Akhir-akhir ini, sering terlihat beberapa motor berjajar di pinggir
jalan raya wilayah Undip. Pengendara
motor-motor tersebut mengenakan jaket berwarna hijau bertuliskan perusahaan
transportasi online masing-masing.
Mereka terlihat sesekali membuka handphone
untuk mencari penumpang.
jalan raya wilayah Undip. Pengendara
motor-motor tersebut mengenakan jaket berwarna hijau bertuliskan perusahaan
transportasi online masing-masing.
Mereka terlihat sesekali membuka handphone
untuk mencari penumpang.
Meskipun sudah sejak tiga bulan yang lalu terdapat spanduk bertuliskan,
“Semua kendaraan angkutan umum (online/offline) dan Pedagang Kaki Lima
(PKL) dilarang parkir, mengetem, dan
berjualan di lingkungan kampus Universitas Diponegoro (Undip). Namun, tetap
saja masih ada beberapa pengendara transportasi online yang tidak mematuhi aturan.
“Semua kendaraan angkutan umum (online/offline) dan Pedagang Kaki Lima
(PKL) dilarang parkir, mengetem, dan
berjualan di lingkungan kampus Universitas Diponegoro (Undip). Namun, tetap
saja masih ada beberapa pengendara transportasi online yang tidak mematuhi aturan.
”Mau bagaimana lagi namanya juga nyari rezeki ya terpaksa mangkal di
tepi-tepi jalan. Kadang, kalau di tegur satpam ya langsung pergi nyari tempat
lain,“ ujar Sutrisno, salah satu pengendara ojek online.
tepi-tepi jalan. Kadang, kalau di tegur satpam ya langsung pergi nyari tempat
lain,“ ujar Sutrisno, salah satu pengendara ojek online.
Hal senada juga dikatakan Edi, salah satu pengendara ojek online yang baru satu bulan bekerja
sebagai pengendara ojek online. Ia
mengatakan bahwa harus mengetem untuk mencari nafkah keluarga.
sebagai pengendara ojek online. Ia
mengatakan bahwa harus mengetem untuk mencari nafkah keluarga.
“Kalau pendapatan kami pasti terpengaruh, (terhadap pelarangan ojek
online dilarang mengetem) karena misal kita dapat order-an tapi di kejar-kejar satpam atau ditegur terus kan kita tidak bisa leluasa mau
mengambil penumpang. Jadi ya ada pengaruhnya pendapatan.”
online dilarang mengetem) karena misal kita dapat order-an tapi di kejar-kejar satpam atau ditegur terus kan kita tidak bisa leluasa mau
mengambil penumpang. Jadi ya ada pengaruhnya pendapatan.”
Ia juga menceritakan pernah ditegur oleh penjaga keamanan Undip karena melanggar
aturan kampus. Ketika itu situasi di lingkungan Undip sedang marak kasus kemalingan
motor. Oleh karena itu, baik Edi maupun Sutrisno menyarankan agar Undip membuatkan
pangkalan khusus untuk ojek online
agar lebih tertib.
aturan kampus. Ketika itu situasi di lingkungan Undip sedang marak kasus kemalingan
motor. Oleh karena itu, baik Edi maupun Sutrisno menyarankan agar Undip membuatkan
pangkalan khusus untuk ojek online
agar lebih tertib.
“Nah kalau misal Pak Rektor atau pihak Undipnya mau memberikan pangkalan
ojek online tiap fakultas kan kita tidak bakal ngetem di sembarang tempat. Tapi karena
tidak ada ruang khusus untuk ojek online
ya kita di pinggiran-pinggiran jalan kayak
gini,” tuturnya.
ojek online tiap fakultas kan kita tidak bakal ngetem di sembarang tempat. Tapi karena
tidak ada ruang khusus untuk ojek online
ya kita di pinggiran-pinggiran jalan kayak
gini,” tuturnya.
Senada dengan Edi dan Sutrisno, Yunus, salah satu supir angkot dengan
rute Undip – Ngesrep yang telah berkerja selama delapan tahun, menjelaskan bahwa saat ini pendapatannya hanya
menghasilkan dua puluh ribu rupiah per hari.
rute Undip – Ngesrep yang telah berkerja selama delapan tahun, menjelaskan bahwa saat ini pendapatannya hanya
menghasilkan dua puluh ribu rupiah per hari.
“Sekarang kalau pagi jam setengah 7 sampai jam 8 paling kalau kita ke
kampus bawanya satu dua, kan bisa
dilihat satu dua, paling banyak 4, kalau dulu kan sampai penuh. Kalau sekarang tidak ada penumpang, sepi.”
kampus bawanya satu dua, kan bisa
dilihat satu dua, paling banyak 4, kalau dulu kan sampai penuh. Kalau sekarang tidak ada penumpang, sepi.”
