Dok. Summer Course
Semarang – Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro (Undip) mengadakan program Summer Course yang berlangsung dari tanggal 24 Oktober hingga 3 November 2019 bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) FIB Undip.
Summer Course merupakan program di mana tiap-tiap fakultas mencoba mengenalkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki. Program ini juga merupakan ajang untuk mempercepat peningkatan peringkat kualitas dan ajang untuk memperkenalkan program FIB pada masyarakat luar negeri.
Program Summer Course turut dimeriahkan oleh peserta-peserta yang berasal dari Afganistan, madagaskar, Kenya, Turkmenistan (luar Undip), dan darmasiswa Undip yang berasal dari Thailand, Laos, China, Mesir, Vietnam, dan Madagaskar.
Program ini merupakan kegiatan yang pertama kali diadakan di FIB. Arido Laksono selaku Penanggung Jawab Program menjelaskan bahwa program ini diisi dengan rangkaian kegiatan utama di bidang bahasa-budaya serta terdapat kegiatan city tour dan pengenalan kewirausahaan.
“Rangkaian kegiatannya diutamakan di bidang budaya dan bahasa. Maka untuk agenda acara ini misalnya belajar bahasa Indonesia, sejarah Indonesia, pengenalan gamelan, tari, pengenalan silat, dan membatik. Namun kita (juga) mengenalkan (mengadakan, red) city tour untuk mengenalkan kota Semarang (melalui) beberapa iconic semarang yang kita kunjungi. Kemarin kita ke kebun kopi, kebetulan kewirausaahan adalah salah satu hal yang harus dimiliki setiap fakultas” ujarnya, saat ditemui Tim Hayamwuruk (31/10/2019).
Maka FIB menunjukkan bahwa ada mata kuliah kewirausahaan, di mana selain praktik kita juga punya seorang mahasiswa yang juara di Young Entrepreneur. Agar mereka datang ke Indonesia itu tidak hanya sekadar belajar namun dapat mengamalkan ilmu yang dimilki baik secara soft skill maupun hard skill-nya ke masyarakat, tambahnya.
Arido juga menjelaskan bahwa selama kegiatan berlangsung terjadi beberapa kendala dari segi teknis maupun sumber daya pengelola.
“Kalau kendala pasti ada ya, baik secara teknis maupun sumber daya pengelola pasti ada. Tapi tentunya kita harus menyikapi itu lebih bijaksana, artinya ketika ada kendala ya kita hadapi,” ujarnya.
Firza Garuda selaku Liaison Officer (LO) mengungkapkan bahwa program Summer Course turut melibatkan relawan dari beberapa Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) terutama jurusan Antropologi, Sastra Inggris, dan jurusan Bahasa dan Kebudayaan Jepang. Masing-masing HMJ mengutus empat orang untuk menjadi LO.
Lebih lanjut, Firza mengatakan bahwa selama menjadi LO, mereka kurang dibekali persiapan. “Kita kurang persiapan semisal data-data yang belum ada, dan baru tahu pas hari H-nya. Dari hari ke hari kita turut terjun mendampingi mereka (mahasiswa asing),” tambahnya.
Laina, salah satu peserta yang berasal dari Madagaskar mengatakan bahwa Summer Course merupakan kegiatan yang bagus karena peserta dapat menemukan hal-hal baru dan membantu peserta memahami budaya Indonesia.
“Aku pikir itu bagus karena siswa menemukan hal-hal yang baru seperti budaya Jawa dan dapatkan teman baru juga. Program seperti itu dapat membantu siswa lebih memahami budaya Indonesia dan belajar lebih cepat,” ungkap Laina.
Reporter: Della, Demita
Penulis: Demita
Editor: Lukluk