Dok. Hayamwuruk |
Rabu (25/4), Himpunan Mahasiswa Keperawatan (HIMKA) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip) menyelenggarakan diskusi yang bertajuk ‘Siaga Misteri Hantu UKT (Uang Kuliah Tunggal)’. Diskusi yang ber-tagline ‘Ngobrol Santai Bebas Berkualitas’ (Ngobrasi) ini bertempat di Rest Spot Gedung Keperawatan FK Undip. Dewi Pitriyanti, Ketua Bidang Advokasi dan Kesejahteraan Masyarakat (Advokesma) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Undip 2018, turut hadir sebagai pembicara.
Dewi memaparkan bahwa tingginya biaya UKT tidak selaras dengan fasilitas yang didapatkan oleh mahasiswa. Selain itu, mahasiswa mengeluhkan ketika permasalahan fasilitas bukan menjadi prioritas pihak universitas.
“Banyak keluhan dari temen-temen D4, temen-temen teknik, FSM (Fakultas Sains dan Matematika), (mengenai) toilet, sarana-prasarana, macem-macem itu. Yang itu memang hak (yang) kita gak dapet, tapi kenapa tingkat Rektor, tingkat atasan, kenapa mereka harus membeli mobil yang bukan prioritas. Itu hal yang kita tuh pingin tahu sebenernya, misteri duit kita kemana.”
Bukan sebuah masalah jika Undip memang menggunakan UKT untuk menutup kekurangan dana. Namun di lain sisi haruslah ada transparansi yang jelas dari pihak Rektorat.
“Mahasiswa pun punya hak untuk mengakses (permasalahan) terkait di mana duit kita dan dipergunakan untuk apa gitu. Undang-undang tuh sudah mengatur itu. Kenapa implementasi kita sebagai PTN-BH (Perguruan Tinggi Negeri berbadan Hukum) terlalu dipaksakan?” tambahnya.
Mengenai solusi permasalahan UKT, menurut Dewi pada dasarnya yang harus memberikan solusi adalah pihak Rektorat. Sedangkan yang harus dilakukan mahasiswa adalah menuntut hak yang harusnya didapat.
Yuti, salah satu peserta diskusi, menanggapi bahwa acara diskusi semacam ini penting untuk dilakukan sebagai sarana pencerdasan bagi mahasiswa.
“Nah, harapannya dengan adanya diskusi semacam ini tadi bisa memancing pengetahuan temen-temen, bisa memancing kayak antusiasme untuk menanggapi permasalahan-permasalahan yang kita tahu bahwa di FK ini kan juga kena UKT kan termasuk UKT yang tertinggi. Jadi ketika nanti ada permasalahan tentang UKT temen-temen di himpunan ini pun engga buta terkait permasalahan di FK.”
Dewi juga mengapresiasi HIMKA dan himpunan-himpunan lain yang sudah mulai memberi dukungan terhadap isu UKT ini. “Jadi ya mungkin bagaimana kita mengemasnya gitu aja sih. Bagaimana hubungan (dan kerjasama) antar lembaganya, baik itu pers, udah gitu BEM (termasuk) BEM Fakultas maupun BEM Undip dan juga temen-temen himpunan harus satu visi dulu gitu lho,” ujarnya.
Reporter : Nida, Yualina, Refita
Editor : Dwi