[OPINI] Jangan Sepelekan Pembagian Tugas Domestik Antara Perempuan Dan Laki-Laki

Ilustrasi

Istilah domestik tentu saja tidak muncul karena pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin (Sexual division of labour). Setidaknya ada dua jenis pekerjaan yang dilakukan laki-laki dan perempuan, yakni perkerjaan di ranah publik dan domestik. Dalam praktiknya, kaum perempuan di rumah mengalami kekhawatiran terhadap tugas domestik yang dikerjakan. Seperti yang dikemukakan oleh Michael Young dan Peter Wilmont yang mangacu pada metafora pintu berputar (revolving door). Mereka menjelaskan, kalau laki-laki lah yang seharusnya mengambil tugas domestik.

Sederhananya, ketika suami sedang bekerja, tentu saja sang istri yang harus mengerjakan pekerjaan rumah. Dan ketika kondisinya dibalik, maka mereka harus bertukar peran. Namun, peran yang menggunakan revolving door ini biasanya hanya terjadi pada rumah tangga yang suaminya menghabiskan waktu di rumah. Sedangkan dalam rumah tangga di mana suami istri bekerja, hal ini jarang terjadi.

Banyak yang beranggapan bahwa pada kenyataannya istri menjalani double shift alias memikul beban ganda. Tugas domestik pada akhirnya akan dibebankan kepada istri. Bahkan ketika istri bekerja, meskipun itu tidak mengganggu pekerjaan suami. Namun, saya berasumsi bahwa tidak semua laki-laki enggan mengerjakan tugas domestik. Bisa jadi persoalan pembagian pekerjaan domestik ini bisa didiskusikan dengan baik dengan si perempuan.

Kita bisa tepikan dulu solusi apa yang mereka peroleh dari diskusi tersebut. Apakah hasilnya yang mengerjakan pekerjaan domestik akan dibentuk sistem (shift) atau mungkin mempekerjakan ART sebagai solusi dari mereka.

Lalu bagaimana dengan laki-laki atau suami yang dengan suka rela mengerjakan tugas domestik? Jika kita telisik lebih lanjut, meskipun mereka (laki-laki dan perempuan) sama-sama mengerjakan tugas domestik, pada dasarnya ada perbedaan yang mendasar antara pekerjaan yang mereka lakukan.

Mayoritas tugas domestik yang dilakukan istri itu bersifat mendesak, seperti halnya memasak. Coba bayangkan jika di tengah hari, mereka menunda 3 jam untuk tidak memasak. Alhasil, perut keroncongan, pikiran tidak fokus, lemas, dan lain sebagainya. Berbeda dengan pekerjaan domestik yang dilakukan suami, katakanlah memotong rumput halaman. Tidak memotong rumput halaman 2 minggu, tidak akan menjadikan pekarangan rumah mereka seperti hutan belantara. Namun terlepas dari pekerjaan domestik seperti, memasak, mencuci, ngepel, mencuci mobil, benerin loteng, itu tak menutup kemungkinan ada sekat-sekat tugas domestik mana yang harus dilakukan sebagai seorang perempuan dan laki-laki. 

Pekerjaan domestik yang dilakukan oleh perempuan bisa juga tergolong multitasking. Seorang perempuan/istri bisa memasak sambil menunggu cucian dan mengurus anak. Berbeda dengan pekerjaan domestik yang dilakukan oleh laki-laki atau suami, biasanya mereka membutuhkan konsentrasi dan fokus dalam pengerjaannya.

Karakteristik lain terkait presepsi dalam mengerjakan tugas rumah dikatakan oleh Sosiolog Michael Bittman. Ia menjelaskan bahwa tugas domestik laki-laki itu memiliki kadar hiburan (leisure) dan pengalihan (escapism) yang lebih tinggi dari seorang perempuan. Suami/laki-laki menganggap bahwa pekerjaan rumah adalah alternatif dari rutinitas mereka saat bekerja di ranah publik. Sedangkan perempuan/istri menganggap bahwa pekerjaan domestik adalah suatu kewajiban. Menurut asumsi saya, tak ada salahnya jika suami yang mendapat bagian tugas memasak atau cuci piring, sedangkan istri yang membersihkan taman. Asalkan semua pekerjaan domestik itu sudah didiskusikan dengan baik antara keduanya.

