Dok. Hayamwuruk |
EXPORIA, yang menjadi acara tahunan departemen Media dan Komunikasi
(Medkom) Badan Ekseskutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Budaya (FIB)
Universitas Diponegoro (Undip), menggunakan konsep stand dan panggung yang
berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Acara yang berlangsung pada Senin
(03/09/2018) memusatkan penempatan stand dan panggung utama di area parkir. Hal
ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang penempatan panggung berada di area
crop circle.
(Medkom) Badan Ekseskutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Budaya (FIB)
Universitas Diponegoro (Undip), menggunakan konsep stand dan panggung yang
berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Acara yang berlangsung pada Senin
(03/09/2018) memusatkan penempatan stand dan panggung utama di area parkir. Hal
ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang penempatan panggung berada di area
crop circle.
Ketua pelaksana EXPORIA, Alfan Amala Najah, memaparkan hal ini bertujuan
agar acara dapat terfokus di satu tempat. “Supaya yang ada di stand sama yang
ada di panggung itu satu sinergi. Biar banyak yang nonton juga lah,” tutur Alfan.
agar acara dapat terfokus di satu tempat. “Supaya yang ada di stand sama yang
ada di panggung itu satu sinergi. Biar banyak yang nonton juga lah,” tutur Alfan.
Terdapat 26 stand yang dibagi ke dalam 2 kategori. Kategori pertama
terdapat 22 stand untuk Organisasi Mahasiswa (Ormawa) dan 4 stand untuk tenant. Alfan mengungkapkan harga dari
penyewaan stand per-Ormawa adalah Rp. 70.000,00 dengan fasilitas satu meja, dua
kursi, dua konsumsi, dan stand. Harga yang dikenakan untuk stand tenant dari luar FIB tidak sama.
terdapat 22 stand untuk Organisasi Mahasiswa (Ormawa) dan 4 stand untuk tenant. Alfan mengungkapkan harga dari
penyewaan stand per-Ormawa adalah Rp. 70.000,00 dengan fasilitas satu meja, dua
kursi, dua konsumsi, dan stand. Harga yang dikenakan untuk stand tenant dari luar FIB tidak sama.
Mengeluhkan ketidaksesuaian dengan harga penyewaan stand, Teater Emper
Kampus (Emka) memutuskan untuk mendirikan stand sendiri dan tidak menyewa stand
yang disediakan panitia. “Untuk (pemberitahuan) hargane itu udah dari jauh-jauh hari, sih. Udah dari TM (Technical
meeting), setelah TM pertama, habis itu dipublikasikan di grup kalau harga
segitu ya udah berarti langsung kita tolak aja,” ujar Raka Gusti Pangragil,
selaku Koordinator Emka.
Kampus (Emka) memutuskan untuk mendirikan stand sendiri dan tidak menyewa stand
yang disediakan panitia. “Untuk (pemberitahuan) hargane itu udah dari jauh-jauh hari, sih. Udah dari TM (Technical
meeting), setelah TM pertama, habis itu dipublikasikan di grup kalau harga
segitu ya udah berarti langsung kita tolak aja,” ujar Raka Gusti Pangragil,
selaku Koordinator Emka.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia
(KMSI), Audrian Firhannusa, “Yang jelas yang patut disoroti itu harga Rp.
70.000,00 itu terlalu mahal bagi kami.”
(KMSI), Audrian Firhannusa, “Yang jelas yang patut disoroti itu harga Rp.
70.000,00 itu terlalu mahal bagi kami.”
Namun, Audrian mencoba tetap berfikir positif, “Mungkin ada sesuatu yang
mengharuskan mereka mematok harga sedemikian rupa, yang jelas itu sesuai
tujuannya, mempromosikan berbagai ormawa lain dengan lebih terekspos dan bisa
berkembang,” tambahnya.
mengharuskan mereka mematok harga sedemikian rupa, yang jelas itu sesuai
tujuannya, mempromosikan berbagai ormawa lain dengan lebih terekspos dan bisa
berkembang,” tambahnya.
Terlepas dari itu, Firdaus Buchari, mahasiswa baru jurusan sejarah,
menyatakan acara ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa baru mengenai
Ormawa-Ormawa FIB. “Dengan adanya expo ini dapat menambah pengetahuan ada apa
aja sih di FIB, seperti kakak, saya
jadi tahu kalau kakak dari Hayamwuruk.”
menyatakan acara ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa baru mengenai
Ormawa-Ormawa FIB. “Dengan adanya expo ini dapat menambah pengetahuan ada apa
aja sih di FIB, seperti kakak, saya
jadi tahu kalau kakak dari Hayamwuruk.”
Reporter : Nida
Editorc :
Dwi
Dwi