Berita Kehilangan (Kumpulan Cerpen Penghilangan Paksa) Sebagai Respons Sastra Terhadap Pelanggaran HAM

Sumber gambar : Instagram @buku_senogumira

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) bersama dengan Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI) dan Asia Federation Against Involuntery Disappearances (AFAD) mengadakan submisi cerpen Berita Kehilangan pada tanggal 1-31 Maret 2021. Submisi ini dilakukan untuk memperingati Pekan Penghilangan Paksa tanggal 26-31 Mei setiap tahunnya.

Melalui Berita Kehilangan, KontraS ingin mengajak masyarakat untuk melakukan kampanye berbasis sastra terkait isu kemanusiaan khususnya penghilangan orang secara paksa. Hal ini dilakukan karena, menurut catatan KontraS, setidaknya ada 3.000 lebih dalam kurun waktu 1965-1998 yang menjadi korban penghilangan paksa.

Demi membangkitkan inspirasi, motivasi, dan alasan para peserta untuk menulis, KontraS menyelenggarakan Bicara HAM bersama Seno Gumira Ajidarma melalui siaran langsung Instagram di @kontras_update pada Rabu (24/2/2021). Seno diundang ke acara itu bukan tanpa alasan. Beliau memang sudah malang melintang di dunia sastra selama puluhan tahun. Selain itu, karyanya banyak yang ditulis berdasarkan isu kemanusiaan.

Seno mengaku memiliki pengalaman pahit pada masa orde baru. Banyak media terpaksa dibredel, sehingga mereka harus survive untuk bertahan hidup. Beberepa media berhasil bertahan karena terbiasa tidak mengeluarkan fakta. Dia yang pada waktu itu masih junior ingin hanya menerima, tetapi hati nuraninya menolak.

Seno sudah lama melakukan dua pendekatan atas realitas kehidupan yang dijalani yaitu jusnalisme dan sastra. Misalnya, pada tahun 1993 terbit buku kumpulan cerpen Penembak Misterius. Pada akhirnya Seno pun mengalami pembredelan. Itulah yang menjadi latar belakang munculnya pasase legendaris sampai saat ini, “Ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara. Karena jika jurnalisme bicara fakta, sastra bicara kebenaran.”

“Kampanye Berita Kehilangan merupakan upaya untuk membuat setiap orang berfikir dan peka terhadap penderitaan orang lain. Bahwa semua harus terlibat tidak perlu memandang jabatan atau pun hubungan keluarga. Hal itu harus dijadikan kesadaran yang dibiasakan,” ungkapnya.

Hingga Bicara HAM ini dilaksanakan, sudah ada 66 peserta yang mengirimkan karyanya. Semua cerpen yang masuk dikurasi oleh Martin Aleida (Penyintas Tragedi 65 dan Penulis), Nezar Patria (Penyintas Kasus Penghilangan Paksa dan Jurnalis), Linda Christanty (Penulis dan Pegiat Budaya, dan sebagai editor Sabda Armandio (Penulis dan Jurnalis). Nantinya dipilih 15 cerpen terbaik yang akan dibukukan dalam kumpulan cerpen  penghilangan orang Berita Kehilangan serta mendapatkan uang apresiasi sebesar Rp1.000.000,00.

Berita Kehilangan juga akan memuat karya Seno Gumira Ajidarma terkait penghilangan orang secara paksa. Di akhir acara, dia berpesan kepada pemirsa siaran langsung untuk menulis apa saja yang ada di kepala dengan merdeka.

 

Reporter: Farijihan Putri

Penulis: Farijihan Putri

Editor: Restutama

One thought on “Berita Kehilangan (Kumpulan Cerpen Penghilangan Paksa) Sebagai Respons Sastra Terhadap Pelanggaran HAM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top