📷Salah satu Aksi dari Teater Emperan Kampus (Emka) di halaman crop circle Fakultas Ilmu Budaya (FIB),Universitas Diponegoro (Undip), Kamis (23/3).
Mahasiswa
Fakultas Ilmu Budaya (FIB)
Universitas Diponegoro (Undip) memainkan teatrikal ruang publik, dengan tema menolak adanya pabrik
semen di Kendeng. Mereka menggelar aksi teatrikal tersebut di sepanjang jalan
kampus, saat perkuliahan sedang berlangsung, sekitar pukul 12:00 WIB, pada Kamis (23/3) lalu.
Fakultas Ilmu Budaya (FIB)
Universitas Diponegoro (Undip) memainkan teatrikal ruang publik, dengan tema menolak adanya pabrik
semen di Kendeng. Mereka menggelar aksi teatrikal tersebut di sepanjang jalan
kampus, saat perkuliahan sedang berlangsung, sekitar pukul 12:00 WIB, pada Kamis (23/3) lalu.
Para
mahasiswa yang mengikuti aksi teatrikal, sebagian adalah anggota Teater Emper Kampus (Emka) FIB Undip.
Para mahasiswa tersebut berpakaian
selayaknya petani Kendeng yang
sedang kesusahan karena haknya sebagai petani di rampas. Aksi teatrikal dimulai
dengan mengelilingi area kampus sambil membawa ayakan padi. Hal tersebut dilakukan sebagai simbol bahwa mereka juga merasakan
perjuangan ibu-ibu Kendeng yang pernah melakukan long march (perjalanan jarak jauh yang di tempuh dengan berjalan
kaki) dari Rembang sampai Semarang.
mahasiswa yang mengikuti aksi teatrikal, sebagian adalah anggota Teater Emper Kampus (Emka) FIB Undip.
Para mahasiswa tersebut berpakaian
selayaknya petani Kendeng yang
sedang kesusahan karena haknya sebagai petani di rampas. Aksi teatrikal dimulai
dengan mengelilingi area kampus sambil membawa ayakan padi. Hal tersebut dilakukan sebagai simbol bahwa mereka juga merasakan
perjuangan ibu-ibu Kendeng yang pernah melakukan long march (perjalanan jarak jauh yang di tempuh dengan berjalan
kaki) dari Rembang sampai Semarang.
Teater
Emka melakukan aksi tersebut untuk mencoba merasakan empati atas meninggalnya Ibu Patmi pada Selasa (21/3). Ibu Patmi adalah salah seorang perempuan petani Kendeng yang turut
melakukan aksi dengan memasung kakinya
di Jakarta. Aksi ini juga bertujuan untuk menyadarkan mahasiswa agar tidak apatis terhadap masalah-masalah
sosial yang terjadi di luar kampus.
Emka melakukan aksi tersebut untuk mencoba merasakan empati atas meninggalnya Ibu Patmi pada Selasa (21/3). Ibu Patmi adalah salah seorang perempuan petani Kendeng yang turut
melakukan aksi dengan memasung kakinya
di Jakarta. Aksi ini juga bertujuan untuk menyadarkan mahasiswa agar tidak apatis terhadap masalah-masalah
sosial yang terjadi di luar kampus.
Ahmad Fauzi selaku, selaku salah satu anggota Emka menambahkan bahwa acara ini
sebagai bentuk kritik terhadap pemerintah . “ Pemerintah labil, sempat kemarin Kendeng menang lalu
sekarang Semen yang menang, itu kan sangat labil, ada kajian-kajian ulang lagi,
kedepannya semoga pemerintah lebih bijak dalam menyikapi konflik agraria,
karena masyarakat kebanyakan bekerja di sektor agraris,” ujarnya.
sebagai bentuk kritik terhadap pemerintah . “ Pemerintah labil, sempat kemarin Kendeng menang lalu
sekarang Semen yang menang, itu kan sangat labil, ada kajian-kajian ulang lagi,
kedepannya semoga pemerintah lebih bijak dalam menyikapi konflik agraria,
karena masyarakat kebanyakan bekerja di sektor agraris,” ujarnya.
Dengan
adanya aksi ini, mahasiswa diharapkan dapat turut aktif mengkritisi persoalan-persoalan
yang ada di masyarakat. Tidak melulu memikirkan masalah akademik dan kemudian
bersikap apatis terhadap isu-isu genting seperti ini. Diharapkan pula, agar
pemerintah dapat menanggapi masalah ini dengan baik dan tepat dalam mengambil
keputusan.
adanya aksi ini, mahasiswa diharapkan dapat turut aktif mengkritisi persoalan-persoalan
yang ada di masyarakat. Tidak melulu memikirkan masalah akademik dan kemudian
bersikap apatis terhadap isu-isu genting seperti ini. Diharapkan pula, agar
pemerintah dapat menanggapi masalah ini dengan baik dan tepat dalam mengambil
keputusan.
Ponco
Adi Nugroho, peserta aksi tetrikal menyatakan bahwa masalah yang terjadi di
Kendeng harus segera ditanggapi dan diselesaikan sampai ke akar-akarnya.
Sehingga untuk kedepannya tidak ada lagi masalah serupa yang nantinya membuat
masyarakat Kendeng melakukan aksi yang lain.
Adi Nugroho, peserta aksi tetrikal menyatakan bahwa masalah yang terjadi di
Kendeng harus segera ditanggapi dan diselesaikan sampai ke akar-akarnya.
Sehingga untuk kedepannya tidak ada lagi masalah serupa yang nantinya membuat
masyarakat Kendeng melakukan aksi yang lain.
“Meskipun singkat (aksi teatrikal) saya pun merasa puas dan senang. Tidak tau
kenapa, ketika kita melampiaskan itu dan
meneriakkan kepada umum, setidaknya dapat sedikit menguarangi beban-beban warga
Kendeng,” ujar
Farid salah satu mantan anggota Teater
Emka yang mengikuti aksi teaterikal tersebut.
(HW/Habib)
kenapa, ketika kita melampiaskan itu dan
meneriakkan kepada umum, setidaknya dapat sedikit menguarangi beban-beban warga
Kendeng,” ujar
Farid salah satu mantan anggota Teater
Emka yang mengikuti aksi teaterikal tersebut.
(HW/Habib)