Yunus merasa kecewa dengan adanya pelarangan ngetem tersebut. Hal ini menambah beban supir angkot jurusan Undip-Ngesrep yang kini
beroperasi hanya sekitar 20 dari 120 angkot. Ia menjelaskan seharusnya Undip
membuat balas budi terhadap angkutan umum yang menjadi angkutan pertama.
beroperasi hanya sekitar 20 dari 120 angkot. Ia menjelaskan seharusnya Undip
membuat balas budi terhadap angkutan umum yang menjadi angkutan pertama.
“Waktu zaman Pak Muladi (Rektor Undip periode 1994-1998) kan
pernah bilang (tolong diantar mahasiswa buat sekolah, harusnya (sekarang Undip)
kayak kan ucapan terimakasih kan
ya tolong diperhatikan nasib angkot kayak
pelarangan gojek apa gocar masuk kampus atau ada gerakan naik
angkot ke kampus biar gak bikin macet.”
pernah bilang (tolong diantar mahasiswa buat sekolah, harusnya (sekarang Undip)
kayak kan ucapan terimakasih kan
ya tolong diperhatikan nasib angkot kayak
pelarangan gojek apa gocar masuk kampus atau ada gerakan naik
angkot ke kampus biar gak bikin macet.”
Ketika Hayamwuruk mencoba
menemui Andi, salah satu penjaga keamanan Undip, ia membenarkan bahwa dari
pihak kampus melarang adanya angkutan umum online
dan konvensional untuk mengetem. “Kalau mangkal
gak boleh tapi kalau muter gak
masalah, nganterin mahasiswa gapapa,” tuturnya.
menemui Andi, salah satu penjaga keamanan Undip, ia membenarkan bahwa dari
pihak kampus melarang adanya angkutan umum online
dan konvensional untuk mengetem. “Kalau mangkal
gak boleh tapi kalau muter gak
masalah, nganterin mahasiswa gapapa,” tuturnya.
Terkadang ketika menemui angkutan umum online dan offline yang
mengetem, Andi akan menegur pengendara tersebut. “Di tegur saja, jangan mangkal
atau bagaimana muter saja, kan tidak
enak kalau dipandang matanya.”
mengetem, Andi akan menegur pengendara tersebut. “Di tegur saja, jangan mangkal
atau bagaimana muter saja, kan tidak
enak kalau dipandang matanya.”
Hayamwuruk juga menanyakan kepada Andi perihal spanduk pelarangan
angkot yang sempat berkurang. Ia menjelaskan bahwa pemasangan spanduk dari Unit
Pengelola Aset, namun dia tidak
mengetahui siapa yang mencopot spanduk tersebut hingga berkurang. “Yang
masang pengelola aset, yang nyopot kurang tahu mas. Tapi ya bener mas, sebagian sudah ada yang dicopot.”
angkot yang sempat berkurang. Ia menjelaskan bahwa pemasangan spanduk dari Unit
Pengelola Aset, namun dia tidak
mengetahui siapa yang mencopot spanduk tersebut hingga berkurang. “Yang
masang pengelola aset, yang nyopot kurang tahu mas. Tapi ya bener mas, sebagian sudah ada yang dicopot.”
Hayamwuruk pun mengirimkan surat permohonan wawancara kepada Unit
Pengelola Aset, namun hingga berita ini diturunkan belum terdapat balasan.
Pengelola Aset, namun hingga berita ini diturunkan belum terdapat balasan.
Pelarangan mengetem
tersebut ditanggapi oleh salah satu penumpang angkutan yaitu Aulia, mahasiswa sastra
inggris 2015, sebagai pengguna jasa transportasi online. Ia mengatakan bahwa pelarangan mengetem memang kurang baik
karena dapat menjadi penyebab kemacetan jalan.
tersebut ditanggapi oleh salah satu penumpang angkutan yaitu Aulia, mahasiswa sastra
inggris 2015, sebagai pengguna jasa transportasi online. Ia mengatakan bahwa pelarangan mengetem memang kurang baik
karena dapat menjadi penyebab kemacetan jalan.
Ia mengatakan, “Seharusnya Undip punya transport yang khusus mahasiswa dan yang
praktis. Kalau bener-bener tidak
boleh ngetem ya tolong dibuatkan pos
khsuus yang bisa buat kumpul antara ojek online
maupun angkot biar tidak ada konflik kayak
kemaren kan ada demo tuh. Biar
tidak numpuk dimana-mana.”
praktis. Kalau bener-bener tidak
boleh ngetem ya tolong dibuatkan pos
khsuus yang bisa buat kumpul antara ojek online
maupun angkot biar tidak ada konflik kayak
kemaren kan ada demo tuh. Biar
tidak numpuk dimana-mana.”
