fasilitas yang sama dengan mahasiswa S1
.
Lebih lanjut Windy menuturkan, untuk kegiatannya sendiri di BEM FIB akan
sedikit terhambat dengan kepindahan kuliahnya tersebut. “Ya bakalan
sulit banget lah, apa, kalau misalkan ada acara atau rapat. Misal kita habis
dari kuliah di bawah terus habis itu ada jadwal lagi ke atas ya muter-muter.
Tapi ya nggak tahu juga bisa ngikutin ininya juga apa nggak.”,
tuturnya. Hal senada juga diungkapkan Endang, teman Windy yang juga tergabung
dalam Riset Club FIB dan masih terdafta
r
sebagai magang UKM Teater Emper Kampus (Emka). Endang menambahkan bahwa
kepindahan D3 ke kampus Pleburan nanti dirasa akan menganggu jam mata kuliah,
mengingat program studinya yang D3 bahasa Inggris, dan hampir di seluruh
fakultas ada mata kuliah bahasa Inggris, hal ini akan membuat dosen terus mobile di jalan sehingga memakan waktu
dan tenaga lebih banyak.

Berbeda pendapat dengan
Windy dan Endang, Abdullah mahasiswa D3 Bahasa Inggris semester dua ini
menganggap
santai dan senang-senang saja bila benar perkuliahan akan dipindah ke kampus
Pleburan. Seperti yang diungkapkan oleh
nya, Positifnya kalau misalnya dari segi
kampus emang lebih adem, terus kedua lebih nyaman. Pengaruhnya, karena
saya nggak ikut organisasi ya nggak ada yang berubah, paling cuman
waktu berangkatnya aja yang lebih cepet aja.”

Berbeda
pendapat dalam menyikapi sebuah kebijakan memang merupakan suatu hal yang
wajar. Dampak kepindahan itu juga akan terasa di tubuh LKM yang di dalamnya
terdapat anggota mahasiswa D3, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIB, Keluarga
Humaniora Islam Madani (Kharisma), Wadah Musik Sastra (WMS), dan Persekutuan
Mahasiswa Kristen (PMK).
Beberapa LKM
tersebut mengakui bahwa meskipun jumlah anggota yang mahasiswa D3 tidak terlalu
banyak, namun tetap saja ini akan mempengaruhi kuantitas apabila nantinya
anggotanya tersebut tidak lagi aktif di LKM tersebut. Enggar Bagus Listdiar,
mas’ul (ketua) Kharisma mengatakan bahwa meskipun jumlah mahasiswa D3 dalam
kepengurusan Kharisma tidak terlalu banyak, tidak lebih dari sepuluh orang,
namun kepindahan D3 ini mungkin dinilai bisa menimbulkan keterbatasan anggota
yang D3 dalam mengikuti kegiatan, sehingga hal ini dapat mempengaruhi kuantitas
meskipun tidak signifikan. Hal ini juga disepakati oleh  Sandra, ketua PMK, “
Ya pasti
kalau namanya berdampak ya pasti berdampak kan, empat orang juga bisa
mengurangi kuntitas, maksudnya jumlah kita gitu kan. Yang pasti berdampak”,
ujarnya.

Lebih lanjut para ketua LKM tersebut menuturkan bahwa belum
ada langkah-langkah jauh untuk menyiasati keaktifan anggota mereka yang
nantinya akan dipindah ke bawah. Belum ada keluhan dari anggota masing-masing
dan kepindahan tersebut  terhitung masih
beberapa bulan lagi membuat para ketua LKM belum memikirkan dan merapatkan
barisan untuk mengambil sikap dan kebijakan.

Dinar
Fitra Maghisza selaku presiden BEM FIB mengungkapkan, “Kepindahan D3 ini
dikarenakan
akan terbit saudara muda baru S1 yakni jurusan Antropologi nanti akan ada disini (di Kampus Tembalang, Red.) Ya, aku harap, atas nama organisasi ada semacam kesinambunganlah antara
HM-HMPSD3 yang ada di bawah semacam itu. Mungkin nanti sekretariatnya yang
disini masih dibagi dengan S1.

Ya aku harap
nanti ada perwakilanlah dari D3 yang ada di bawah supaya sinergis. Kan nggak
mau kan nanti muncul diskriminasi dari D3 terhadap S1 yang ada di sini.
Untuk BEM
FIB sendiri, Dinar berencana membuat perwakilan dari BEM FIB dalam bentuk
Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa (Adkesma). Dalam Adkesma tersebut, Dinar
berharap ada perwakilan dari D3 untuk mengadvokasi sehingga ketika suatu saat
akan ada acara yang diselenggarakan di kampus Pleburan bisa dikerjakan secara
bersama.

Selain kuantitas jumlah anggota dalam LKM, keaktifan
Himpunan Mahasiswa Program Studi D3 (HMPSD3) juga menjadi perhatian. Selama ini
ruang sekretariat HMPSD3 masih bergabung bersama Himpunan Mahasiswa Jurusan
(HMJ) S1. Bila D3 benar dipindah ke bawah, maka ada kemungkinan mereka akan
mendapatkan ruang sekretariat sendiri. Hal ini seperti yang diutarakan oleh
Afni, yang hingga berita ini diturunkan masih menjabat sebagai Ketua HMSD3
Bahasa jepang. “
Kalau
di sini kita barengan dengan S1, bercampur baur jadi satu di sini. Kami
harus membagi dua. Kalau dipindah ke bawah 
itu, positifnya kita dapet ruangan sendiri, jadi bisa leluasa,
rapat kapan aja, mau apa aja, menggunakan sekre kapan aja itu hak mutlak kami gitu”,
tuturnya. Untuk urusan penyediaan ruangan bagi HMPSD3 di kampus Pleburan, Mujid
Farihul Amin sendiri belum bisa memberikan klarifikasi. Beliau berkata, “Ya itu
nanti perlu saya konfirmasi. Kemarin kan konsentrasinya baru memindahkan
kuliah, sama ruang untuk pengelola. Sisanya kan banyak ruang juga itu, tata
usaha, pengelola kemudian ada beberapa ruangan juga yang bisa dimanfaatkan
untuk HM-HM itu. Kan paling hanya butuh
empat , empat itu ya untuk HM itu ya. Kalau pun
tidak
empat ya dua, satu berdua kan bisa. Ruangnya
besar-besar itu ya.”

Peni
Saptara, ketua HMJ Ilmu Perpustakaan yang baru
demisioner juga menyatakan hal yang sama. “D3
udah mau pindah gitu dan pasti kan HM-nya pindah, anak-anaknya
pindah, pasti kan kayaknya sekrenya juga bakalan pindah juga gitu
kan. Kalau misalnya gitu ya kita nggak muna juga,
maksudnya ya kita dapat ruangan satu gitu kan berarti kan udah
enak. masalah kunci, masalah jadwal, masalah jadwal bersih-bersih gitu
kan kita nggak ngurusin lagi. Jadi kalau misal dipindah, ya itu
pasti lebih enak di kita gitu kan karena sekrenya udah milik kita
sendiri”, jelasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top