
Sumber gambar: Gramedia Pustaka Utama
Identitas Buku
Judul: Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam
Penulis: Dian Purnomo
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Kota terbit: Jakarta
Tahun terbit: 1 Mei 2021
Halaman: 320 halaman
ISBN: 978-602-06-4845-3
Novel Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam karya Dian Purnomo berkisah tentang seorang perempuan bernama Magi Diela yang bekerja di Dinas Pertanian Waikabubak, Sumba.
Ia adalah lulusan sarjana pertanian di salah satu universitas Yogyakarta. Setelah kepulangannya dari perantauan, ia bertekad untuk membangun daerah Sumba agar lebih maju. Setiap hari ia memberikan penyuluhan kepada para petani di daerahnya terkait cara mengolah lahan dengan baik.
Namun, jalan yang harus dilewati oleh Magi Diela tidak mulus. Ia menjadi korban tradisi kawin tangkap dengan penuh kekerasan dan melenceng dari nilai-nilai luhur.
Leba Ali menyalahgunakan kekuasaannya untuk memperistri Magi Diela dengan tujuan memuaskan hasrat dan nafsu birahi. Ia menjadikan tradisi kawin tangkap untuk melancarkan aksinya tersebut.
Tradisi kawin tangkap adalah tradisi masyarakat Sumba sebagai upaya untuk menyingkat urusan adat agar tidak memakan biaya dan waktu terlalu lama.
Pada umumnya, keluarga kedua mempelai sudah membuat perjanjian jika akan menempuh cara tersebut. Namun, kawin tangkap yang dialami oleh Magi Diela bukanlah tradisi yang disepakati oleh kedua belah pihak keluarga.
Magi Diela diculik dan dijinakkan seperti binatang oleh Leba Ali, pria paruh baya yang telah menyimpan rasa suka terhadapnya sejak kecil. Kemudian Magi Diela dikurung di rumahnya untuk memuaskan nafsunya.
Akibat tragedi tersebut, Magi Diela dipaksa untuk menerima Leba Ali karena ia sudah hilang keperawanannya.
Orang-orang mengatakan bahwa tidak ada yang mau lagi dengan Magi Diela, jika sudah tidak perawan. Oleh karena itu, mau tidak mau Magi Diela harus menerima Leba Ali.
Magi Diela menentang keras hal tersebut. Ia ingin menjadi perempuan yang memiliki harga diri dan dapat memilih pasangan hidup sesuai dengan yang ia idamkan, bukan melalui kawin paksa.
Tetapi, lagi-lagi Megi Diela harus berhadapan dengan masalah-masalah baru. Dalam novel tersebut, Dian Purnomo menggambarkan perjuangan Magi Diela untuk menuntut hak dan keadilan bagi dirinya yang penuh tantangan.
Apa yang dialami oleh Megi Diela sangat akrab dengan lingkungan kita saat ini. Seringkali, korban pelecehan seksual justru menjadi korban (lagi) dalam masyarakat.
Hal ini bisa pembaca lihat dalam kisah Megi Diela. Semua pihak, bahkan orang tuanya yang awalnya mendukung penuh impiannya justru menyepakati adanya kawin tangkap antara Leba Ali dan Magi Diela.
Magi Diela merasa tidak punya harapan lagi hingga akhirnya melakukan percobaan bunuh diri, tetapi usahanya itu gagal. Kemudian ia dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan intensif.
Berkat kejadian tersebut, Magi Diela dapat terlepas dari kurungan Leba Ali. Tetapi, ia harus menanggung trauma atas perlakuan yang dilakukan Leba Ali terhadapnya. Magi Diela sebagai korban tidak bisa langsung memperjuangkan haknya, itulah yang terjadi.
Bahkan, saat ada orang yang ingin ikut membantu korban pelecehan seksual mereka harus melewati berbagai tantangan. Hal itu yang digambarkan Dian Purnomo melalui tokoh Dangu, sahabat Mega Diela.
Ketika Dangu ingin membantu Mega Diela keluar dari masalah tersebut, justru ia difitnah oleh orang-orang di sekitarnya.
Novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam ini dapat menginspirasi bagi perempuan untuk berjuang menyuarakan suaranya agar memperoleh hak sebagaimana mestinya dan berani melawan ketidakadilan yang menimpanya.
Dalam novel ini juga dapat membuat pembaca ikut merasakan segala bentuk perasaan emosi, sedih, kecewa, dan takut yang dialami tokoh Magi Diela atas semua perjuangan dan pengorbanannya.
Cerita ini cukup menguras emosi melihat Magi Diela memperjuangkan hak dan keadilannya sebagai perempuan. Dengan membaca novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam membuat kita ikut merasakan penderitaan yang dialami sang tokoh utama.
Kita dapat merenungkan banyak hal tentang lika-liku perjuangan perempuan dalam mendapatkan hak-haknya, perjuangan korban pelecehan seksual agar sembuh dari traumanya, dan cara memaknai sebuah tradisi yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Setidaknya, melalui novel ini kita dapat ikut berperan dalam mencegah munculnya “Magi Diela” yang lain di lingkungan sekitar.
Penulis : Hervita (magang)
Editor: Farijihan