Aksi IWD Semarang 2022: Suarakan Keresahan Berbagai Ketidakadilan Gender

Sumber Gambar: Dok.Hayamwuruk/Lala

Bertepatan dengan International Women’s Day (IWD), sejumlah massa aksi yang tergabung dalam kegiatan IWD Semarang menggelar aksi di Semarang, Jawa Tengah, pada Selasa (08/03/22). Dalam peringatan tersebut, mereka menyuarakan keresahan berbagai ketidakadilan gender.  

Aksi ini diawali dengan konvoi dari kota lama sekitar pukul 10:00 WIB dan aksi berakhir di kantor Gubernuran sekitar pukul 11:00 WIB. Selain melakukan orasi, kegiatan tersebut juga menampilkan pembacaan puisi serta aksi teatrikal dari mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes). 

Ica, koordinator aksi IWD Semarang menjelaskan tema yang diangkat dalam IWD Semarang tahun 2022  yaitu “Bebas Merdeka, Tanpa Penindasan dan Diskriminasi”. Dengan tuntutan utama yaitu meminta untuk usut tuntas kasus kekerasan berbasis gender dan meminta perlindungan yang komprehensif bagi seluruh keberagaman gender, bahkan seksualitas. 

“Terus yang menjadi tuntutan berikutnya, meminta pemerintah untuk stop mengkriminalisasi bahkan represif terhadap aktivis, seperti pejuang lingkungan, pejuang hak asasi manusia, dan sebagainya. Karena memang kawan-kawan sering mengalami pelecehan yang memang secara lisan bahkan tindakan,” ujar Ica. 

Sony, Perwakilan dari Legal Resource Center untuk Keadilan Jender dan Hak Asasi Manusia (LRC-KJHAM) menuturkan bahwa IWD bukan hanya hari seremonial biasa, tetapi menjadi sebuah refleksi bersama, evaluasi bersama dan menyampaikan fakta di mana kekerasan terjadi pada perempuan di lingkungan sekitar. 

LRC-KJHAM merupakan organisasi non pemerintah sebagai respon terhadap buruknya derajat hak asasi manusia serta mendorong proses integrasi pendekatan hak asasi manusia dalam seluruh perencanaan. 

“Catatan dari LRC-KJHAM bahwa ada 55 kasus kekerasan (di Jawa Tengah) yang dialami perempuan dan 70 persen dialami oleh anak perempuan di bawah umur. Kasus yang terjadi berbasis kasus kekerasan seksual. Bahwa lingkungan kita timpang, konstruksi sosial kita bias gender dan patriarki,” kata Sony. 

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Walisongo (UIN Walisongo), Nurul mengatakan bahwa Hari Perempuan Internasional tidak luput dari sejarah perjalanan perjuangan perempuan untuk menuntut keadilan. Meski hari ini perempuan sudah dirasa mendapatkan akses pendidikan, bekerja di ruang publik, serta menduduki kursi presiden. Namun kesejahteraan masih belum didapatkan. 

“Kita ketahui bersama bahwa perempuan hari ini baik dari ranah personal maupun publik masih mendapat kekerasan seksual. Baik kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan di dalam pacaran, kekerasan terhadap anak, hingga kekerasan di dalam perguruan tinggi,” ujar Nurul. 

Dalam rilis yang didapatkan Hayamwuruk, aksi IWD Semarang tahun 2022 menuntut untuk:

  1. Sahkan RUU TPKS, RUU PPRT, RUU Masyarakat Adat, dan hentikan diskriminasi berbasis gender dan seksualitas.
  2. Ratifikasi Konvensi ILO No. 190 tentang Kekerasan Seksual di Dunia Kerja.
  3. Ciptakan ruang aman dan kebebasan berekspresi bagi keberagaman gender dan seksualitas di Indonesia, terkhusus di Jawa Tengah.
  4. Hentikan dan usut tuntas kasus kekerasan berbasis gender dan bangun sistem perlindungan yang komprehensif bagi keberagaman gender dan seksualitas.
  5. Stop kriminalisasi dan represifitas dari aparat terhadap aktivis perempuan.

Ica berharap aksi IWD Semarang 2022 menjadi alarm untuk agar lebih jeli lagi dalam menanggapi persoalan yang kerap terjadi, seperti kekerasan seksual bahkan upah yang tidak layak, baik itu di kampus, buruh, dan sebagainya. 

“Dan ini juga menjadi kesadaran buat seluruh rakyat yang ada, seluruh mahasiswa yang ada, bahwasanya penindasan itu memang ada. Kita memberitahu pemerintah untuk betul-betul memberikan perlindungan bahkan ruang aman yang betul-betul ramah terhadap gender,” pungkas Ica. 

Reporter: Lala, Yulita, Diaz, Putri
Penulis: Lala
Editor: Restutama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top