 Di sini saya mencoba untuk mewawancarai dua orang remaja (1 laki-laki dan 1 perempuan), terkait bagaimana pandangan mereka soal pembagian tugas domestik. Tentu saja, data yang saya peroleh berdasarkan persetujuan dari pihak terkait. Dari beberapa pertanyaan yang saya ajukan, ada perbedaan pandangan dari keduanya terkait peran domestik yang seharusnya dilakukan. Juga ada beberapa pertanyaan, seputar pembagian tugas, jika suatu saat masing-masing dari mereka akan berumah tangga kelak.

Responden pertama datang dari Syamil Fahmi (21 tahun). Salah seorang mahasiswa aktif di salah satu universitas di Jawa Tengah.

1. Menurutmu tugas domestik yang seharusnya dilakukan oleh laki-laki itu apa aja sih?

Kerjaan yang mengandung resiko tinggi kayak bersihin loteng, ngebenerin listrik, kalau bisa laki-laki yang kerjain. Tapi tetep cewek cowok harus saling koordinasi masalah hal domestik. 

2. Bagaimana pembagian peran domestik dalam keluargamu antara anggota perempuan dan laki-laki?

Kalau pekerjaan domestik yang dilakukan laki-laki kayak nyuci motor/mobil, bersihin taman, benerin barang elektronik. Kalau perempuannya mengerjakan hal yang lebih simpel. 

3. Sebagai remaja (laki-laki), pekerjaan domestik apa saja yang kamu biasa lakukan di rumah?

Semuanya. Bisa nyuci, ngepel, dan tergantung kebutuhan. Udah bisa semua lah, udah gede. Apalagi lagi ngekos gini kan ya, tapi terkadang tidak sempurna hasilnya. 

4. Yang kebanyakan mengerjakan tugas dapur siapa waktu di rumah?

Ibu, karena tugas utamanya sebagai ibu rumah tangga. 

5. Setuju tidak dengan statement ‘jika ada saudara perempuan/istrimu kelak akan berkarir, nantinya dia akan mengerjakan tugas double’ bekerja dan mengurus domestik di rumah?

Ngga papa.. Definisi karir beragam ya sekarang. Berkarir dari rumah juga bisa. Aku juga tidak mau membuang cita-cita perempuan. Kalau memang dia punya cita-cita, ya masa dipendam gitu. Sebisanya dibicarain sama suami, terus ntar diambil jalan tengahnya gimana, ngerjain pekerjaan rumah sama karirnya. Tidak menutup kemungkinan si istri ini harus berkarir secara permanen. Tujuannya kalau bisa jangan melanggar batasan, sebagai seorang istri/suami itu gimana. Pada hakikatnya kan si suami cari nafkah dan istri perannya mengurus rumah tangga. Tapi kalau punya keinginan lain ya ga papa, tapi jangan melewati batas. Kalau ada pekerjaan domestik dibagi berdua. 

6. Menurutmu, memotong rumput, mencuci mobil, mengecat rumah adalah hal domestik yg mendesak atau tidak? Alasannya kenapa?

Motong rumput paling 1 bulan sekali, cuci mobil tergantung pemakaian, ya kalo sering dipake ya 1 minggu sekali. Ngecat rumah mungkin beberapa tahun sekali lah sesuai kebutuhan. Itu nggak mendesak. 

7. Jika suatu saat nanti kamu akan berumah tangga dan posisi istri sama-sama bekerja. Apakah kamu akan mempekerjakan pembantu rumah tangga atau cukup bagi tugas domestik dengan istri?

Nggak, itu ribet. Ada orang lain di rumah tuh nggak enak. Masa kita manusia nggak bisa memanajemen hidup dengan baik antara pekerjaan dengan urusan rumah. Kan rumah konsepnya adalah tempat istirahat, masa ngga di urus sendiri. 

Responden kedua adalah dari Yessi Trianda (20 tahun). Seorang
mahasiswi di salah satu universitas di Jawa Tengah. 

1.Menurutmu tugas domestik yang seharusnya dilakukan oleh perempuan itu apa aja sih?

Menurut saya, semuanya tergantung pada keahlian dan kesepakatan antar perempuan tersebut dengan pasangannya. Jika perempuan tersebut lebih pintar membersihkan sesuatu kemudian pasangannya pintar memasak, maka bagi saja, atau tidak jika keduanya tidak begitu spesifik dalam keahlian domestik, maka bisa gunakan cara shift.