Senada dengan Aulia, Bela, Mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat 2015 yang mengatakan sering menaiki transportasi angkot karena biaya
yang lebih murah, mengaku bahwa peraturan pelarangan angkot mengetem dirasa kurang
efektif karena tidak ada aturan tertulis seperti peraturan rektor. Ia
menambahkan perlunya Undip menggunakan transportasi khusus yang terintegrasi.
Masyarakat 2015 yang mengatakan sering menaiki transportasi angkot karena biaya
yang lebih murah, mengaku bahwa peraturan pelarangan angkot mengetem dirasa kurang
efektif karena tidak ada aturan tertulis seperti peraturan rektor. Ia
menambahkan perlunya Undip menggunakan transportasi khusus yang terintegrasi.
“Angkot mahasiswa atau transport yang khusus mahasiswa yang
lebih terkoordinir dan bayarnya lewat Kartu Tanda Mahasiswa atau kartu khusus transport mahasiswa biar angkotnya
terkoordinir. kan kalau resmi dari
pihak Undip sendiri. Biar tidak banyak yang ngetem
di pinggir jalan-jalan kayak selama
ini.”
lebih terkoordinir dan bayarnya lewat Kartu Tanda Mahasiswa atau kartu khusus transport mahasiswa biar angkotnya
terkoordinir. kan kalau resmi dari
pihak Undip sendiri. Biar tidak banyak yang ngetem
di pinggir jalan-jalan kayak selama
ini.”
Undip Tidak Melarang Hanya Mengatur Rumah
Tangganya
Tangganya
Wakil Rektor Sumber Daya Undip, Dr.
Darsono, S.E., mengungkapkan bahwa
Undip melarang angkutan umum online
dan offline sebagai cara untuk mengatur rumah tangganya
sendiri. “Undip mengatur rumah tangganya sendiri. Apa yang diatur? Pertama, online maupun konvensional tidak boleh ngetem di Undip. Sama semuanya.
Kalimatnya kan begitu. Bagaimana
kalau mengambil penumpang? Ya silahkan, karena selain mereka juga butuh penumpang,
kita juga butuh kendaraan,” ujarnya.
Darsono, S.E., mengungkapkan bahwa
Undip melarang angkutan umum online
dan offline sebagai cara untuk mengatur rumah tangganya
sendiri. “Undip mengatur rumah tangganya sendiri. Apa yang diatur? Pertama, online maupun konvensional tidak boleh ngetem di Undip. Sama semuanya.
Kalimatnya kan begitu. Bagaimana
kalau mengambil penumpang? Ya silahkan, karena selain mereka juga butuh penumpang,
kita juga butuh kendaraan,” ujarnya.
Darsono menjelaskan meskipun terdapat adanya pelarangan mengetem
tersebut, ia sering melihat adanya angkutan yang masih mengetem di pinggir jalan seperti di sekitar
stadion Undip. “Saya masih melihat untuk beberapa titik, kadang-kadang ngumpul
dua orang, tiga orang gitu kan? Lha ini yang harus dibersihkan. Dan ini harus
dibersihkan terus, nanti kita oprak-oprak
terus. Kan susahnya dia di oprak sini, pindah sana. Tapi pertanyaan
adalah apakah nggak boleh masuk ke kampus?
Nggak ada larangan itu dimanapun.”
tersebut, ia sering melihat adanya angkutan yang masih mengetem di pinggir jalan seperti di sekitar
stadion Undip. “Saya masih melihat untuk beberapa titik, kadang-kadang ngumpul
dua orang, tiga orang gitu kan? Lha ini yang harus dibersihkan. Dan ini harus
dibersihkan terus, nanti kita oprak-oprak
terus. Kan susahnya dia di oprak sini, pindah sana. Tapi pertanyaan
adalah apakah nggak boleh masuk ke kampus?
Nggak ada larangan itu dimanapun.”
Menanggapi usulan terhadap pangkalan khusus, ia menuturkan Undip tidak
akan memberikan pangkalan tersebut, karena dikhawatirkan dapat menimbulkan
permasalahan yang lebih rumit.
akan memberikan pangkalan tersebut, karena dikhawatirkan dapat menimbulkan
permasalahan yang lebih rumit.
“Pokoknya, saya tidak mau menyediakan pangkalan. Mangkal silahkan di luar Undip lah.
