![]() |
Dok. Hayamwuruk |
Teater Emper Kampus (Emka)
Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro (Undip) kembali mengadakan
pentas tahunan Laboratorium Naskah di Ruang Teater FIB Undip, Sabtu (25/05).
Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro (Undip) kembali mengadakan
pentas tahunan Laboratorium Naskah di Ruang Teater FIB Undip, Sabtu (25/05).
Rian Destianto selaku Pemimpin
Produksi menuturkan bahwa tahun ini isu yang diangkat adalah mengenai
infrastruktur. Isu tersebut dipilih melalui observasi dan disesuaikan dengan
tema yang telah ditentukan.
Produksi menuturkan bahwa tahun ini isu yang diangkat adalah mengenai
infrastruktur. Isu tersebut dipilih melalui observasi dan disesuaikan dengan
tema yang telah ditentukan.
“Karena isu yang
diambil itu tentang pemukiman padat dan kumuh, Teater Emka berharap pemertintah
tidak hanya menggencarkan pembangunan infrastruktur saja, tapi non–infrastruktur
seperti sumber daya manusianya, karena banyak juga infrastruktur yang oke
bagus, tapi karena pengelolaannya kurang baik jadi kayak eman-eman (disayangkan) gitu,” tutur Rian.
diambil itu tentang pemukiman padat dan kumuh, Teater Emka berharap pemertintah
tidak hanya menggencarkan pembangunan infrastruktur saja, tapi non–infrastruktur
seperti sumber daya manusianya, karena banyak juga infrastruktur yang oke
bagus, tapi karena pengelolaannya kurang baik jadi kayak eman-eman (disayangkan) gitu,” tutur Rian.
Disutradari oleh Maya Kharta,
Laboratorioum Naskah “Layung Sore” tahun ini diadaptasi dari naskah Layung Sore
karya Tentrem Lestari. Layung Sore menampilkan kisah dari beberapa orang di
sebuah kontrakan, di mana pada sore hari semua masalah akhirnya muncul secara
bersamaan dan mencapai klimaksnya.
Laboratorioum Naskah “Layung Sore” tahun ini diadaptasi dari naskah Layung Sore
karya Tentrem Lestari. Layung Sore menampilkan kisah dari beberapa orang di
sebuah kontrakan, di mana pada sore hari semua masalah akhirnya muncul secara
bersamaan dan mencapai klimaksnya.
“Kita merasa(kan) keresahan
dalam tema (mengenai
infrastruktur) yang kita buat itu. Maksudnya (pemikiran tentang infrastruktur tersebut) ada didalam
naskah Tentrem Lestari itu. Akhirnya kita sepakati untuk mengambil naskah itu
dan kita adaptasi untuk menyesuaikan dengan isu yang ada di zaman sekarang,” ujar Maya.
dalam tema (mengenai
infrastruktur) yang kita buat itu. Maksudnya (pemikiran tentang infrastruktur tersebut) ada didalam
naskah Tentrem Lestari itu. Akhirnya kita sepakati untuk mengambil naskah itu
dan kita adaptasi untuk menyesuaikan dengan isu yang ada di zaman sekarang,” ujar Maya.
Maya berharap melalui pementasan
teater ini dapat meningkatkan semangat masyarakat terutama mahasiswa untuk
tetap berkesenian. Selain itu, dengan tema yang diambil, pementasan ini dapat
menjadi pemantik dalam forum diskusi, menyuarakan ide, memberikan manfaat,
hingga mempresentasikan isu-isu sosial yang ada di masyarakat.
teater ini dapat meningkatkan semangat masyarakat terutama mahasiswa untuk
tetap berkesenian. Selain itu, dengan tema yang diambil, pementasan ini dapat
menjadi pemantik dalam forum diskusi, menyuarakan ide, memberikan manfaat,
hingga mempresentasikan isu-isu sosial yang ada di masyarakat.
Salah satu penonton, Gea
Agata, mengatakan bahwa
isu yang diangkat dalam pementesan tersebut memang sangat erat kaitannya dengan
keadaan yang terjadi di masyarakat saat ini.
Agata, mengatakan bahwa
isu yang diangkat dalam pementesan tersebut memang sangat erat kaitannya dengan
keadaan yang terjadi di masyarakat saat ini.
“Tentang kondisi sosial (yang ada
pada pementasan),ya, realita yang ada di daerah pinggiran gitu, kan. Terus isu
(yang dipentaskan) itu faktual dan aktual. Itu yang kurang lebihnya terjadi di
kota-kota besar. Masih kentara banget kesenjangannya.”
pada pementasan),ya, realita yang ada di daerah pinggiran gitu, kan. Terus isu
(yang dipentaskan) itu faktual dan aktual. Itu yang kurang lebihnya terjadi di
kota-kota besar. Masih kentara banget kesenjangannya.”
Reporter: Almas, Wulan, Alfi, Nida
Penulis: Nida
Editor: Dwi