
Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Hayamwuruk Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro (Undip) berkolaborasi dengan Pelayanan Rohani Mahasiswa Katolik (PRMK) FIB Undip menggelar acara nonton bareng (nobar) dan diskusi film “Spotlight” di pelataran Joglo Besar (Jogbes) FIB Undip pada Kamis (24/02/23).
Film besutan sutradara Tom McCarthy tersebut mengangkat isu kekerasan seksual dalam lingkungan agama.
Mahasiswa FIB Gregorius Manurung, menyatakan para pastor tidak hanya melakukan pelecehan seksual, tetapi juga mematahkan harapan umat beragama.
“Orang-orang yang minim pengalaman religius, bahkan menjadi enggan untuk ke gereja,” ungkapnya saat memantik diskusi.
Andreas Novenda Sinambela, mahasiswa Jurusan Sejarah 2021 menuturkan jika, kasus pelecehan seksual sudah tercatat sejak lama dalam catatan sejarah kekristenan.
“Pelecehan seksual di lingkup kekristenan itu sudah lama. Bisa dilihat dari sejarah perpecahan gereja Katolik dan Kristen karena para pastor melakukan pelecehan seksual, sehingga di Protestan membolehkan menikah agar tidak terjadi pelecehan,” jelas Andreas.
Mahasiswa Sastra Indonesia 2019 Rilanda Virasma, beranggapan, para korban dalam film “Spotlight” digambarkan oleh sutradara seolah tak berdaya untuk melawan para pastor yang menjadi pelaku kekerasan seksual. Hal ini dibuktikan dengan minimnya soundtrack pada film tersebut.
“Film “Spotlight” yang minim soundtrack. Menurutku, itu menjadi simbol yang mewakili kebungkaman mereka [korban],” ungkapnya pada forum diskusi.
Gregorius Manurung menegaskan jika, seksualitas merupakan hal yang wajar, tetapi bukan berarti menormalisasi pelecehan seksual itu boleh dinormalisasi.
“Hasrat seksual itu hal yang wajar, represi secara seksual bisa menjadi kendala dan masalah dalam institusi keagamaan. Di dalam agama manapun dikotomi tubuh dan roh adalah hal yang berbeda,” jelasnya.
Sementara itu, Alrifqi Dirgantara, salah satu pelaksana dalam acara tersebut menyebutkan, kegiatan ini bertujuan untuk menghidupkan kembali ruang diskusi di lingkungan kampus dengan wadah yang lebih inovatif.
“Agenda ini bertujuan untuk menghidupkan lingkungan kampus, sehingga mahasiswa tak hanya datang ke kampus untuk kuliah lalu pulang,” tutur Dirga.
Gregorius berharap aktivitas diskusi seperti ini rutin dilakukan, dengan berbagai macam isu.
Reporter: Fajri, Albert (Magang)
Penulis : Fajri
Editor: Farijihan