Dalam
kuliah umum bertajuk “Winning Globalization” di Auditorium Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik (FISIP) Undip, Senin siang (25/4), Dino Pati Djalal berpesan
kepada mahasiswa untuk berpikir terbuka dan tidak dogmatis saat menjadi
mahasiswa. Pasalnya, menurut mantan Wakil Menteri Luar Negeri itu, dalam era
globalisasi, pemuda di seluruh dunia akan saling bersaing di mana yang paling
penting adalah pragmatisme, skill dan problem solving. “(Masa
mahasiswa) saya penuh dengan jargon-jargon yang sangat dogmatis, anti
kapitalisme dan sebagainya. padahal setelah saya lulus, tak pernah saya
menggunakan istilah-istilah yang dogmatik itu di ruang kerja”.
kuliah umum bertajuk “Winning Globalization” di Auditorium Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik (FISIP) Undip, Senin siang (25/4), Dino Pati Djalal berpesan
kepada mahasiswa untuk berpikir terbuka dan tidak dogmatis saat menjadi
mahasiswa. Pasalnya, menurut mantan Wakil Menteri Luar Negeri itu, dalam era
globalisasi, pemuda di seluruh dunia akan saling bersaing di mana yang paling
penting adalah pragmatisme, skill dan problem solving. “(Masa
mahasiswa) saya penuh dengan jargon-jargon yang sangat dogmatis, anti
kapitalisme dan sebagainya. padahal setelah saya lulus, tak pernah saya
menggunakan istilah-istilah yang dogmatik itu di ruang kerja”.
Dalam
kesempatan itu, ia juga mengatakan, bahwa jika di abad ke-20 nasionalisme dan dekolonisasi
menjadi arus besar yang merubah wajah dunia dengan munculnya negara-negara baru,
maka di abad ke-21 ini, arus sejarah yang paling dahsyat adalah globalisasi. Dan pilihan bagi bangsa Indonesia hanya dua:
merespon atau bersembunyi darinya.
kesempatan itu, ia juga mengatakan, bahwa jika di abad ke-20 nasionalisme dan dekolonisasi
menjadi arus besar yang merubah wajah dunia dengan munculnya negara-negara baru,
maka di abad ke-21 ini, arus sejarah yang paling dahsyat adalah globalisasi. Dan pilihan bagi bangsa Indonesia hanya dua:
merespon atau bersembunyi darinya.
Hal tersebut
penting untuk diketahui, sebab menurutnya, Indonesia telah beberapa kali tertinggal
“kereta sejarah” dan menjadi bangsa yang tertindas. Contohnya “revolusi
industri kita nggak ikut ketika 1820 di Eropa dan Inggris mulai ada
gerakan industrialisasi”.
penting untuk diketahui, sebab menurutnya, Indonesia telah beberapa kali tertinggal
“kereta sejarah” dan menjadi bangsa yang tertindas. Contohnya “revolusi
industri kita nggak ikut ketika 1820 di Eropa dan Inggris mulai ada
gerakan industrialisasi”.
Duta
Besar Singapura untuk Indonesia, H.E Anil Kumar Nayar yang juga menjadi
pembicara hari itu, mengutarakan hal serupa. Anil bercerita tentang pengalaman
Singapura dalam menghadapi era globalisasi: bagaimana singapura mengubah pola
pikir masyarakatnya untuk menjadi kompetitor di era global. “Dulu kalian
membeli mainan di singapura, tapi kami berpikir nggak bisa terus
berkompetisi di situ, we shift our economic focus,” ucapnya. “But,
the most important thing is prepare the mindset of people”.
Besar Singapura untuk Indonesia, H.E Anil Kumar Nayar yang juga menjadi
pembicara hari itu, mengutarakan hal serupa. Anil bercerita tentang pengalaman
Singapura dalam menghadapi era globalisasi: bagaimana singapura mengubah pola
pikir masyarakatnya untuk menjadi kompetitor di era global. “Dulu kalian
membeli mainan di singapura, tapi kami berpikir nggak bisa terus
berkompetisi di situ, we shift our economic focus,” ucapnya. “But,
the most important thing is prepare the mindset of people”.
Selain
kuliah umum, dalam acara tersebut, Dino Pati Djalal juga menandatangani nota
kesepahaman Kerjasama antara FISIP Undip dengan Foreign Policy Community of
Indonesia (FPCI) yang ia dirikan. Ketua
Program Studi Hubungan Internasional (Prodi HI), Tri Cahyo Utomo mengatkan, kerjasama
tersebut nantinya akan memudahkan FISIP untuk mendatangkan duta besar atau ahli-ahli
di bidang internasional. Namun kerjasama tersebut tidak hanya dikhususkan untuk
Prodi HI, melainkan seluruh jurusan dan Prodi di FISIP. “Sementara ini seperti
ini (kuliah umum), kami belum membicarakan lebih lanjut bentuk kerjasamanya ke
depan, karena ini baru ditandatangani MoU-nya” tambahnya. (HW/Friana & Deviana)
kuliah umum, dalam acara tersebut, Dino Pati Djalal juga menandatangani nota
kesepahaman Kerjasama antara FISIP Undip dengan Foreign Policy Community of
Indonesia (FPCI) yang ia dirikan. Ketua
Program Studi Hubungan Internasional (Prodi HI), Tri Cahyo Utomo mengatkan, kerjasama
tersebut nantinya akan memudahkan FISIP untuk mendatangkan duta besar atau ahli-ahli
di bidang internasional. Namun kerjasama tersebut tidak hanya dikhususkan untuk
Prodi HI, melainkan seluruh jurusan dan Prodi di FISIP. “Sementara ini seperti
ini (kuliah umum), kami belum membicarakan lebih lanjut bentuk kerjasamanya ke
depan, karena ini baru ditandatangani MoU-nya” tambahnya. (HW/Friana & Deviana)