[ULASAN BUKU] Scheduled Suicide Day: Perjalanan Bunuh Diri Watanabe Ruri

 

sumber gambar: bukabuku.com

 

Informasi Buku

Judul Buku                  : Scheduled Suicide Day (自殺予定日)

Jenis Literasi               : J-Lit

Penerbit                       : Penerbit Haru

Penulis                         : Akiyoshi Rikako

Jumlah Halaman          : 280 halaman

Terlahir sebagai seorang anak dari pasangan chef yang terkenal di Jepang dan bahkan sampai ke mancanegara, Ruri pun memiliki bakat istimewa dan relasi yang kuat dengan makanan yang diwarisi dari kedua orangtuanya. Ayahnya, yang merupakan seorang chef yang terkenal dengan masakan perpaduan hidangan Jepang dengan hidangan dari negeri lain, dan juga Ibunya, yang merupakan chef pembuat kudapan manis, mendirikan sebuah bisnis keluarga yang berupa restoran bernama “Oasis”. Karena keduanya sangat mendalami mengenai fengshui, mulai dari konsep penataan, konsep dekorasi, dan bahkan konsep hidangannya pun semuanya menggunakan fengshui. Bisnis restoran tersebut berkembang dengan sangat pesat, alhasil, restoran tersebut menjadi semakin dikenal di seluruh penjuru negeri sakura. Dengan keahlian Ayahnya yang memadukan hidangan Jepang dengan hidangan negeri lain, bantuan dari sang Ibu untuk menambah citarasa dan pembuat keputusan, dan juga sedikit pengaruh fengshui yang diyakini, nama Watanabe pun kini menjadi besar dan dikenal oleh banyak orang. Namun, semua berubah saat sang Ibu pergi meninggalkan keluarga kecil tersebut. Ruri pun merasa sedih atas peristiwa tersebut, begitu juga dengan Ayahnya, yang kehilangan belahan jiwanya, sekaligus roda penggerak restorannya itu. Namun, sang Ayah tak ingin terus-terusan terpuruk dalam kesedihan, karena ada masa depan Ruri yang harus diperjuangkannya. Tak lama kemudian, sang Ayah bertemu dengan seorang perempuan yang ahli dalam estetika makanan, dan akhirnya menjadikannya sebagai asistennya. Seiring berjalannya waktu, karena umurnya yang sudah tua, sang Ayah tak mampu bekerja keras sendirian lagi, sehingga ia memutuskan untuk meminang asistennya yang bernama Reiko, untuk menjadi isterinya. Ruri yang mendengar hal tersebut, awalnya tidak menyetujui itu. Namun, Ayahnya menjelaskan kepada Ruri mengenai keadaan yang terjadi. Karena melihat Ayahnya yang nampak begitu mencintai Reiko, dan juga penjelasan yang diberikannya, akhirnya Ruri menyetujui pernikahan keduanya dan kemudian keduanya pun menikah.

Kebencian Ruri Terhadap Reiko

Kejadian bermula saat Ayahnya dan Reiko tengah memperdebatkan mengenai permasalahan bahan organik yang mahal dan juga jarak untuk mendapatkannya cukup jauh. Karena kebiasaan almarhum isterinya yang menggunakan bahan organik serta serta pengaruh fengshui, Oasis selalu menggunakan bahan tersebut. Namun, karena alasan biaya dan juga jarak tersebut, bahan organik pun akhirnya perlu dipertimbangkan. Reiko pun mengeluarkan pendapat yang menurut Ruri tidak pantas dan menghina almarhum Ibunya, tetapi Ayahnya justru menyetujui pendapat Reiko dan membelanya. Singkat cerita, Ruri pun merasa kesal dan segera naik ke kamarnya. Namun keesokannya, Ruri merenungi tindakannya dan menyadari kesalahannya. Akhirnya, ia pun berencana untuk meminta maaf pada Ayahnya dengan mengambil foto dirinya dan menuliskan namanya yang sudah menjadi kebiasaan keluarganya akibat pengaruh dari fengshui. Namun, saat sampai di kantor Ayahnya, ia menemukan Ayahnya yang tergulai lemas di atas kursinya. Reiko pun juga berada di situ. Akhirnya, Ayahnya dibawa ke rumah sakit kerabatnya yang bernama dr. Tanabe. Namun sayangnya, nyawanya tidak mampu diselamatkan.

