Dok. LPM Hayamwuruk
Kamis, (27/02/2020) Kelompok Coba-Coba
menyelenggarakan sebuah acara berjudul “Ketika Kalyan Semua Nyoba Gerak Ampe
Mampus (Ketkayambagams)” yang merupakan sebuah apresiasi dan pameran seni bertempat
di Gedung Serbaguna (GSG) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro. Kelompok
Coba-Coba merupakan kelompok yang bermula dari ‘ngelapak buku’ seperti
perpustakaan jalanan yang anggotanya terdiri dari anak sastra yang tujuannya
ingin meramaikan kampus FIB. Acara yang mereka usung merupakan salah satu wadah
untuk menampung potensi-potensi yang dimiliki mahasiswa FIB dalam mengemukakan
karyanya di khalayak umum.
menyelenggarakan sebuah acara berjudul “Ketika Kalyan Semua Nyoba Gerak Ampe
Mampus (Ketkayambagams)” yang merupakan sebuah apresiasi dan pameran seni bertempat
di Gedung Serbaguna (GSG) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro. Kelompok
Coba-Coba merupakan kelompok yang bermula dari ‘ngelapak buku’ seperti
perpustakaan jalanan yang anggotanya terdiri dari anak sastra yang tujuannya
ingin meramaikan kampus FIB. Acara yang mereka usung merupakan salah satu wadah
untuk menampung potensi-potensi yang dimiliki mahasiswa FIB dalam mengemukakan
karyanya di khalayak umum.
Gregorius Manurung yang akrab disapa Greg, salah
satu penyelenggara ‘Ketkayambagams’ menjelaskan bahwa nama acara ini sebenarnya
diambil dari salah satu pemain bola di klub Sriwijaya FC dan pada akhirnya
dibuat akronim menjadi ‘Ketika Kalyan Semua Nyoba Gerak Ampe Mampus
(Ketkayambagams)’. Sekaligus menjadi wadah bentuk kerja nyata yang menampung
keresahan mahasiswa FIB yang mengatakan bahwa kampus ini masih sepi.
satu penyelenggara ‘Ketkayambagams’ menjelaskan bahwa nama acara ini sebenarnya
diambil dari salah satu pemain bola di klub Sriwijaya FC dan pada akhirnya
dibuat akronim menjadi ‘Ketika Kalyan Semua Nyoba Gerak Ampe Mampus
(Ketkayambagams)’. Sekaligus menjadi wadah bentuk kerja nyata yang menampung
keresahan mahasiswa FIB yang mengatakan bahwa kampus ini masih sepi.
“Waktu itu banyak banget yang bilang bahwa punya keresahan yang sama kalau kampus FIB
ini sepi. Semisal ada sepuluh orang yang bilang kampus FIB ini sepi, padahal
dari sepuluh orang itu bisa buat bermacam-macam kegiatan, tetapi mereka tidak
melakukan apa-apa, walaupun tidak salah juga karena kritik tidak harus ada
solusi. Hanya saja selama mengkritik bisa dilakukan ya lakukanlah,” ujar Greg.
ini sepi. Semisal ada sepuluh orang yang bilang kampus FIB ini sepi, padahal
dari sepuluh orang itu bisa buat bermacam-macam kegiatan, tetapi mereka tidak
melakukan apa-apa, walaupun tidak salah juga karena kritik tidak harus ada
solusi. Hanya saja selama mengkritik bisa dilakukan ya lakukanlah,” ujar Greg.
Greg juga mengatakan bahwa, tidak hanya mahasiswa
FIB saja yang ikut berkontribusi dalam acara ini, melainkan terdapat salah
seorang warga Jakarta yang juga turut mengirimkan karyanya melalui Instagram berupa foto saat demo. Selain
itu, mahasiswa dari fakultas lain pun juga ikut berkontribusi dengan meramaikan
acara ini, tambah Greg.
FIB saja yang ikut berkontribusi dalam acara ini, melainkan terdapat salah
seorang warga Jakarta yang juga turut mengirimkan karyanya melalui Instagram berupa foto saat demo. Selain
itu, mahasiswa dari fakultas lain pun juga ikut berkontribusi dengan meramaikan
acara ini, tambah Greg.
Chintya Angesty, sebagai salah seorang penampil
cerpen beranggapan bahwa, dengan adanya acara apresiasi seni ini, mahasiswa
lebih dapat berekspresi di depan banyak orang dan melatih diri untuk menjadi
orang yang lebih berani.
cerpen beranggapan bahwa, dengan adanya acara apresiasi seni ini, mahasiswa
lebih dapat berekspresi di depan banyak orang dan melatih diri untuk menjadi
orang yang lebih berani.
Cyinthia juga berharap kedepannya acara ini dapat
diadakan kembali dengan fasilitas dan media yang lebih baik, penonton yang lebih
banyak serta dengan acara yang lebih asik lagi.
diadakan kembali dengan fasilitas dan media yang lebih baik, penonton yang lebih
banyak serta dengan acara yang lebih asik lagi.
“Acara ini merupakan salah satu bentuk apresiasi
seni, baik itu dalam pembacaan puisi, bermusik, atau karya-karya lainnya yang
sudah ditampilkan. Hal ini memicu masyarakat FIB untuk lebih berkontribusi
aktif dalam pameran-pameran yang diadakan oleh mahasiswa-mahasiswanya sendiri,”
ujar Chintya.
seni, baik itu dalam pembacaan puisi, bermusik, atau karya-karya lainnya yang
sudah ditampilkan. Hal ini memicu masyarakat FIB untuk lebih berkontribusi
aktif dalam pameran-pameran yang diadakan oleh mahasiswa-mahasiswanya sendiri,”
ujar Chintya.
LPM Hayamwuruk
Sultan, mahasiswa Antropologi yang hadir sebagai
pengunjung mengungkapkan bahwa kegiatan seperti inilah yang sudah lama ia
tunggu, yaitu kegiatan yang dapat mewadahi potensi mahasiswa FIB. Dengan
diadakannya acara ini juga dapat meramaikan kembali kampus FIB.
pengunjung mengungkapkan bahwa kegiatan seperti inilah yang sudah lama ia
tunggu, yaitu kegiatan yang dapat mewadahi potensi mahasiswa FIB. Dengan
diadakannya acara ini juga dapat meramaikan kembali kampus FIB.
“Apresiasi pertama itu mendengarkan orang lain, dan
ini yang saya suka saat tadi ada penampil yang sedang berpuisi, walaupun ada
beberapa orang yang mengobrol tetapi mereka mencoba pelankan suara. Hal kecil
seperti itu menurut saya adalah hal yang luar biasa,” ungkap Sultan.
ini yang saya suka saat tadi ada penampil yang sedang berpuisi, walaupun ada
beberapa orang yang mengobrol tetapi mereka mencoba pelankan suara. Hal kecil
seperti itu menurut saya adalah hal yang luar biasa,” ungkap Sultan.
Reporter: Riski, Rilanda
Penulis: Dinda
Editor: Della
Mantap fib kuu