Gentrifikasi terjadi Karena Perubahan Sosial akibat Perencanaan Tata Kota

Sumber Gambar : IndoPROGRESS

Gentrifikasi merupakan konsep tentang perubahan sosial dari masyarakat pinggiran ke masyarakat kosmopolitan. Perencaanan tata kota menjadi faktor pendorong terjadinya gentrifikasi. Fenomena ini bisa dilihat di sekitar Tembalang, Kota Semarang.

Adi Prasetijo, dosen Antropologi Wisata, Universitas Diponegoro, menjelaskan perubahan sosial akibat gentrifikasi lantaran masyarakat pinggiran berubah karena adanya rangsangan pembangunan dari masyarakat perkotaaan ke daerah mereka. Sehingga lama-kelamaan masyarakat desa semi-urban atau rural tersebut itu menjadi urban.

“Konteks gentrifikasi itu sebenarnya dia (masyarakat) dari daerah-daerah yang kurang mampu, kebanyakan di daerah rural atau semi urban (pinggiran), kemudian berkembang karena datang urban elite, kemudian daerah tersebut lama kelamaan berkembang. Perkembangan tidak hanya secara ekonomi, tetapi juga ada perkembangan perilaku kebudayaan,” jelas Adi saat dihubungi Hayamwuruk, Senin (25/01/2021).

Adi menerangkan konsep gentrifikasi juga muncul dari konsep yang dinamakan Center at periphery. “Center sebagai pusat, periferi itu pinggiran. Jadi kalau secara ekonomi, center itu pusatnya Semarang menjadi pusat perdagangan ekonomi, daerah-daerah sekitar itu menyuplai secara ekonomi atau tenaga kerja kemudian keuangan,” terang Adi.

Menurut Adi, dampak dari gentrifikasi ialah daerah pinggiran tidak akan bisa semaju daerah-daerah pusat. Dampak dari adanya gentrifikasi adalah daerah pinggiran tidak akan bisa semaju daerah-daerah pusat seperti Kota Semarang.

“Karena pusat selalu butuh suplai. Sehingga daerah pinggiran tidak akan banyak berkembang kecuali dibuat pusat-pusat dulu di daerah pinggiran tersebut,” katanya.

Selain itu, gentrifikasi juga berdampak pada kebudayaan. Perilaku masyarakat menjadi berubah seiring dengan tuntutan-tuntutannya.

“Contoh gentrifikasi ada di Tembalang. Dulu (Tembalang) daerah pinggiran, kemudian muncul kampus, perumahan-perumahan segala macam terus berkembang pesat jadi satu, istilahnya kayak kota satelit. Dulu masyarakat di daerah Tembalang gaya hidup di pedesaan tanpa banyak tuntutan yang besar, sekarang Tembalang sudah menjadi kota satelit tuntutannya sudah semakin berkembang,” katanya.

Adi mencontohkan, dengan munculnya kafe dan supermarket, itu menyebabkan masyarakat harus menyesuaikan diri secara kultural, ekonomi, dan sosial. “Sehingga kebudayaan dan perilaku juga sudah jauh berkembang berbeda dengan awal dulu,” tutur Adi.

Menurutnya, solusi gentrifikasi ialah pembangunan wilayah-wilayah pinggiran harus memperhatikan fasilitas-fasilitas publik yang bisa diakses masyarakat tersebut. Perubahan akses publik juga harus lebih baik juga harus diikuti dengan program-program yang berkaitan dengan peningkatan ekonomi, sosial dari masyarakat. Sehingga masyarakat dari daerah pinggiran tidak akan terus menjadi pinggiran.

“Adaptasi sosial itu penting, kemudian harus bisa meningkatan kemandirian secara ekonomi. Segala macam itu harus ada. Kalau tidak, ya tidak akan bisa mengikuti nanti. Kemandirian ekonomi penting,” tandasnya.

 

Reporter: Yulita, Yanto, Aida (magang)

Penulis: Yulita

Editor: Ban

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top