Program Studi (prodi) Sastra Indonesia Universitas Diponegoro (Undip) resmi hapus ujian seminar proposal skripsi per 9 Januari 2022. Hal ini merupakan upaya mencapai salah satu komponen IKU-PTN (Indikator Kinerja Utama Perguruan Tinggi Negeri) mengenai kelulusan mahasiswa/i tepat waktu yakni maksimal 8 semester.
IKU-PTN ditetapkan lewat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3/M/2021 tentang Indikator Kinerja Utama Perguruan Tinggi Negeri dan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020. Sejak ditetapkan, Undip sebagai PTN-BH (Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum) kini memiliki suatu standar tertentu untuk mengukur setiap kinerja universitas, fakultas, dan prodi.
“Kita mempunyai IKU, jadi kita punya rule (aturan) dalam bekerja, di antaranya adalah mahasiswa lulus sesuai atau tepat waktu, idealnya 80% mahasiswa prodi kita itu lulus maksimal 8 semester,” ungkap Ketua Program Studi (kaprodi) Sastra Indonesia, Sukarjo Waluyo, saat diwawancara via WhatsApp (24/11/22).
Sukarjo menilai, ujian seminar proposal skripsi menghambat proses kelulusan mahasiswa. “Kita ini ada mata kuliah dan sistem yang menghambat yaitu ujian seminar proposal skripsi yang memakan waktu bisa lebih dari sebulan, bisa dua bulan, ada juga yang tiga bulan. Nah, ini, kan, kalau gak ada sempro (seminar proposal) bisa lebih lancar dan irit waktu,” sambungnya.
Ia juga menerangkan, selain ujian seminar proposal skripsi yang dihapuskan, jumlah dosen pembimbing (dosbing) skripsi juga berkurang dari dua menjadi satu dosbing. Hal ini diikuti dengan berkurangnya jumlah dosen penguji dari tiga menjadi dua dosen yang hanya terdiri dari ketua penguji dan dosen penguji.
Cikal Chaerunnisa, mahasiswi Sastra Indonesia angkatan 2018 tidak merasa keberatan dengan hal tersebut. “Kalau soal itu menurut aku enggak masalah, ya, kalau dosen pembimbingnya cuma satu. Positifnya, bisa diberikan pengarahan dan pengawasan oleh satu orang,” ujarnya saat diwawancara via WhatsApp (25/1/2022).
Senada dengan Cikal, Mochamad Umar Hasan, mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2018 juga mengatakan hal yang serupa. “Menguntungkan, ya, karena kita cukup berkoordinasi dengan satu dosen. Untuk cepat [atau] lambat[nya] skripsi, ya, tergantung personal masing-masing saja,” jelasnya melalui pesan WhatsApp (26/1/2022).
Terakhir, Sukarjo mengimbau kepada mahasiswa/i untuk mengisi kartu bimbingan di Single Sign On (SSO). “Di SSO itu ada dokumentasi pembimbingan sampe bab berapa, hari apa, tanggal berapa, dan seterusnya. Hal itu penting dan terdokumentasi pada saat ada akreditasi, ada visitasi, dan sebagainya. Karena kalau pake buku, ternyata gak bisa diakses secara terbuka, kira-kira begitu,” pungkasnya.
Reporter: Lina, Alaina
Penulis: Lina
Editor: Rilanda
Ku harap kampusku seperti itu