Ruri pun mengalami depresi dan akhirnya mempelajari mengenai bunuh diri, mulai dari cara yang terbaik hingga tempat yang cocok, secara diam-diam semenjak kejadian tersebut. Singkat cerita, saat Ruri mengenang kembali ayahnya dan melihat foto-fotonya, Ruri melihat sebuah kejanggalan pada hari dimana Ayahnya meninggal, yaitu terdapat sebuah botol bening di atas meja kerja Ayahnya yang mana saat petugas medis datang, botol tersebut sudah tidak ada di sana. Ruri pun mencurigai Reiko atas hal tersebut dan kemudian melaporkan hal tersebut kepada pihak kepolisian. Namun, laporannya tidak terima dengan alasan tidak adanya bahan bukti yang kuat. Ruri yang kesal pun juga menanyakan dr. Tanabe yang pada hari itu, ia lah yang meneliti dan mengumumkan kematian ayahnya. Ruri mempertanyakan apakah dr. Tanabe memiliki sampel darah agar bisa dijadikan barang bukti, bahwa ayahnya diracuni oleh Reiko. Namun sayangnya, dr. Tanabe mengatakan ia tidak sempat mengautopsi ayahnya karena memang sebelumnya, ayahnya Ruri datang ke dr. Tanabe untuk mengecek kondisinya karena stress berat yang dialaminya. Akhirnya, karena tidak mendapatkan apapun dari dr. Tanabe, Ruri pergi meninggalkannya dan kembali ke rumah.

Ruri pun kesal karena tidak mendapat jawaban, akhirnya terbesit sebuah ide olehnya. Ia merencanakan sebuah skenario untuk mengungkap kejahatan Reiko dengan cara bunuh diri dan meninggalkan surat wasiat, agar orang-orang percaya kepadanya. Dan mulai dari sini lah, Ruri mempersiapkan segala sesuatunya dan dimulailah perjalanan bunuh dirinya.

Apakah Bunuh Diri Adalah Jawaban yang Tepat?

Ruri yang sudah bertekad bulat untuk mengakhiri hidupnya pun akhirnya memutuskan bahwa ia akan menggantung dirinya sendiri di sebuah hutan yang berada di desa Sagamino, Perfektur Gunma. Dimulailah perjalanan Ruri untuk menjemput ajalnya sendiri.

Singkat cerita, Ruri akhirnya sampai di sebuah penginapan di desa tersebut yang terletak di dekat hutan tempat ia akan mengakhiri hidupnya. Induk semang penginapan tersebut sempat curiga terhadap Ruri karena sudah banyak orang yang bunuh diri di hutan tersebut, sehingga orang hanya datang untuk mengakhiri hidupnya di hutan itu. Namun, Ruri berhasil mengelabui induk semang tersebut dan pada malam harinya, ia pun menyelinap ke hutan.

Sesampainya di sana, ia menikmati saat-saat terakhirnya dengan pemandangan hutan dan bulan yang menembus pepohonan. Setelah meyakinkan dirinya, ia kemudian mengambil kursi lipatnya dan mengikatkan tali tambang yang disiapkannya di sebuah ranting pohon. Ia pun dengan sekuat tenaga menendang kursi lipat yang menjadi pijakannya hingga terjatuh ke tanah dan tubuhnya menggelantung di pepohonan.

