Sudahkah Fasilitas Penunjang Bagi Mahasiswa Difabel Memadai?

Dok. Hayamwuruk
 
Semarang – Fakultas Ilmu Budaya (FIB) sedang mengupayakan sarana dan prasarana mahasiswa dengan keterbatasan atau sering disebut difabel untuk menunjang aktivitas pembelajaran di perkuliahan. Suharyo, selaku Wakil Dekan II bagian sarana dan prasarana mengatakan bahwa ia belum mendengar adanya keluhan mengenai kesulitan mahasiswa difabel dalam mengikuti proses perkuliahan terkait fasilitas yang ada.
 
“Sampai hari ini saya belum pernah mendengar keluhan terkait dengan ketidakmampuan (mahasiswa difabel) untuk mengikuti proses pembelajaran, meskipun dengan adanya keterbatasan yang ada. Lalu kami sempat menemui orang tua dari mahasiswa perihal kondisinya yang seperti ini dan kami berencana membuat tangga untuk ramah difabel. Tetapi dilihat dari tingkat kemiringan tanahnya sangat tidak mungkin,” ujarnya saat ditemui oleh tim Hayamwuruk di ruang kerjanya pada Rabu sore, 16 Oktober 2019.
 
“Sampai hari ini, secara langsung belum ada protes, namun justru memaklumi bahkan berterima kasih  dengan segala keterbatasan yang ada kami memfasilitasi mahasiswa tersebut. Kedepannya, untuk 2020 kami juga menganggarkan untuk kamar mandi yang ramah difabel,” tambahnya.

Sri Endah, wali mahasiswa difabel merasa bersyukur anaknya bisa diterima di FIB, Undip. Namun di sisi lain, ia mengatakan fasilitas di FIB belum sepenuhnya memadai karena baru tahun ini menerima mahasiswa difabel.
 
“Saya bersyukur atas diterimanya anak saya di sini, meskipun  fasilitas belum memadai karena FIB baru tahun ini menerima mahasiswa difabel dan baru disediakan jalan untuk menggunakan kursi roda,” ungkapnya.
 
Endah menyarankan kepada pihak kampus untuk merekayasa jadwal perkuliahan anaknya supaya tidak berada di lantai tiga yang sedikit menyulitkan anaknya untuk menuju ke ruang perkuliahan. Ia juga memaklumi perihal fasilitas yang ada dan tidak menuntut lebih terkait fasilitas terutama penyediaan lift.
 
“Saran saya untuk semester depan, diusahakan anak saya tidak mendapat ruang kelas di lantai tiga dan juga tidak menuntut disediakannya lift karena perlu waktu yang lama dan butuh biaya yang tidak sedikit,” tambahnya.
 
Rizki Amalia, mahasiswi Sastra Indonesia 2019 berpendapat bahwa mahasiswa yang memiliki keterbatasan seharusnya dibantu, jangan dipandang sebalah mata dan dianggap berbeda.
 
“Mereka hebat dikala ada keterbatasan bisa mengatasinya dalam diri, mereka masih mau kuliah dan mereka jangan dipandang sesuatu yang berbeda hanya karena keterbatasan fisiknya,” ungkap Rizki.
 
 
 
Reporter: Della, Raihan, Karen, Roha, Afrah, Zulfa
Editor: Lukluk
 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top