Tapi saya nggak mau menyediakan
pangkalan. Kenapa pangkalan? Itu nanti
kalau yang online dikasih pangkalan,
yang konvensional menuntut, ya kan? (itu
permasalahan) satu. Yang kedua berarti kita mengakui, ‘Pak, bapak berarti
mengakui? padahal ini izinnya nggak
ada segala macem gitu lho’ pokoknya ya sudah, nggak usah aja.”
Tapi saya nggak mau menyediakan
pangkalan. Kenapa pangkalan? Itu nanti
kalau yang online dikasih pangkalan,
yang konvensional menuntut, ya kan? (itu
permasalahan) satu. Yang kedua berarti kita mengakui, ‘Pak, bapak berarti
mengakui? padahal ini izinnya nggak
ada segala macem gitu lho’ pokoknya ya sudah, nggak usah aja.”
Menurut Darsono meskipun terdapat beberapa protes dari angkutan
umum konvesional, ia mengatakan itu
merupakan ranah dinas perhubungan. “Saya nggak
nanggapi (ada protes terhadap
pelarangan ngetem). Ada permintaan
mau ketemu gitu ya, termasuk dari online
waktu itu ada masuk, saya bilang tidak.”
umum konvesional, ia mengatakan itu
merupakan ranah dinas perhubungan. “Saya nggak
nanggapi (ada protes terhadap
pelarangan ngetem). Ada permintaan
mau ketemu gitu ya, termasuk dari online
waktu itu ada masuk, saya bilang tidak.”
“Kalau mau bertamu boleh, tapi tidak mau membahas itu (pelarangan
ngetem). karena kalau urusan pangkalan, izin, segala macem itu (menjadi
kewenangannya) dinas. Kita tidak ingin mengambil porsinya orang, ya satu. Sudah
ada jelas kok di dinas perhubungan,
ya tugasnya mengatur itu. Jadi kita mengatur ke dalam rumah tangga kita.”
ngetem). karena kalau urusan pangkalan, izin, segala macem itu (menjadi
kewenangannya) dinas. Kita tidak ingin mengambil porsinya orang, ya satu. Sudah
ada jelas kok di dinas perhubungan,
ya tugasnya mengatur itu. Jadi kita mengatur ke dalam rumah tangga kita.”
Kedepannya, kata Darsono, Undip mempunyai rencana berupa kendaraan
keliling berupa bus Undip untuk mengantar mahasiswa di lingkungan Undip. Namun,
ia menjelaskan ide itu akan terlaksana setelah pembuatan jembatan di samping
utara kampus Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB).
“Jadi hanya boleh di
pintu-pintu luar saja, jadi kalau masuk pintu luar ya berhenti di sana berhenti
situ, ke sininya kita upayakan dengan ada kendaraan keliling ya gitu,”
tuturnya.
keliling berupa bus Undip untuk mengantar mahasiswa di lingkungan Undip. Namun,
ia menjelaskan ide itu akan terlaksana setelah pembuatan jembatan di samping
utara kampus Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB).
“Jadi hanya boleh di
pintu-pintu luar saja, jadi kalau masuk pintu luar ya berhenti di sana berhenti
situ, ke sininya kita upayakan dengan ada kendaraan keliling ya gitu,”
tuturnya.
Darsono menjelaskan perihal pengadaan kendaraan keliling itu masih dalam
rencana. Saat ini Undip lebih memfokuskan pada perbaikan infrastruktur yang
membutuhkan banyak dana.
“Ya kalau saya penginnya (busnya) ya besok ada gitu lho, tapi kan dananya nggak ada. Eman-eman dananya, sementara untuk
kebutuhan yang lain. kejar-kejaran lab (laboratorium) ya, kebutuhan gedung
psikologi. Psikologi itu kasihan gimana nyelempit
di situ, mau bangun nggak bisa.
Ternyata kan tidak murah. Kita
kejar-kejaran di situ.”
rencana. Saat ini Undip lebih memfokuskan pada perbaikan infrastruktur yang
membutuhkan banyak dana.
“Ya kalau saya penginnya (busnya) ya besok ada gitu lho, tapi kan dananya nggak ada. Eman-eman dananya, sementara untuk
kebutuhan yang lain. kejar-kejaran lab (laboratorium) ya, kebutuhan gedung
psikologi. Psikologi itu kasihan gimana nyelempit
di situ, mau bangun nggak bisa.
Ternyata kan tidak murah. Kita
kejar-kejaran di situ.”
Reporter : Ulil, Iftaqul, Qonita, Faiz, Lulu
Penulis ; Ulil
Editor ; Dwi