Nafasnya terasa sesak, kepalanya menjadi pusing, dan pandangannya menjadi kabur. Padangannya mendadak menjadi putih dan kilas balik kehidupannya pun terlihat seperti sebuah film kenangan yang indah bersama kedua orang tuanya.

Namun, ranting yang digunakan oleh Ruri tiba-tiba saja patah dan tubuh Ruri pun terjatuh dan tubuh lesunyapun tergeletak di tanah. Tiba-tiba saja, datang seorang anak kecil yang mengatakan bahwa dirinya adalah seorang “penunggu” yang juga mati bunuh diri di hutan tersebut, yang bernama Hiroaki.

Yang menarik di sini adalah, bagaimana Hiroaki membujuk Ruri yang merasa depresi dan putus asa karena ayahnya dibunuh oleh Reiko, ibu tirinya sendiri. Hiroaki pun mengatakan kepada Ruri, bahwa bunuh diri bukanlah jawaban terakhir dari permasalahannya. Ia mengatakan, bahwa bunuh diri membawa dampak yang sangat besar terhadap orang yang berada di sekitar kita. Tidak hanya bagi keluarga, tetapi juga kepada orang lain yang pernah bertemu dengan kita, yang dalam kasus Ruri adalah induk semang dan juga koki kantin dari penginapan tersebut. Tak hanya itu, penduduk sekitar tempat terjadinya bunuh diri pun ikut merasakan dampaknya juga. Hiroaki pun menyesali keputusannya untuk mengakhiri hidupnya dan terikat oleh “tanah” desa ini. Oleh karena itu, mengakhiri hidup diri sendiri bukanlah pilihan yang tepat dan juga bukan satu-satunya untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Hiroaki dan Ruri

Di dalam novel ini, juga terkandung makna persahabatan antara dua orang yang berbeda alam. Karena Ruri tetap keras kepala ingin mengakhiri hidupnya, Hiroaki pun kesal dan ingin membantu Ruri untuk mengupas kasus Reiko dan akhirnya timbulah sebuah ikatan persahabatan di antara keduanya.

Diceritakan juga kegigihan Hiroaki yang benar-benar ingin membantu Ruri dan menyeretnya keluar dari jurang dalam yang bernama “suicide” itu. Di dalam kehidupan sehari-hari, sosok Hiroaki benar-benar diperlukan. Seseorang yang dengan ikhlas dan rela membantu orang lain yang sedang menghadapi tekanan berat, agar orang tersebut merasa nyaman dan merasa mendapatkan sebuah naungan, sehingga ia mampu menghadapi permasalahan yang dihadapinya bersama-sama.

Sebuah Ikatan atau Ego?

Di dalam novel ini, diceritakan juga bahwa Ruri pernah memiliki sebuah permasalahan dengan “lingkaran” persahabatannya. Diceritakan bahwa Ruri pernah secara tidak langsung menyinggung Yamazuki yang merupakan seorang murid yang akan mengikuti sebuah ajang pertandingan antar SMA. Ruri pun menjelaskan bahwa hari dilaksanakannya pertandingan tersebut, merupakan hari yang buruk menurut ajaran fengshui. Yamazuki pun kesal dan memarahinya habis-habisan. Keesokannya, Ruri berusaha untuk memperbaiki keadaan. Ia pun menggambar “naga” pada kertas yang banyak yang menurut ajaran fengshui, dapat membawa keberuntungan. Ruri pun menyerahkan gambarannya kepada Yamazuki, namun Yamazuki menolaknya dan memandang jijik gambarannya dan menghamburkannya. Dan benar juga, pada hari pertandingan, sekolahnya kalah habis-habisan dan Yamazuki mengalami cedera. Kemudian, beredarlah sebuah gossip yang mengolok-ngolok Ruri sebagai seorang yang aneh dan pembawa kesialan. Akhirnya, teman-teman yang lainnya pun menjauhinya. Namun, hanya ada satu orang yang mau berteman dengannya, yaitu Yuika.

