Lika Liku Futsal SV vs FIB dalam Olimdipo 2022: dari Seksisme, Represi, hingga Evaluasi

Sumber Gambar: Dok. Pribadi/Rizal Nur Haqi

Tak lama pasca Tragedi Stadion Kanjuruhan 2022 di Malang, Jawa Timur, 19 Oktober lalu tribun lapangan A stadion futsal Universitas Diponegoro (Undip) pun turut diramaikan kericuhan. Kompetisi futsal dalam pesta olahraga tahunan Undip, Olimpiade Diponegoro (Olimdipo) 2022, diwarnai kontroversi antar suporter Sekolah Vokasi (SV) dengan Fakultas Ilmu Budaya (FIB).

Berdasarkan pantauan Hayamwuruk, hal itu bermula sejak keduanya saling adu poster psywar, beberapa jam sebelum pertandingan dimulai.

Sehari sebelum pertandingan, Serikat Rakyat Sastra (SRS), kelompok suporter tim FIB, mengunggah poster bernuansa hitam pada laman Instagram @serikatrakyatsastraundip bertuliskan, “TODAY IS THE DAY, WAKTUNYA BAKAR STADION”. Poster tersebut turut diunggah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIB Undip.

Keesokannya, laman Instagram suporter SV, Independent vocational community (Invinity), @invinity_undip mengunggah poster berlatar warna merah-hitam dengan mengadopsi karakter tifo milik suporter tim sepakbola Borussia Dortmund, The Yellow Wall, yakni pria bertudung top hat yang tampak menyelidik lewat binokular. Di bawahnya tertulis, “VOKASI AGAINST FIB (FULL ISINYA BENCONG)”. Poster ini pun ikut diunggah BEM SV Undip.

Tak lama, akun SRS mengunggah poster baru bertuliskan, “FIB VS SV, 12 tahun sekolah belum puas juga???” Kali ini, BEM FIB tidak mengunggahnya.

Publik pun mulai ramai memperbincangkan psywar tersebut, khususnya di akun Twitter @undipmenfess.

Namun, perhatian terpusat pada poster milik Invinity. Pertama, pemilihan kata “bencong”. Kedua, akun BEM SV yang ikut mengunggahnya.

“Jujur, itu seksis, memang seksis,” ucap Martha Kumala Dewi, pegiat International Women’s Day (IWD) Semarang sekaligus voluntir Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang (14/11/22).

Menurutnya, kata “bencong” dalam poster itu termasuk dalam seksisme. Martha menjelaskan, seksisme merupakan ujaran, perilaku, juga kultur yang mendiskriminasi suatu gender, korban umumnya perempuan dan gender yang bersifat feminin.

“Karena, kan, dari kata-kata “bencong” itu akhirnya membuat teman-teman SV ini enggak hanya menyerang lembaga FIB, tapi lebih menyerang kepada [gender tertentu yang menunjukkan] dominasi laki-laki kepada perempuan [dan gender yang bersifat feminin],” terang Martha.

Ia menyayangkan hal ini terjadi di lingkungan akademik, tempat ilmu pengetahuan dijunjung.

Selain itu, “(Poster) itu diangkat di BEM SV. Jadi, apapun yang sudah di-publish oleh suatu lembaga itu akan menjadi sikap dan aku enggak tahu teman-teman BEM SV itu sudah membaca cukup jauh atau memang menjaga solidaritas atau gimana, aku enggak paham, ya, akhirnya jadi blur, kan, itu sikapnya,” katanya.

Alhasil, adu poster tersebut memupuk ketegangan yang berbuah kericuhan pasca pertandingan.

Di jadwal, futsal putra antar SV-FIB dapat giliran pukul 18.10-18.40 WIB. Namun, pukul 18.24 kedua suporter baru memadati tribun.

