[OPINI] Tersinggung Bukan Surat Izin Melakukan Apa Saja

Ilustrasi: Tio

Oleh: Puspa Putri Latifa

Marah atau tersinggung merupakan hal yang wajar, apalagi ketika hal yang kita anggap sakral dihina orang lain. Kita pun sebagai objek yang sedang “dihina” berhak untuk tersinggung. Namun, ketika tersinggung membuat kita marah dan bertindak melanggar aturan kemanusiaan, dan membuat masalah baru, tentu ada hal yang perlu dikoreksi. Apakah ada yang salah?

Beberapa pekan lalu hubungan antara umat muslim dan Peranciskembali menegang. Sebabnya adalahpernyataan Presiden Macron yang menyebut Islam sedang mengalami krisis.

Kisah ini berasal dari karikatur Nabi Muhammad yang diterbitkan majalah Charlie Hebdo dijadikan bahan ajar di kelas kebebasan berpendapat oleh Samuel Paty. Sebelum mengajar, Paty sudah mengizinkan kepada pelajar muslim untuk keluar kelas jika tidak sepakat. Namun naas, dia terus mendapatkan ancaman pembunuhan hingga akhirnya dipenggal oleh Abdoullakh Abouyezidovitch.

Saya pun mengamini bahwa kebebasan berekspresi merupakan hak setiap manusia. Namun, ketika sudah menyeleweng ke arah penghinaan atas unsur-unsur agama atau hal yang dianggap sakral bagi masyarakat, kita perlu mempertimbangkan konsekuensi terburuknya.

Perilaku Abdoullakh jelas salah membunuh karena merasa tersinggung atas apa yang dilakukan Samuel Paty. Kaum mayoritas di Indonesia terlalu menyoroti pada publikasi karikatur Nabi Muhammad dan Pernyataan Macron saja. Padahal banyak perilaku-perilaku yang seharusnya tidak pantas untuk dilakukan oleh seorang manusia kepada manusia lain dengan berlindung dibalik kata “tersinggung” atau merasa tersakiti sebagai surat izin melakukan apapun.

Tersinggung tidak membuat apa yang kita lakukan dibenarkan. Apa yang dilakukan oleh Abdoullakh merupakan sebuah kesalahan dalam mengambil sikap, alias tidak sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad itu sendiri. Saya memaklumi Abdoullakh yang tersinggung dan akhirnya marah karena tokoh agamanya sedang dilecehkan. Namun membunuh bukanlah solusinya.

Saya pernah mendengar kisah ketika Nabi Muhammad dihina, beliau tidak membalasnya dengan kekerasan, tapi dengan kebaikan. Bahkan sampai menolongnya ketika kesulitan. Akhlak yang ditunjukkan Nabi Muhammad seharusnya bisa kita contoh, beliau tidak tersinggung dan marah ketika dihina, tapi beliau tetap menunjukkan kebaikan. Api dipadamkan dengan air.

Karena sejatinya akhlak teragung adalah berakhlak kepada orang yang tidak berakhlak pada kita. Tunjukkan lah sikap tegas bukan keras. Jangan sampai semangat untuk beragama lebih tinggi dari ilmu agamanya.

Editor              : Zanu Triyono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top