
5 April 2023, pukul 12.55 matahari mulai tergelincir. Waktu Zuhur sudah berlalu, Iqbal menuju musala untuk ibadah. Hari ini musala sepi, ujian tengah semester jadi alasannya. Zuhur hari ini hanya satu saf saja. Para jamaah salat Zuhur berlangsung khusuk dengan beralas tikar hijau tipis.
Musala Fakultas Ilmu Budaya terletak di bawah gedung serbaguna, terpencil bahkan tertutup kantin. Walaupun masterplan-nya adalah dibangun sebuah masjid di depan gedung Laboratorium Bahasa, namun hingga saat ini pembangunan belum direalisasikan.
“Ada masjid di masterplan di tengah-tengah kampus budaya. Ada indikasi musala hanya tempat sementara, karena dilihat dari tempat yang tidak prepare tergesa-gesa, ruangan terpaksa gak cukup buat musala. Ada ruangan yang cocok dibangun, gedung itu didesain awalnya gak ada musala mungkin,” jelas Dirga, salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya.
Tidak anyar beberapa merasakan ketidaknyamanan dengan posisi musala seperti itu.
Seharusnya musala menjadi tempat yang nyaman buat mahasiswa beribadah.
—
AGUSTUS 2022, Fakultas Ilmu Budaya mulai menerapkan sistem luring. Mahasiswa angkatan 2020 dan 2021 akhirnya merasakan kuliah luring untuk pertama kalinya setelah dua tahun harus menatap layar komputer masing-masing untuk kuliah daring.
Namun, sarana dan prasarana masih belum siap mendukung, termasuk musala.
“Pengalamanku dulu pertama kali datang ke FIB, belum tau ada musala, yang aku tau musala tersendiri gitu. Pas luring aku cari ada di mana musala, cari-cari ternyata di bawah GSG. Terus posisi sebenarnya tidak mendukung, lurusnya tidak ke arah kiblat walaupun tertolong karpet itu. Kadang gak nyaman sehingga mengganggu gitu. Perasaan pribadi juga kurang nyaman karena kondisi kurang strategis,” cerita Iqbal mengingat kembali masa pertama kali luring.
Iqbal juga menceritakan betapa herannya dia saat melihat kondisi tempat wudu laki-laki dan perempuan digabung dan batas wudunya yang tidak jelas.
Salman selaku ketua Kharisma, salah satu organisasi mahasiswa muslim Fakultas Ilmu Budaya, berujar bahwa dia tidak mengetahui kondisi musala saat pertama kali kuliah luring. Kharisma diberikan amanah dan kepercayaan untuk menjaga dan merawat musala FIB (Fakultas Ilmu Budaya) oleh dekanat.
Ia terdiam sejenak, mengingat kembali saat pertama kali diberikan kepercayaan oleh dekanat FIB. Ia sadar bangunan musala FIB tidak terawat dengan baik ketika masa online. Batas sucinya memudar, tempat wudu bercampur, dan karpet penuh debu.
Terkadang jemaah musala mengeluh atas fasilitas yang diberikan seperti karpet atau tempat wudu yang bercampur. Ia hanya bisa menyampaikan keluhan ke pihak FIB.
—
WAKTU Zuhur sudah lewat, Alfa terburu-buru untuk salat. Sempit waktu baginya karena sebentar lagi kelas. Kondisi tempat wudu saat itu sangat ramai bahkan mengantre. Dalam kondisi mendesak dia terpaksa wudu bersebelahan dengan pria. Kondisi ini membuat dia tidak nyaman.
Alfa masih mengingat momen tersebut, menjadi kenangan baginya ketika salat di musala FIB.
Dia menyadari bahwa tidak ada perhatian fakultas terhadap musala terutama tempat wudu.
Tidak hanya itu, fasilitas untuk akhwat juga tidak memadai seperti karpet yang tipis atau mukena yang bau.
“Pernah aku lupa bawa mukena terus pinjem punya musala kan, mukenanya bau sampe tahan napas daripada ga salat kan. Terus sebelum renovasi, setiap wudu tuh aku ga nyaman perasaan was-was gitu kalo ada cowok lewat,” ujar Alfa.
Itu terjadi ketika pertama kali kuliah luring.
—
Jumat, 7 Oktober 2022, senja di FIB berbeda. Menjelang dies natalis Undip beberapa mahasiswa berkonsolidasi membahas sarana dan prasarana Fakultas Ilmu Budaya. Poster-poster tersebar sore itu di sayap-sayap gedung FIB. Mereka menuntut fasilitas FIB yang tidak mendukung aktivitas perkuliahan.
Atas kesadaran kolektif terhadap ketidakmampuan FIB dalam memberikan sarana dan prasarana, terjadilah gerakan ini. Dirga salah satu mahasiswa yang ikut dalam gerakan ini, mengingat bagaimana awal gerakan ini diperjuangkan.
Musala menjadi salah satu fasilitas yang diperjuangkan.
Melalui form yang disebar dan diisi oleh lebih dari 300 mahasiswa FIB, musala masuk tiga besar sarana dan prasarana yang disorot fasilitasnya.
31 Oktober 2022 mereka dipertemukan dengan dekanat membahas mengenai sarana dan prasarana kampus, perwakilan Kharisma ikut diundang untuk menyampaikan keluhan.
Sudah setengah semester semenjak berjalannya kuliah luring namun dekanat baru sadar untuk memperhatikan fasilitas terutama musala.
—
SALMAN mengingat ketika dekanat menghubungi dia terkait fasilitas kampus ketika menjelang akhir semester lima.
Perbaikan tahap pertama dimulai.
Kharisma berinisiatif memulai secara mandiri dengan menambah batas suci. Namun mereka cukup kewalahan sehingga membutuhkan kolaborasi dari pihak FIB.
“Kalau dimulai itu dari akhir semester lima, masa liburan terus masuk semester enam sampai sekarang. Lanjut terus diperbarui dari batas suci, tempat wudu. Baru kemarin karpet dicuci” ucap Salman.
Pembangunan terakhir adalah menambah tempat wudu bagi wanita.
“Sekarang sudah ada tempat wudu untuk cowok dan cewek jadi ga was-was lagi kalo mau wudu. Kondisi mukena juga lebih baik, sekarang sudah sering dicuci,” tambah Alfa.
Kini secara perlahan fasilitas musala mulai membaik, pihak Kharisma akan terus berkoordinasi dengan dekanat menerima masukan dan keluhan dari mahasiswa agar bisa disampaikan.
Namun, tugas mereka akan semakin berat, semester depan mahasiswa mulai bertambah. Kharisma berharap pihak FIB tidak bosan untuk peduli terhadap fasilitas penunjang ibadah mahasiswanya.
“Kenyaman bisa dari diri sendiri atau bisa dari hal lain seperti kiblat atau apapun itu yang mempengaruhi,” tutup Iqbal.
Penulis: Jae
Editor: Juno