Masing-masing memboyong bendera besar. SRS bahkan memajang banner yang panjangnya hampir selebar tribun yang ditempatinya. Di sisi kiri dari seberang tribun, tampak menggantung banner panjang bertuliskan “Justice for Kanjuruhan”.

Hawa ketegangan mulai menguar sejak kedua suporter berdampingan dalam tribun yang hanya terpisah satu pagar pembatas di tengahnya. Tak lama, keduanya mulai adu yel-yel. Dari pengamatan reporter Hayamwuruk di seberang lapangan, Invinity tampak lebih kompak menyanyikan yel-yel dari awal. Tepat pukul 18.29, pertandingna dimulai, bersamaan dengan suara pluit ditiup.

Babak pertama dimenangkan tim FIB dengan skor 1-0. Suasana kian memanas di babak dua kala kedua tim saling berbalas gol hingga skor seri 2-2. Pagar pembatas pun tampak diguncang ke sana ke mari seturut euforia kedua suporter. Ada yang saling berbalas jari tengah, ada yang memutuskan untuk lempar-melempar botol air mineral.

“Di posisi perbatasan itu emang bener-bener chaos (kacau), panitia di situ pun bukan sebagai penenang, melainkan megangin biar pagarnya enggak roboh,” ujar Muhammad Rian Rizki Aldiansyah, mahasiswa FIB yang saat itu berada dekat dengan pagar pembatas (22/10/22).

Berdasarkan pantauan dan beberapa video yang didapat, sebanyak dua botol meluncur pertama kali dari tribun Invinity sekitar pukul 18.47. Di menit 18:49, lemparan balasan muncul dari tribun SRS. Lalu pada 18:51, botol terakhir kembali melintang dari tribun Invinity.

Aksi lempar-melempar yang terjadi sebanyak empat kali ini kemudian jadi bagian dari segudang persoalan pasca pertandingan.

Kala pertandingan berakhir di menit 18.53, skor diungguli FIB 3-2. Keduanya diberi kesempatan menyanyikan chant of honour bergantian. Setelahnya, masing-masing angkat kaki karena pertandingan akan dilanjut futsal putra antar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) dengan Fakultas Kedokteran (FK).

Kesaksian Para Korban (Nama Disamarkan): Dilecehkan, Ditendang, hingga Disundut Rokok

Punta

Di pertengahan pertandingan, Punta tengah merayakan gol yang dicetak tim yang didukungnya, FIB. Tetiba saja, pantat botol plastik air mineral menjorok dari atas dan jatuh mengenainya.

“Gue ambil botolnya, kan, terus orang-orang (massa SRS) juga bilang, ‘lempar balik, lempar balik!’” katanya (22/10/22).

Ia pun melempar botol itu ke tempat asalnya.

Ternyata, lemparannya mengenai seorang perempuan yang berada di tribun Invinity.

Ia mengetahui fakta itu kala diminta memasuki ruang forum yang digelar panitia di area sekitar kantor stadion sepak bola Undip pasca pertandingan.

Forum itu digelar panitia untuk memediasi permasalahan yang terjadi, khususnya usai massa Invinity yang menyisir juga memblokade jalan keluar area stadion untuk mencari pertanggungjawaban pelaku pelemparan botol dari tribun SRS yang melukai salah satu kelompoknya itu. Punta pun lalu dihadapkan dengan korban pelemparan botol tersebut.

“Bagian kepalanya (korban) benjol, udah kelihatan, di bagian pelipis,” ungkapnya.

Awalnya, ia diminta masuk sebagai saksi juga korban dari aksi lempar-melempar.

Namun, “Pas gue masuk, gue ditanyain, ‘lu lempar, enggak?’” Ia mengiyakan, masalah pun jadi panjang.

Punta memutuskan untuk tak menepis fakta bahwa ia ikut melempar dan meminta maaf sekaligus akan bertanggung jawab pada korban.

