Sastra Indonesia Unpad-Undip Bersatu Perbaiki Iklim Sastra Warga FIB

Dok. KMSI Undip

Jumat, (13/03/2020) digelar diskusi
terbuka yang bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) Fakultas Ilmu Budaya (FIB)
Universitas Diponegoro (Undip) antara Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas
Padjajaran (Unpad) dan Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Diponegoro
sebagai realisasi program Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Mahasiswa Sastra
Indonesia Unpad tahun angkatan 2017 dengan mengusung tema “Iklim Sastra di
Fakultas Ilmu Budaya” sebagai pokok bahasan utama.


Arsyad Dena Mukhtarom selaku Ketua Himpunan Sastra
Indonesia Unpad tahun ini adalah pertama kalinya bagi Mahasiswa Sastra Indonesia
Unpad datang ke Undip dalam rangka pelaksanaan KKLyang disarankan oleh Kaprodi.

“Sebenarnya tahun ini kami memilih KKL ke
Semarang. Lalu, disarankan oleh kaprodi kami, kenapa gak silahturahmi ke Undip?
Lantas anak-anak menyetujui dan akhirnya kami ada di sini,” jelasnya.


Diskusi ini digelar sebagai ajang bertukar pandangan
untuk menanggapi masalah iklim sastra dalam lingkungan FIB kedua universitas
tersebut. Baik menurut pihak Unpad maupun Undip 
mengemukakan bahwa iklim sastra dalam fakultasnya saat ini dirasa kurang
hidup, untuk itu diskusi ini diharapkan dapat memunculkan solusi untuk
mengatasi masalah tersebut.

“Kalau menurut saya, iklim sastra di Unpad sendiri
seperti yang tadi teman-teman saya bilang, akhir-akhir ini mulai terasa mati.
Suasana kesusastraan di Unpad, di FIB terutama mulai terasa menghilang,”
ujar Arsyad.

Rizky Riawan selaku Ketua Himpunan Sastra Indonesia Undip
mengungkapkan bahwa iklim sastra sendiri mengalami pasang surut dan ia melihat
perkembangan sastra di lingkup fakultas sekarang lebih menurun.

“Seperti yang sudah dikatakan oleh beberapa pemantik
dari Undip, untuk iklim sastra sendiri itu sebenarnya kembang kempis dan
seperti ombak di laut pasang surut juga, kadang ada naik dan kadang ada turun.
Jadi kalau dilihat dari sekarang, bagaimana perkembangan sastra di lingkup
fakultas menurutku jauh menurun,” jelasnya.

Dok. LPM Hayamwuruk

Krisna Isnawati, mahasiswi Sastra Indonesia Unpad
mengatakan bahwa mahasiswa perlu lebih memerhatikan lagi sastra itu sendiri. Bukan
hanya sekadar bahasa akan tetapi sastra juga perlu dikembangkan.

“Mungkin untuk kita sendiri sebagai mahasiswa
sastra perlu lebih perhatian lagi sama sastranya sendiri. Sebenarnya Sastra
Indonesia itu bukan sekadar bahasa tetapi ada sastra yang terdapat di dalamnya
yang perlu kita kembangkan,” ungkapnya.

Harapan serupa juga diungkapkan oleh Farijihan
Ardiyanti, Mahasiswa Sastra Indonesia Undip 2019, bahwa mahasiswa Sastra
Indonesia perlu membangkitkan jiwa-jiwa sastra kembali di lingkup FIB terutama
pada diri mereka sendiri.

“Jadi harapanku setelah ini, kita bisa bareng-bareng menghidupkan sastra lagi,
baik di Unpad maupun di FIB Undip. Jadi jangan sampai kita mahasiswa sastra itu
malah tidak
nyastra seperti tidak
membangkitkan, tidak menghidupkan jiwa-jiwa sastra di lingkungan FIB. Terutama
di diri sendiri
sih sastra itu
penting ,” ungkapnya.
Di akhir wawancara Arsyad juga berharap, supaya ada
hubungan baik antara mahasiswa Sastra Indonesia Unpad dan Undip. Kita sepakat dengan
terlaksananya diskusi ini dapat memetik pelajaran atas kekurangan masing-masing
serta dapat menumbuhkan kembali iklim sastra dalam lingkungan Fakultas Ilmu
Budaya di universitas masing-masing, tambahnya.

Reporter:
Cikal, Karina, Ian, Dinda, Afrah
Penulis:
Ian
Editor:
Della

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top