Yuika, beserta dua temannya yaitu Mutsumi dan Namie, menganggap Ruri sebagai gadis yang menarik karena pengetahuannya tentang fengshui, dan oleh karena itulah, mereka bersahabat dengan Ruri, setidaknya sampai sesuatu terjadi pada persahabatan mereka. Yuika menyukai seorang pria, yang ternyata adalah Yamazuki, hati Ruri pun merasa hancur saat mendengarkan hal tersebut. Yuika meminta bantuan fengshui Ruri untuk mendekatkannya dengan Yamazuki. Namun, Ruri tidak ingin Yuika berpacaran dengan Yamazuki, sehingga ia memberikan fengshui untuk memutus ikatan seseorang. Yuika yang merasa tertipu pun kesal terhadap Ruri, dan akhirnya menjauhinya.

Dalam hal ini, Ruri lebih memilih egonya sendiri dalam memilih sebuah keputusan, yang berakibat pada hancurnya sebuah hubungan yang ia jalani dengan sahabatnya. Memang dalam kejadian seperti itu, kita harus bisa berpikiran secara jernih agar kita bisa memikirkan kemungkinan apa yang mungkin akan terjadi ke depannya. Hanya karena kita memiliki masalah pribadi dengan seseorang, bukan berarti kita berhak untuk ikut campur dengan urusan orang lain dan berusaha untuk merusak hubungannya. Namun terkadang, kita tidak menyadari bahwa hal tersebut pernah atau sedang kita alami, lantas manakah yang lebih penting? Sebuah ikatan atau ego kita sendiri?

Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita dihadapkan oleh suatu permasalahan yang snagat berat bagi kita sehingga hal tersebut menjadi suatu beban bagi kita dan mengakibatkan kita depresi. Dan oleh karena itu, kita sangat ingin terlepas dari segala sesuatu itu dengan segera sehingga terbesitlah sebuah cara atau bisa disebut sebuah jalan pintas, yaitu bunuh diri. Padahal sebenarnya, jika kita mau bersabar dalam mengambil keputusan dan merenungkan kembali, terdapat sebuah jawaban yang terselip di pikiran kita. Namun, karena kita tidak ingin ambil pusing, jawaban tersebut kian lama, kian menghilang dan akhirnya munculah pilihan untuk mengakhiri hidup dan dengan begitu masalah akan selesai. Namun nyatanya, hal tersebut hanya akan membawa masalah-masalah baru bahkan bagi orang yang tidak tahu apa-apa seperti penduduk desa Sagamino, yang dulunya sebuah desa wisata, kini banyak ditinggalkan karena tingginya kasus bunuh diri di tempat tersebut.

Oleh karena itu, kita memerlukan sosok Hiroaki yang bisa menjadi support system kita untuk membantu kita melihat sesuatu dengan lebih jernih lagi dan mengeluarkan kita dari belenggu bunuh diri. Dalam novel “Scheduled Suicide Day” yang ditulis oleh Akiyoshi Rikako, menyajikan sebuah cerita yang menarik untuk dibaca. Rikako pun juga berusaha menyampaikan  kepada kita, bahwa hidup memang sulit dan penuh dengan rintangan, namun bukan berarti kita lari dari permasalahan tersebut dan kemudian mengambil jalan pintasnya saja.

Dalam karyanya, Rikako memang memiliki ciri khas yaitu sebuah karya yang mengandung kritik dan juga nasihat terhadap pola pikir dan juga kehidupan masyarakat yang dibalut oleh cerita misteri agar pembaca penasaran dengan tulisannya dan tertarik untuk mencari tahu lebih lanjut. Seperti dalam novel “Scheduled Suicide Day” ini, sebuah kisah perjuangan dimana pada awalnya, Ruri yang belum bisa berpikiran lebih matang dan selalu menutup matanya, akhirnya terbuka berkat Hiroaki yang selalu menemaninya dan mendukungnya.

Penulis: Yuan

Editor: Restutama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top