Teater Emper Kampus (Emka) Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Diponegoro mengadakan PentasKampung “Ajar Raja” di
Kampung Jatiwayang RT 7 RW 3 Srinidito Timur, Kelurahan Ngemplak
Simongan, Kecamatan Semarang Barat, Semarang, Sabtu (15/09/ 2018).
Budaya Universitas Diponegoro mengadakan PentasKampung “Ajar Raja” di
Kampung Jatiwayang RT 7 RW 3 Srinidito Timur, Kelurahan Ngemplak
Simongan, Kecamatan Semarang Barat, Semarang, Sabtu (15/09/ 2018).
Sutradara pementasan, Ajeng Poernomo,
mengatakan pentas ini merupakan pementasan kampung rutin tiap tahunnya.
mengatakan pentas ini merupakan pementasan kampung rutin tiap tahunnya.
“Memang ini adalah tema klise di semua kesenian ada masalah
tentang regenerasi, dan isu ini dikaitkan dengan kampung tematik,”
ujarnya.
tentang regenerasi, dan isu ini dikaitkan dengan kampung tematik,”
ujarnya.
Ajeng menjelaskan, naskah yang
dipentaskan sebelumnya telah menang juara tiga dalam Pekan Seni Mahasiswa
Daerah (Peksimida) Jawa Tengah.Penyusunan naskah ini, kata Ajeng, didahului
dengan riset tentang Kampung Jatiwayang ke tiga tempat yakni Badan Perencanaan
Pembangunan Derah (Bappeda) Semarang, Kelurahan Ngemplak, serta
Kecamatan Semarang Barat.
dipentaskan sebelumnya telah menang juara tiga dalam Pekan Seni Mahasiswa
Daerah (Peksimida) Jawa Tengah.Penyusunan naskah ini, kata Ajeng, didahului
dengan riset tentang Kampung Jatiwayang ke tiga tempat yakni Badan Perencanaan
Pembangunan Derah (Bappeda) Semarang, Kelurahan Ngemplak, serta
Kecamatan Semarang Barat.
Menurut Ajeng, pementasan ini
menampilkan 9 tokoh yakni Ki Mangun, Djunaidi, Nanik, Retno Bisma, Welas,
Tutik, Sari, dan Ali.
Cerita ini diawali dari Ki Mangun, tokoh
kesenian yang pakem dan tidak
mau ada inovasi.Namun generasi muda, kata Ajeng, yang diperankan oleh Ali ingin
ada inovasi dalam kesenian. Sementara Djunaidi, murid Ki Mangun, yang mengetahui
kondisi generasi muda bimbang harus memilih di antara keduanya.
menampilkan 9 tokoh yakni Ki Mangun, Djunaidi, Nanik, Retno Bisma, Welas,
Tutik, Sari, dan Ali.
Cerita ini diawali dari Ki Mangun, tokoh
kesenian yang pakem dan tidak
mau ada inovasi.Namun generasi muda, kata Ajeng, yang diperankan oleh Ali ingin
ada inovasi dalam kesenian. Sementara Djunaidi, murid Ki Mangun, yang mengetahui
kondisi generasi muda bimbang harus memilih di antara keduanya.
“Posisi Djunaidi, dia mencintai
kesenian, namun istrinya, Nanik, dia meminta suaminya bekerja dengan gaji
tetap,” ujarnya.
kesenian, namun istrinya, Nanik, dia meminta suaminya bekerja dengan gaji
tetap,” ujarnya.
Ajeng menambahkan, Bisma, anak Ki
Mangun, mempunyai impian menjadi penari modern namun tidak didukung oleh
orang tuanya.
Mangun, mempunyai impian menjadi penari modern namun tidak didukung oleh
orang tuanya.
“Sementara Retno, dia memiliki
impian tapi tidak difasilitasi dengan baik,” ujarnya.
impian tapi tidak difasilitasi dengan baik,” ujarnya.
Menurut Ajeng, puncak konflik
terjadi ketika Retno mengambil gunungan milik Ki Mangun, meskipun akhirnya
Retno mengembalikan gunungan kepada Ki Mangun.
terjadi ketika Retno mengambil gunungan milik Ki Mangun, meskipun akhirnya
Retno mengembalikan gunungan kepada Ki Mangun.
“Pengembalian gunungan kepada Ki
Mangun ini memiliki tanda atau semiotik, bahwa kami melihat generasi muda
sekarang itu mengembalikan lagi keseniannya ke generasi tua, jarang ada
penerusnya,” ujarnya.
Mangun ini memiliki tanda atau semiotik, bahwa kami melihat generasi muda
sekarang itu mengembalikan lagi keseniannya ke generasi tua, jarang ada
penerusnya,” ujarnya.
Ajeng berharap usai pementasan ini
generasi muda di Kampung Jatiwayang meneruskan kesenian.
Salah satu penonton,
Catur Adi Rohani, mengapresiasi adanya pementasan tersebut.
generasi muda di Kampung Jatiwayang meneruskan kesenian.
Salah satu penonton,
Catur Adi Rohani, mengapresiasi adanya pementasan tersebut.
“Untuk hal ini saya respon sekali.Yang
jelas ini kan mengulas budaya Jawa
kita yang sedang surut peminatnya. Mungkin dengan adanya ini kan masyarakat umum bisa menambah ilmu
pengetahuan yang ada,” ujarnya.
jelas ini kan mengulas budaya Jawa
kita yang sedang surut peminatnya. Mungkin dengan adanya ini kan masyarakat umum bisa menambah ilmu
pengetahuan yang ada,” ujarnya.
Reporter : Ulil
Editor : Arifah