Senin, 24 Oktober 2016, Fakultas Ilmu Budaya
kedatangan dua kotak berukuran besar. Dua kotak ini terleteak di antara Gazebo
FIB dan di bawah pohon Kersen gedung A. Kotak tersebut merupakan properti kampanye
Anti Kurir Absen dan Anti Cap Palsu yang digelar oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi
Undip angkatan 2014. Acara ini berlangsung dari pukul 08.00 hingga
pukul 14.00.
kedatangan dua kotak berukuran besar. Dua kotak ini terleteak di antara Gazebo
FIB dan di bawah pohon Kersen gedung A. Kotak tersebut merupakan properti kampanye
Anti Kurir Absen dan Anti Cap Palsu yang digelar oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi
Undip angkatan 2014. Acara ini berlangsung dari pukul 08.00 hingga
pukul 14.00.
Avril, ketua pelaksana acara tersebut,
menjelaskan bahwa kampanye tersebut merupakan acara yang berintegrasi dengan
mata kuliah Menejemen Sosial. Awalnya, kampanye tersebut merupakan tugas
kuliah. Tapi, dosen yang mengampu mata kuliah tersebut lalu mewajibkan Avril
dan teman-temannya untuk mengajukan hasil tugas mereka ke lomba Festival
Integritas Kampus yang diselenggarakan oleh KPK. Setelah menghasilkan lima
pemenang, lomba tersebut mewajibkan para pemenang untuk melakukan kampanye.
menjelaskan bahwa kampanye tersebut merupakan acara yang berintegrasi dengan
mata kuliah Menejemen Sosial. Awalnya, kampanye tersebut merupakan tugas
kuliah. Tapi, dosen yang mengampu mata kuliah tersebut lalu mewajibkan Avril
dan teman-temannya untuk mengajukan hasil tugas mereka ke lomba Festival
Integritas Kampus yang diselenggarakan oleh KPK. Setelah menghasilkan lima
pemenang, lomba tersebut mewajibkan para pemenang untuk melakukan kampanye.

“Sebulan kemarin kita udah kampanye di Fisip dua kali.
Sebelumnya kita sudah melakukan riset primer yang dimana terdapat 20% mahasiswa
melakukan kurir absen. Kita ditantang untuk menjadikannya 0%. Kita strategi
pemasarannya lewat dua cara, yaitu online dan offline. Untuk
online kita lewat Instagram dan Line. Sedangkan offline kita kampanye ke
fakultas-fakultas,” terang Avril.
Sebelumnya kita sudah melakukan riset primer yang dimana terdapat 20% mahasiswa
melakukan kurir absen. Kita ditantang untuk menjadikannya 0%. Kita strategi
pemasarannya lewat dua cara, yaitu online dan offline. Untuk
online kita lewat Instagram dan Line. Sedangkan offline kita kampanye ke
fakultas-fakultas,” terang Avril.
Selain itu, Avril juga mengatakan bahwa
kampanye yang ia dan kawan-kawannya lakukan sempat menuai kontroversi. Sebagai
contoh yaitu di dalam Akun Resmi Line Pesan Bocah Undip, Avril telah menuai
banyak hujatan terhadap kampanye yang telah ia dan kawan-kawannya lakukan.
“Tapi kita enggak masalah. Kita menganggap itu sebagai impact yang bagus,” ungkap
Avril.
kampanye yang ia dan kawan-kawannya lakukan sempat menuai kontroversi. Sebagai
contoh yaitu di dalam Akun Resmi Line Pesan Bocah Undip, Avril telah menuai
banyak hujatan terhadap kampanye yang telah ia dan kawan-kawannya lakukan.
“Tapi kita enggak masalah. Kita menganggap itu sebagai impact yang bagus,” ungkap
Avril.
Selain FIB, kampanye ini juga telah
dilaksanakan di beberapa fakultas lain seperti Fakultas Hukum, Teknik, dan Psikologi.
Selanjutnya, mereka juga berencana untuk melanjutkannya ke seluruh fakultas di
Undip. Avril juga menjelaskan bahwa mereka telah melakukan lobbying ke Dekanat
untuk mendukung kampanyenya. Selain itu, mereka juga telah melakukan pemasangan
dekstop dan cover Anti Kurir Absen di setiap daftar absen.
dilaksanakan di beberapa fakultas lain seperti Fakultas Hukum, Teknik, dan Psikologi.
Selanjutnya, mereka juga berencana untuk melanjutkannya ke seluruh fakultas di
Undip. Avril juga menjelaskan bahwa mereka telah melakukan lobbying ke Dekanat
untuk mendukung kampanyenya. Selain itu, mereka juga telah melakukan pemasangan
dekstop dan cover Anti Kurir Absen di setiap daftar absen.
Megan Pinilih, salah satu mahasiswa Sastra Inggris, mengatakan bahwa
acara ini sangat bagus karena bisa menurunkan aksi-aksi kurir absen. Senada
dengan Garnis Mardila, Sastra Inggris, yang berpendapat acara ini bisa menjadi
motivasi untuk mahasiswa yang gemar melakukan titip absen untuk menghentikan
kebiasaannya.
(Wahyu Dwi Astuti)