Ilustrasi: Rey |
Pada Rabu (2/9) sejumlah mahasiswa jurusan Sastra Inggris dan Antropologi Sosial Universitas Diponegoro (Undip) digegerkan oleh pesan WhatsApp dari salah satu dosen Falkultas Ilmu Budaya Undip dengan inisial NHK. NHK meminta untuk dibelikan pulsa sejumlah Rp. 100.000.
Desra Kurnia Estu Pawesti yang kerap disapa Desra, mahasiswa Antropologi Sosial Undip, mengaku lumayan kaget saat mendapat pesan dari NHK yang menanyakan keberadaannya lantaran dia tidak pernah menghubungi ataupun dihubungi oleh dosen tersebut sebelumnya.
“Bayangin jam 6 pagi, chat begitu, kayak lumayan kaget, karena kan sebelum‘e tuh gak pernah chat Prof, ini kenapa tiba-tiba chat aku gitu,lho, panik banget tuh. Terus lumayan janggal nih pas udah ditanyaain ‘lagi dimana?’ kayak hahhh apaan banget Prof nanya begitu,” ungkap Desra saat diwawancarai pada Selasa (8/9) melalui WhatsApp.
Dia merasa janggal karena bahasa dalam pesan WhatsApp tersebut berbeda dengan bahasa yang biasa digunakan NHK. Desra tetap mencoba berpikir positif, ia pikir NHK benar-benar membutuhkan bantuannya.
Kendati demikian, Desra mengurungkan niatnya untuk mengirim pulsa setelah mengetahui banyak temannya yang mendapat pesan yang sama serta besarnya nominal pulsa yang diminta.
Desra berkata, “Itu kalo di grup ngga ada yang ngomong juga udah berlanjut sampe nyebut nominal pulsa kayaknya.”
Hal serupa juga diungkap Anindya Tirta Wicaksono atau kerap dipanggil Tirta, salah satu mahasiswa Sastra Inggris Undip. Awalnya dia mengaku kaget mendapat pesan dari pelaku yang tiba-tiba mengirim salam kemudian menanyakan keberadaannya. Setelah dijawab, pelaku kemudian meminta diisikan pulsa Rp.100.000. ke nomer yang berbeda. Untungnya salah seorang temannya menanyakan hal yang sama dan dia mulai mencurigai si pengirim pesan.
“Pak NHK mengirim pesan yang isinya minta bantuan untuk mengisi pulsa, nanti katanya akan diganti. Di saat yang sama ada temen yg menanyakan ke grup kelas, ternyata mereka juga mengalami hal yg sama. Nah disini saya mulai yakin kalau ini adalah modus penipuan, jadi mulailah saya membalas pesan si penipu ini dengan balasan yang nyeleneh,” ujar Tirta saat diwawancara pada Selasa (8/9) melalui WhatsApp.
“Dari temen juga mengonfirmasi ke pak Oktiva (salah satu dosen rekan NHK) kalo nomornya pak NHK itu lagi dihack. Terus ada kabar juga kalo dosen-dosen rekan beliau juga ikut dikontak oleh si penipu ini,” lanjutnya.
Menindaklanjuti hal ini, kami (Tim Hayamwuruk) telah menghubungi NHK, dosen yang bersangkutan pada Selasa (8/9) melalui WhatsApp pada nomor yang sama. Dia mengkalim bahwa benar WhatsApp-nya diretas dan baru sadar pada Rabu (2/9) pukul 06.30 pagi. Setelah mengurus di kantor pelayanan Telkomsel, WhatsApp–nya telah berhasil ia dapatkan kembali pada pukul 8 malam hari itu juga.
Menanggapi soal penipuan yang mengatasnamakan dirinya ia tidak khawatir karena dia menganggap mahasiswa dan publik kampus telah paham dengan modus penipuan.
“Umumnya mahasiswa dan publik kampus sekarang sudah tahu tentang modus penipuan hack semacam itu. Ada mahasiswa yg telpon tentang permintaan pulsa 100 ribu itu, saya jawab ‘tak mungkinlah saya berbuat begitu’ dan mahasiswa mudah paham keadaan itu. Teman-teman pun paham akan penipuan dengan modus semacam itu, tak ada yang perlu dikhawatirkan, selain keadaan tak bisa menggunakan WA seharian dan sebagian malam,” ungkapnya.
Selain modus penipuan yang mengatasnamakan NHK melalui WhatsApp, mahasiswa juga mengaku mendapat SMS yang mengatasnamakan dua dosen FIB lainnya yaitu Rifka Pratama dan Amirudin. Isi SMS yang mereka dapat berupa pertanyaan yang menanyakan tentang mahasiswa yang menjual pulsa. Kemudian diakhir pesan pengirim pesan memberikan nama dan gelar dosen yang bersangkutan.
Setelah kami klarifikasi dengan dosen terkait, keduanya sama-sama menyangkal dengan tegas bahwa pengirim pesan tersebut bukan mereka. Rifka juga menambahkan bahwa nomor yang dia pakai hanya satu yaitu nomor yang sama seperti nomor WhatsApp-nya.
“Tentu saja bukan saya. Hanya nomor ini (nomor WhatsApp-nya) saja yang saya gunakan,” ungkap Rifka saat diwawancarai pada Kamis (10/9). Hingga diterbitkannya berita ini, tidak ada lagi laporan adanya korban dari penipuan yang mengatasnamakan ketiga dosen tersebut.
Penulis :Oliviana Senja Novita
Reporter : Puspa
Editor : Restutama