Namun, itu tak cukup. Ia pun diantar ke massa Invinity yang sebagian berkerubung di area dekat gerbang Waduk Pendidikan Undip untuk meminta maaf pada sebagian besar massa itu.

Saat ia berbicara, tidak ada perlakuan apapun. “Tapi pas gue selesai ngomong, baru ada tindakan kekerasan kayak sundut rokok, gue ditendang,” ucapnya.

Ketika permintaan maaf selesai dan ia hendak pulang bersama salah satu kawannya, tiba-tiba sejumlah orang mencegatnya ketika sedang berjalan ke area parkir di depan lapangan basket Stadion Undip.

“Di situ gue ditarik-tarik, dipukulin, terus singkatnya gue diamanin, gue dibawa satpam buat ke pos,” terangnya. “Gue enggak tahu (lupa) itu sisanya gimana.”

Marianne

Marianne, salah satu mahasiswi FIB, merasa ada dua orang yang memanggilnya saat ia berjalan keluar stadion pasca pertandingan.

“Mereka manggil ‘sut sut’ gitu sama ‘eh, cewe’,” ia menirukan (25/10/22).

Ia yakin, pelaku bukan berasal dari fakultasnya. “Aku yakin bukan [mahasiswa] FIB karena posisinya pas aku keluar itu benar-benar laki-laki yang dari FIB masih di dalam semua. Dan yang di luar itu, ya, cowo-cowo SV yang bawa bendera gitu-gitu,” ungkapnya.

Situasi sedang berdesakan, dan Marianne dihimpit dari segala sisi. Tiba-tiba, ada tangan yang mencoleknya. “Bahunya doang (yang dicolek),” katanya.

Namun, tak banyak yang dapat dilakukan, fokusnya terganggu. “Enggak bisa ngapa-ngapain juga, karena posisinya di situ asmaku lagi kambuh karena benar-benar sesek banget,” tuturnya.

Untungnya, dia merasa tak ada dampak psikis maupun fisik pasca perlakuan tersebut.

“Tapi yang aku sesali, ya, kenapa harus ada tindakan seperti itu, sih. Kesannya perempuan itu gampang banget untuk digoda,” keluhnya.

Marco dan Tirta (Pasca Pertandingan)

Di waktu berdekatan namun lain tempat, Marco dan Tirta, mahasiswa FIB, menyesali keputusannya yang tak memeriksa grup WhatsApp mereka yang ternyata berisi himbauan untuk menunda kepulangan.

“Dibilangin kalau anak SV (Invinity) nyegat di depan dan dari SRSnya bilang ‘jangan pulang dulu, jangan pulang dulu,’” kata Marco (22/10/22).

Tanpa sadar ada ancaman, ia bersama Tirta pun menghampiri motor milik Tirta yang diparkir dekat lapangan basket Stadion Undip. Di sana, ada segerombolan orang tengah menyisir wilayah stadion. Saat berpapasan, mereka langsung menanyakan kartu tanda mahasiswa pada Marco dan Tirta.

Ternyata, seseorang mengenalinya karena ia sempat melerai cekcok yang terjadi antar salah satu mahasiswa FIB dengan SV di tengah pertandingan.

“Anak FIB, nih! Anak FIB, nih!” Marco menirukan.

Kerah bajunya ditarik, kunci motornya hendak dirampas. “Tapi karena saya cepet, langsung saya ambil lagi kuncinya. Motor, tuh, kayak udah ditendangin, lah, didorong-dorong. Saya berdua sama Tirta dipinggirkan dekat lapangan basket, kayak disudutin gitu, diinterogasi,” katanya.

Hantaman dari kanan-kiri pun diterima Marco. “Enggak lama kemudian ada dua oranglah security datang sama temen saya, dia (security) meluk saya langsung. Misahin saya langsung ke ruang security,” jelasnya.

Pasca kejadian tersebut, Marco pun baru menyadari bahwa dompetnya hilang.