2.Bagaimana pembagian peran domestik dalam keluargamu antara anggota perempuan dan laki-laki?

Sangat tidak adil yang saya liat dari keluarga dengan ortu saya, mamah melakukan bebersih + memasak, ayah hanya memasak untuk saya dan diri sendiri jika mamah sedang tidak ada dirumah, untungnya tidak menyuruh saya untuk memasak, padahal mereka berdua sama-sama berkarir. Namun kaka laki-laki saya hampir tidak pernah membantu housework, itu sangat jelek dan dia pernah menyuruh saya untuk masak, padahal dia ngakunya lebih pinter masak. sulit bagi saya untuk mengubah itu karena i have no power sebagai anak.

3.Sebagai remaja (perempuan), pekerjaan domestik apa saja yang kamu biasa lakukan di rumah?

Cuci piring, masak sangat jarang karena memang tidak pandai dan kurang suka, menyapu, mengurus binatang terkadang.

4. Yang kebanyakan menggerjakan tugas dapur siapa waktu di
rumah?

Mamah

5. Setuju tidak dengan statement ‘jika ada saudara wanita kelak akan berkarir, nantinya dia akan mengerjakan tugas double’ bekerja dan mengurus domestik di rumah?

Tentu tidak, karena kita mengerjakan tugas rumah tangga tidak menggunakan alat kelamin, biasanya statement dalam pertanyaan itu didukung oleh orang yang bilang bahwa perempuan alamiahnya pinter masak, bebersih, ngitung, dll, walau untuk keahlian tertentu memang didominasi oleh pihak gender A dan B, namun itu pun terjadi karena kebiasaan dari kecil oleh ortu mereka yang membatasi peran lelaki dan perempuan. Skill tidak berhubungan dengan alat kelamin, lebih tepatnya berhubungan dengan how we were raised dan bagaimana dulu kita prefer belajar skill yang mana, sesimpel itu.

6. Menurutmu, memasak, mengganti popok anak, mengajarkan kedisiplinan pada anak adalah hal domestik yang mendesak atau tidak? Alasannya kenapa?

Sangat mendesak, bagi lelaki maupun perempuan, logisnya begini, jika membahas memasak, mengajarkan kedisiplinan itu umum dan patut dikerjakan oleh keduanya karena belum tentu mereka berpasangan atau selamanya berpasangan (bisa bercerai, meninggal salah satu, dll) artinya harus tetap mandiri, belum lagi yang melajang namun memiliki anak dari surrogacy atau donor sperma, karena sekali lagi, tentu tidak dilakukan oleh alat kelamin, nah namun jika membahas ganti popok, nyusuin misal pake botol, dll itu harus lebih dilakukan oleh pihak lelaki alias suaminya, kenapa? istri nya sudah mengandung serta menahan semua sakit untuk membawa anak itu ke dunia, sekarang giliran suaminya untuk bertindak lebih, setidaknya sampai istri sudah bisa pulih sepenuhnya kemudian mereka melakukan kerja domestik bersamaan.

7. Jika suatu saat nanti kamu akan berumah tangga dan posisi suami sama-sama bekerja. Apakah kamu akan mempekerjakan pembantu rumah tangga atau cukup bagi tugas domestik dengan suami?

Untuk pengerjaan domestik akan bagi tugas seperti shift dengan suami tergantung situasi jika saya sedang sakit ya dia bantu rawat, vice versa. Namun untuk perawatan anak, ini butuh tangan extra karena memang sama-sama berkarir, maka akan membutuhkan ART seperti baby sitter yang terpercaya atau penitipan anak, dan anak tidak akan terbengkalai gitu saja, saya contoh produk dari dirawat oleh ART saat kecil namun saya tetap sayang dengan ortu saya, satu hal yang bikin saya menjauh adalah cara mereka kadang begitu mengekang, ini tentu tidak berhubungan dengan ART.

Jika kamu salah satu yang mungkin mengalami ketimpangan tugas dalam ranah domestik atau bahkan merasa oke-oke saja, itu bukan menjadi masalah. Jangan khawatir dan kerjakanlah perkerjaan sesuai bagianmu. Berlakulah adil dengan anggota keluarga atau pasanganmu dan selalu komunikasikan hal-hal mengenai tugas domestik ini dengan baik. Agar tidak saling menciptakan atmosfer kecemburuan dalam suatu keluarga.

Penulis: Della Cintya Raisma

Editor: Zanu Triyono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top