
Dalam rangka berpartisipasi di Olim Dipo 2022 mendatang, Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Olahraga Fakultas Ilmu Budaya (FIB) gelar Culture Cup—kompetisi olahraga antar jurusan—untuk menyeleksi delegasi terbaik FIB yang akan bertanding dalam cabang olahraga (cabor) futsal, basket, badminton, dan voli.
Namun, sejumlah pihak alami berbagai kendala, salah satunya soal dana. Pada panitia, hal ini menjadi sebab sulitnya mencari arena kompetisi. Cabor badminton misalnya, sebelum diputuskan untuk digelar di Gedung Serba Guna (GSG) FIB 28 Agustus kemarin, panitia sempat kesulitan mencari lapangan akibat dana tidak mencukupi. Hal ini dikonfirmasi Ketua Panitia Culture Cup Hazby Walid Almuqsith.
“Badminton kita ada masalah mengenai biaya karena tadi aku tanya ke Reham (penyedia arena olahraga) itu biayanya mahal,” ujarnya kepada Hayawmuruk, Minggu (17/9/22) lalu.
Dana tersebut dialokasikan salah satunya untuk penyewaan arena futsal dan basket yang diputuskan untuk digelar di Mulawarman Stadium karena tak dapat memanfaatkan fasilitas Stadion Undip yang menarifkan harga sewa. “Di lapangan futsal Undip kita harus sewa lapangan Rp200.000,00/jam, sedangkan kita juga sudah terkendala di biaya,” ungkapnya.
“Kita tetap harus bayar padahal kita sudah bayar UKT (uang kuliah tunggal),” tambahnya.
Permasalahan biaya pun diakui Alfian Aji Basalamah, Staf Ahli Divisi Minat dan Bakat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIB Undip. Ia mengatakan hal ini terjadi akibat Culture Cup semula diajukan dalam bentuk program kerja (proker) daring.
“Masalah dana disebabkan karena proposal awal proker Culture Cup diajuin dalam bentuk proker online, namun dalam realitanya Culture Cup dieksekusi secara offline, yang pastinya estimasi dana untuk proker online kurang untuk proker offline Culture Cup,” jelasnya (21/9/22).
Mengenai fasilitas kampus yang bertarif, hal tersebut juga disayangkan Alfian. “Stadion Undip sebagai fasilitas kampus namun secara realitasnya sulit untuk digunakan masyarakat Undip khususnya dalam cakupan perfakultas. Sangat disayangkan juga mengenai penggunaan stadion yang harus bayar di mana stadion tersebut merupakan fasilitas kampus, dan sangat dipertanyakan dalam segi APBN mengenai alokasi dana stadion mekanismenya seperti apa,” katanya.
Inkonsistensi Timeline hingga Kurangnya Informasi
Di sisi lain, kendala pun turut dirasakan sejumlah himpunan mahasiswa jurusan di FIB, salah satunya Bima Rahmanda selaku Head Departement of TID (Talent and Interest Development) English Department Students Association (EDSA) yang mengatakan kurangnya informasi dari panitia.
“Culture Cup tahun ini karena masa transisi dan diadakannya lagi yang masih berkendala di timeline dan juga penyampaian informasi yang kurang merata sehingga persiapan dari jurusan kurang siap,” jelasnya (19/9/22).
Wahyu Mada Kuncoro selaku Kepala Divisi SBO (Seni Budaya dan Olahraga) Himpunan Mahasiswa Sejarah mengungkapkan hal serupa. “Yang paling terasa yaitu kurangnya komunikasi antara pihak penyelenggara ke himpunan-himpunan di Fakultas Ilmu Budaya, karena informasinya itu ga setiap minggu di jarkomin,” ungkapnya.
Menurutnya, pemberian informasi secara merata penting agar setiap jurusan dapat melakukan persiapan matang.
“Mungkin kalau kayak seperti aku yang banyak kenalan anak-anak dari BEM Mikat atau UKMF, kan, bisa tahu informasi dari mereka, tapi bagaimana dengan jurusan lain yang enggak ada orang dalam kayak kenalan di BEM Mikat atau UKMF? Kan, pasti kesusahan untuk mendapatkan informasi. Jadi kurang transparan dan juga kurang dalam menyampaikan informasi,” komentarnya (17/9/22).
Namun menurut dugaannya, kurangnya persebaran informasi ini berkaitan dengan inkonsistensi panitia Olim Dipo. “Dari informasi yang didapat dari Lingkar Mikat, panitia Olim Dipo ini plin-plan, maksudnya rapat pertama, nih, jadwal tanggal sekian sekian. Nah, di rapat selanjutnya omongannya berubah jadi nggak konsekuen sama apa yang mereka bilang diawal,” katanya.
Terkait itu, menurut Alfian hal tersebut berhulu dari pihak Seniora BEM Undip. “Timeline mundur sebenarnya disebabkan karena informasi dari seniora (seni dan olahraga) [BEM Undip] selalu simpang siur, selalu mundur mengenai Olim Dipo, yang menyebabkan kemunduran juga ketika proses penyaringan yang akan dilakukan yaitu di Culture Cup. BEM univ/seniora terkesan tarik ulur dalam segi regulasi, timeline yang berakibat pada eksekusi proker dalam ranah fakultas, apalagi proker Culture Cup yang dimiliki UKMF tersebut bergantung pada informasi dari seniora,” paparnya.
Hayamwuruk mencoba mengkorfirmasi hal tersebut kepada panitia Olim Dipo 2022 dan pihak Seniora BEM Undip. Namun, pihak Seniora BEM Undip tidak merespons dan panitia Olim Dipo 2022 menolak diwawancara.
Reporter: Faiq, Juno
Penulis: Juno
Editor: Rilanda