“Ada uang cash lumayan, lah (Rp275.000), kartu identitas, sih, kayak kartu SIM, KTP, ATM,” paparnya.

Tindak Tanduk Panitia: Lengah dan Sederhanakan Masalah

Kamis, 20 Oktober, laman Instagram @olimdipo2022 mengunggah surat edaran bernomor 282/SE/BEM-UNDIP/X/2022 juga rilis pers yang diteken Syahrurrohman selaku pihak Invinity sekaligus ketua BEM SV 2022, Muhammad Rasyid Dhiaulhaq selaku ketua panitia Olimdipo 2022, dan Nabil Khatamsyah Amalrosli selaku koordinator SRS atas huru-hara yang terjadi pada malam sebelumnya.

Rilis tersebut berisikan lima poin klarifikasi, yakni terkait pelemparan botol pertama, pelemparan puntung rokok oleh pihak Invinity, pengadangan juga penyisiran yang dilakukan Invinity pasca pertandingan, poster psywar Invinity yang diunggah ulang oleh BEM SV Undip, dan klarifikasi atas kelalaian panitia dalam melakukan penyaringan barang-barang terlarang.

Namun, bagaimana proses di baliknya?

Malam itu di area depan pintu masuk lapangan futsal—bekas tempat body checking—sejumlah perkara mendesak ketiga pihak untuk segera melakukan rilis pers.

Jika dirinci, kebutuhan tersebut berawal dari tuntutan pemulihan nama baik oleh massa Invinity yang kadung tercoreng sejak kontroversi poster psywar dengan SRS.

Ditambah, siaran langsung yang diunggah Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Hayamwuruk FIB Undip berisi laporan saat pertandingan yang diakhiri kalimat, “Sempat terjadi lempar-melempar botol minuman juga rokok yang masih menyala yang dimulai dari arah suporter SV” tersebut turut memperparah komentar negatif publik terhadap Invinity, terlebih ketika siaran itu disebar oleh seorang pengguna ke akun Twitter @undipmenfess.

Selain itu, beredar kabar bahwa kericuhan telah tersiar hingga ke rektorat Undip.

Pihak kepolisian sektor Tembalang yang kala itu hadir pun ikut mendesak ketiganya untuk lekas menyelesaikan perkara.

“Dan dari [panitia] Olimdiponya ngomong press release harus malam ini karena ‘untuk meredam massa yang di luar’, itu aku mengutip [panitia saat itu] saja, ya,” kata koordinator SRS, Nabil, saat diwawancara Hayamwuruk, Sabtu (22/10/22).

Massa yang dimaksud, tambah Nabil, khususnya yang terpusat di akun Twitter @undipmenfess dan @collegemenfess.

Saat itu negosiasi berlangsung alot. Usaha pembuktian perkara penuh tekanan dan tanpa pengumpulan data valid oleh panitia sebagai penengah.

“Coba panitia Olimdipo buktikan satu saja, kalau enggak minimal tiga, lah, dari mana datanya dibentuk itu, buat langsung sekarang (saat itu) itu kayaknya belum tentu [mampu],” pintanya.

Alhasil, keputusan pun disepakati berdasarkan tekanan, khususnya oleh pihak Invinity. “Iya, jelas,” katanya ketika ditanya adakah ancaman saat rilis itu berusaha dibuat.

‘Ya udah, lah, kalau misal enggak bisa dikelarin sekarang, kita kelarin besoknya aja. Udah di luar aja kita,’ demikian Nabil menirukan ancaman tersebut.

Saat itu, ia menafsirkan hanya ada dua pilihan yang tertera: menyetujui rilis pers malam itu juga atau, “Orang-orang yang mau kuliah di FIB enggak tenang,” ungkapnya.

Mau tidak mau, ia mesti sepakat. Baginya, alasan meneken rilis pers tersebut untuk meminimalisasi korban baru. “Yang dipikiranku, jujur, itu yang penting anak-anak FIB keluar dulu, lah, aman dulu,” ucapnya.

