Oleh: Deviana K.
Reporter: Risma, Intan A.
Mahasiswa mana yang tidak ingin merasakan wisuda? Upacara yang menandai rampungnya mahasiswa menyelesaikan masa studi ini, bagaikan puncak perjuangan berakhirnya masa kuliah. Namun, beberapa mahasiswa menganggap upacara wisuda hanya sebagai formalitas. Terlebih upacara wisuda wajib yang diselenggarakan pada tingkat universitas kurang berkesan bagi sebagian mahasiswa. “Ya, kalau wisuda universitas kan mahasiswanya banyak, ya? Jadi kita kayak nggak kelihatan,” ungkap Fiersta Wasiska Juniar, calon wisudawan dari jurusan Sastra Inggris.
Selain wisuda universitas, ada pula wisuda yang diselenggarakan di tingkat fakultas dengan jumlah peserta yang lebih sedikit. FIB, yang pada tahun-tahun sebelumnya menyelenggarakan wisuda fakultas, periode ini tak lagi menyelenggarakan upacara tersebut. Menurut penuturan Dewi Yuliati, Pembantu Dekan I FIB, hal ini dikarenakan pertimbangan pihak kampus terhadap beban yang ditanggung orang tua mahasiswa. Selain itu, jeda wisuda fakultas yang berselang satu hari, akan merepotkan orang tua mahasiswa yang berdomisili di luar kota. “Wisuda fakultas memang tidak wajib karena kami mempertimbangkan beban orang tua yang akan semakin banyak. Tapi sebenarnya hal ini kami kembalikan lagi kepada calon wisudawan, apakah menghendaki wisuda fakultas atau tidak.”, ungkap wanita berambut pendek tersebut. Dewi menuturkan bahwa pihak kampus memang telah mewacanakan pertimbangan kembali penyelenggaraan wisuda fakultas pada saat rapat pimpinan.
Namun, wanita yang juga dosen Ilmu Sejarah ini juga mengatakan bahwa semuanya kembali tergantung pada mahasiswa . Beliau mengaku pihak kampus telah melakukan pertemuan dengan calon wisudawan untuk melakukan kesepakatan apakah akan diadakan wisuda fakultas atau tidak. Sebagian besar menyatakan tidak, meskipun sebagian kecil ada yang tetap menghendaki. “Ya setuju saja kalau wisuda fakultas ditiadakan tapi sebenarnya sayang karena kan kita ngumpulnya dengan anak-anak satu fakultas, jadi lebih khidmat.” terang Nurhalimah, mahasiswa Sastra Jepang angkatan 2010.
Seperti pepatah Jawa ‘desa mawa cara, negara mawa tata’, lain halnya dengan penyelenggaraan wisuda fakultas di Fakultas Sains dan Matematika (FSM) yang sepenuhnya dikelola mahasiswa. “Iya, sebenarnya kan wisuda fakultas hanya bersifat seremonial saja, di sini yang menyelenggarakan BEM departemen Ekobis (Ekonomi dan Bisnis). Bukan berarti dibisniskan, tapi memang yang akan mengurusi plakat, toga, nanti dari Ekobis,” tutur Riski Khoirul Imam, Ketua BEM FSM.
Mahasiswa jurusan Kimia ini menambahkan bahwa wisuda fakultas di FSM telah ditangani penuh oleh mahasiswa sejak dua tahun yang lalu. Mereka menyelenggarakan wisuda fakultas empat kali setahun mengikuti wisuda universitas. Waktu penyelenggaraannya pun pada hari yang sama dengan wisuda universitas sehingga tidak perlu persiapan dobel dari wisudawan. Biaya yang didapat sepenuhnya dari calon wisudawan. Intinya, mereka memposisikan diri sebagai event organizer. “Jadi kita tanya calon wisudawan mereka butuh apa, misalnya gedung, hiburan, ya, kita yang nyariin. Kita presentasi misal gedung A harganya sekian gedung B sekian. Untuk konsumsi seperti ini, langsung disepakati,” sambungnya. Biaya yang dikeluarkan calon wisudawan tergantung pada konsep wisuda, namun biasanya berkisar antara 400-500 ribu.
Masih menurut pengakuan Riski, biaya adalah kendala terbesar dalam menyelenggarakan wisuda. Karena calon wisudawan telah terbebani dengan biaya wisuda universitas yang terbilang cukup tinggi, maka biaya menjadi ganjalan bagi pelaksanaan wisuda fakultas. Namun, ia juga mengungkapkan bahwa suasana wisuda tingkat fakultas biasanya lebih cair. “Wisuda fakultas ini tidak wajib sih. Tapi banyak yang mau ikut juga, soalnya kan kalau wisuda universitas cuma gitu-gitu aja. Nanti kalau di wisuda fakultas ada foto bareng dekan dan biasanya lebih cair (suasananya),” tutur Riski.
Memang, wisuda fakultas dapat diumpamakan bak dua sisi mata uang. Pada satu sisi, para mahasiswa sudah terbebani biaya untuk wisuda universitas yang tinggi dan urusan persiapan yang lebih rumit. Namun, di sisi lain wisuda fakultas diyakini lebih berkesan daripada wisuda universitas meski hanya bersifat opsional. Sekarang semuanya tergantung pada mahasiswa, apakah wisuda merupakan acara formalitas atau memang akan menjadi momen kelulusan yang sakral sehingga acara tersebut harus diadakan. ***