Arodes: Menyatukan 3 Etnis dalam 1 Panggung


Sabtu, (2/12) pelataran dan
joglo kelurahan Sumurboto terlihat ramai oleh beberapa stand dan para pengunjung yang datang untuk menyaksikan pertunjukkan.
Mereka terlihat bersemangat untuk menonton acara yang digagas oleh ASAS
(Angkatan Sastra Indonesia Lima Belas) yang bekerja sama dengan Karang Taruna
Sumurboto.

Di awal acara, terdapat nyanyian
sinden Jawa oleh salah satu anggota ASAS. Lalu dilanjutkan dengan Tarian Gambang
Semarang yang dibawakan oleh Karang Taruna Sumurboto. Setelah itu terdapat tarian
Zapin Arab oleh anggota ASAS. Tidak hanya itu, acara ini juga dimeriahkan Teater
Emper Kampus (Emka) Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Penyimbolan tiga etnis tergambar
dari tarian Warak Dugder yang merupakan salah satu ikon kota Semarang yang dibawakan
oleh kaloborasi anatara anggota ASAS dan pemuda Sumurboto.

Zulfikar Lintang, ketua panitia
acara Arodes, mengatakan, “Pengambilan
tema Arodes, Arodes yaitu dari bahasa Jawa wilayah timur-an yang artinya saudara,
karena di wilayah Semarang ini ada tiga etnis yang mendominasi, yaitu Etnis
China, Arab dan Jawa. Meskipun ada etnis-etnis yang lain. Tetapi ketiga etnis itu
bisa hidup berdampingan seperti saudara,” jelasnya.

Dhani, ketua Karang Taruna Sumurboto,
menuturkan, “Keterlibatan pemuda Sumurboto dalam acara Arodes dengan membawakan pertunjukan tarian Warak-nya yang
menyimbolkan tiga etnis yang ada di Semarang tidak ada halangan, karena sudah sering
kita lakukan”. 

Ia juga  menambahkan dengan
diadakan acara ini masyarakat diharapkan selalu menjaga toleransi antar sesama.
Hal ini penting karena menjadi dasar dari rasa nasionalisme kepada negara dan
menjaga kota Semarang dari perpecahan antar etnis.

Salah satu pengunjung bernama Fajrin,
Mahasiswi Politeknik Negeri Semarang, menyatakan bahwa acara ini cukup
bemanfaat. Selain itu ia juga memberikan saran agar untuk acara serupa diadakan
di luar ruangan. “Acaranya bisa memberikan wawasan daripada kita tiduran di kos-an,  karena acara ini mengenalkan tentang kebudayaan
dan mungkin alangkah baiknya acaranya di outdoor
aja”.

Sedangkan
Rizal, mahasiswa Agribisnis Undip, mengaku kaget ketika melihat pementasan drama
yang dibawakan oleh teater Emka. Namun, menurutnya acara ini tetap menarik
karena sarat akan kebudayaan.


“Saya cukup kaget first person ketika melihat teaterikal dramanya (teater Emka) menggunakan
teks, saya kira kakak tadi belum bisa atau apa. Bagi saya juga acara ini cukup menarik,
karena mengangkat tema budaya, mungkin setelah ini penontonnya akan tertarik lagi
mengenai budaya tradisional, entah itu tarian, musik atau yang lainnya”. 


(HW/ Habib, Dwi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top