***

Sebagai tindak lanjut, Jumat malam (21/10/22) Ruang Aspirasi Minat Bakat (Mikat) digelar bidang Seni dan Olahraga (Seniora) BEM Undip di lantai 2 gedung Student Center (SC) Undip dengan mengundang perwakilan atlet, minat dan bakat (mikat) BEM fakultas, dan suporter guna menjaring pendapat untuk pengambilan keputusan oleh panitia.

Hasilnya, tim futsal SV maupun FIB sepakat didiskualifikasi.

Namun belum sempat terbit, tak lama pasca forum ditutup keputusan tersebut dituntut untuk dicabut.

Permintaan itu datang dari kedua suporter tim yang bersengketa yang tak terima dengan keputusan panitia.

Alasan utama penolakan tersebut juga akibat penggunaan pasal c dan e dalam Technical Handbook Olimdipo 2022 terkait Peraturan Suporter yang dianggap bermasalah. Begini bunyinya:

c: “Dilarang keras membawa, menyimpan, serta menggunakan narkotika, minuman keras, rokok, benda tajam, dan dilarang menyalakan flare.

e: “Dilarang keras melakukan pelemparan botol dan/atau benda-benda lainnya ke area pertandingan.

Ketua Bidang Seniora BEM Undip Alvin Putrawan, Ketua Panitia Olimdipo 2022 Muhammad Rasyid Dhiaulhaq, dan Ketua Divisi Olahraga BEM Undip Faisal Rahman pun diminta duduk melingkar di aula depan SC untuk mendengar protes dari kedua pihak suporter.

Awalnya, permintaan maaf juga keputusan yang sudah bulat disampaikan pada kedua suporter itu. Namun alih-alih diterima, permintaan itu justru dibalas berondongan pertanyaan.

“Panitia masih berbelit, pokoknya mereka meminta maaf tapi tidak mau bertanggung jawab,” ucap Nabil saat diwawancara keesokannya (22/10/22).

Silih berganti argumentasi diarahkan pada ketiganya, pertama soal pelanggaran aturan poin c. “Kalau misal ngomong ngerokok, dari panitia itu tidak melakukan scanning, banyak yang lolos sampai ditanya (oleh panitia), ‘kok, bisa bawa rokok?’ Lah, enggak di-scanning,” singgungnya.

Kedua pihak mempertanyakan sanksi yang hanya diterima partisipan. Padahal, kelalaian pun datang dari panitia.

“Panitia boleh meminta maaf tapi tidak ada sanksi untuk mereka, sedangkan dari pihak partisipan seperti kita tidak boleh hanya minta maaf, tetap harus ada sanksi,” protes Nabil.

“Jadi kayak ini, kok, enggak adil. Dari panitianya, tuh, enggak mau tanggung jawab,” tambahnya.

Selain itu, penggunaan poin e pun dianggap kurang tepat lantaran fakta menunjukkan aksi lempar melempar terjadi di tribun penonton, tidak mengenai arena pertandingan yakni lapangan.

Usai debat panjang nan stagnan, pukul 00.19 WIB panitia pun menerima tuntutan yang bersifat memaksa tersebut untuk mencabut keputusan awal.

“Putusan mengenai pendiskualifikasian SV dan FIB dicabut oleh panitia Olimdipo, dan permasalahan ini akan diutus dan diputus oleh Komisi Disiplin Olimdipo 2022,” ucap Rasyid di penghujung forum (22/10/22).

Evaluasi Bersama

Berdasarkan Surat Keputusan Panitia Olimdipo 2022 Nomor 507/SK/PAN-Olimdipo/Seniora/BEM-Undip/X/2022 tentang Tindak Lanjut Permasalahan pada Cabang Olahraga Futsal Olimdipo 2022 yang diteken 28 Oktober, panitia memutuskan untuk mendiskualifikasi SV dari cabor futsal Olimdipo 2022.

