![]() |
Cover Kajian BKT dan UKT oleh Aliansi Suara Undip (ASU) |
Selasa, 02 Mei 2019, Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei, dirayakan oleh mahasiswa Universitas Diponegoro ( Undip) dengan cara yang berbeda, yakni dengan penyerahan kajian analisis pada sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang ada di Undip oleh Aliansi Suara Undip (ASU) kepada Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Undip, Badan Kelengkapan (BK) Majelis Wali Amanat (MWA) Unsur Mahasiswa (UM) Undip di Student Center Undip, kampus Undip Tembalang.
Ulil Albab Shidqi, salah satu penulis kajian sekaligus perwakilan ASU menyampaikan kajian yang berjudul “ Analisis Konstruksi Pembiayaan PTN-BH dan Kelemahan-Kelemahan dalam Sistem BKT dan UKT yang Memunculkan Berbagai Masalah dalam Pondasi Awal Adanya Perguruan Tinggi” ini tidak direncanakan bertepatan diserahkan pada saat Hardiknas. Ia mengaku kajian ini baru selesai pada hari Senin (29/4) dengan dilanjut menyerahkan ke setiap BEM Fakultas pada hari Selasa hingga Rabu keesokannya serta diakhiri dengan penyerahan kepada BEM Undip dan BK MWA pada hari Kamis.
“Tidak ada tujuan yang lanjut ke 2 Mei (Hardiknas), cuma, karena memang selesainya hari Senin, yaudah kita akan selesaikan pada Selasa, Rabu dan Kamis untuk penyebarannya,” ujarnya.
![]() |
Penyerahan Kajian BKT dan UKT kepada BK-MWA oleh ASU. |
Kajian ini, kata Ulil, dalam proses penyusunan membutuhkan waktu dua tahun untuk merangkainya menjadi setumpuk kertas setebal 146 halaman.
Sementara itu Agung, ketika di temui Hayamwuruk, sosok pria berbadan sedang dengan rambut yang agak keriting menceritakan munculnya kajian ini bermula ketika 20 orang yang berada pada lingkaran ASU resah karena ketidaktahuan sistem pendidikan yang ada di Undip. Mereka, kata Agung, hampir setiap malam di angkringan ataupun Burjo di sekitar Tembalang, saling bertukar pikiran dan saling menganalisis sistem pendidikan (UKT) di Undip.
Seiring berjalannya waktu, kata Agung, anggota mereka semakin habis dari 20 tersisa 10 orang, dan lalu berakhir dengan menyisakan 3 orang yakni Ulil, Mahesa dan Agung yang masih konsisten menggarap permasalahan pendidikan di Undip.
“Sampai pada titik terakhir, kayanya (kajian) ini harus diselesaikan deh. Ya sudah diselesaikan,” ujar Agung.
![]() |
Penyerahan Kajian BKT dan UKT kepada BEM Undip oleh ASU. |
Menurut Ulil, selama ini mahasiswa Undip larut dengan metode analisis kasus per kasus. Ia menyampaikan kalau analisis pendidkan tersebut harus berada pada sistem UKT itu sendiri. Makanya, Ulil melanjutkan, kalau kajian ini merupakan evaluasi terhadap keberjalanan sistem UKT di Undip.
“Kita ingin, ini sebagai evaluasi. Dalam arti, kita ingin (tahu) konsep UKT seperti mana yang benar,” tuturnya.
Agung menambahkan “Intinya gini sih, penelanjangan sistem, karena sistem ini kan ada koridor-koridor atau protokol-protokolnya. Ini coba kita lucuti satu-satu hingga dia telanjang semua,” ujarnya secara spontan
Agung menjelaskan permasalahan proses pembuatan bukan hanya berujung pada kompleksitas sistem UKT saja, tetapi juga kesulitan dengan pengeluaran dana yang jumlahnya tidak sedikit, untuk menyinggahi beberapa universitas seperti Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Jendral Soedirman (Unsoed), Universitas Indonesia (UI) – guna mempelajari permasalahan pendidikan (khususnya sistem UKT) di setiap universitas tersebut. “Hasil kajian ini juga hasil diskusi sama mereka,” terang Agung.
Kajian ini bagaikan prasasti peninggalan. ASU yang hanya tersisa 3 orang, dengan masing-masing mahasiswa yang berstatus semester akhir, seakan meninggalkan bercak perjuangan. Diakhir, Agung mengatakan dengan senyum yang menyeringai, kalau kajian ini hanyalah sejarah awal yang tertulis dan kebenarannya bukan sesuatu yang absolut
Ia berharap, satu atau dua tahun kedepannya, akan lahir kajian-kajian yang baru mengenai sistem UKT di Undip. “Cita-citanya, hanya untuk dibaca sekali seumur hidup. Sudah itu saja,” pungkas Agung, dengan senyum.
Reporter : Qanish
Pneulis : Qanish
Editor : Ulil