Selain itu, SV dan FIB sama-sama dilarang membawa suporter selama Olimdipo 2022 berlangsung.

Sehari sebelumnya (27/10/22), Aliansi Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (AMFIB) merilis laporan hasil investigasi sejumlah 15 halaman bersamaan dengan pernyataan sikap untuk menolak hasil rilis pers yang diterbitkan panitia Olimdipo 2022 dan mengecam tindak kekerasan fisik maupun seksual sekaligus meminta pertanggung jawaban panitia, Invinity, dan BEM SV.

Dalam laporan itu, disebut pula kelalaian pihak SRS, seperti tidak adanya mitigasi konflik dan kurangnya koordinasi.

“Aku sendiri minta maaf karena belum ada pemberitahuan mitigasi chaos-nya. Aku kepikirannya enggak ada chaos yang di luar lapangan,” ungkap Nabil.

Ia tidak menduga, ketegangan akan berlangsung panjang. “Kita nonton pertandingan itu buat senang-senang, kan. Siapa, sih, yang kepikiran ada kegaduhan kayak kemarin, itu aku benar-benar enggak expect,” kata koordinator SRS itu.

Keesokannya (28/10/22), akun Instagram Invinity mengunggah poster serangkaian acara pada 29 Oktober hingga 2 November untuk merespons hasil investigasi terbitan AMFIB sebagai bentuk pertanggungjawaban atas konflik yang terjadi.

Terdapat 3 bentuk pertanggungjawaban Invinity, pertama bertanggung jawab dengan bertemu dan menanggung biaya pengobatan korban-korban mahasiswa FIB. Kedua, menggelar diskusi sekaligus edukasi kekerasan seksual. Ketiga, mengadakan mimbar bebas sekaligus diskusi soal dunia suporter.

Diskusi itu mengundang Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan BEM Fakultas Hukum Undip Vanessa Audrey, diskusi di bawah nama Vocational Cultural Vol. 6 bertajuk “Darurat Kekerasan Seksual” berhasil digelar di Joglo Vokasi kampus Tembalang, Sabtu (29/10/22).

Berlanjut di Vocational Cultural Vol. 7, diskusi bertajuk “We See a Thing that You’ll Never See” juga digelar di tempat yang sama pada Minggu (30/10/22). Menghadirkan Bung Boys dari Snex dan Adit dari JAK Semarang, diskusi membahas soal pengenalan lebih dalam dunia suporter.

Sementara itu, cabor futsal yang semula direm 1 hari penuh sejak 19 Oktober ini berakhir diperpanjang hingga 13 November.

Futsal putra Fakultas Peternakan dan Pertanian (FPP) pun keluar sebagai pemenang, sedangkan futsal putri oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK).

Selama masa tersebut, Komisi Disiplin (Komdis) Olimdipo 2022 tidak pernah menerima aduan dari kedua pihak yang diberi sanksi.

“Tidak ada yang melapor,” kata Liri Ardian Pusparani, ketua Komdis Olimdipo 2022, Rabu (16/11/22).

Catatan: Kami telah mencoba memverifikasi informasi yang didapat kepada pihak Invinity, ketua BEM SV Undip 2022, ketua panitia Olimdipo 2022, salah satu panitia divisi keamanan Olimdipo 2022, dan keeper tim futsal SV. Usaha kami menghubungi pihak Invinity tersebut juga sekaligus agar dapat dihubungkan kepada korban dari pihak Invinity. Namun sang ketua BEM, keeper, juga salah satu panitia divisi keamanan tersebut menolak diwawancara. Selebihnya hingga berita ini terbit, kami tak kunjung mendapatkan jawaban.

Reporter: Lina, Ningrum, Dinda Aprilia, Juno, Jae, Rilanda
Penulis: Rilanda
Editor: Qanish

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top