LBH Semarang Kawal Isu Pencemaran Lingkungan PT.RUM Lewat Nobar dan Diskusi Film

Sumber Gambar: Dok.Hayamwuruk/Juno

Lembaga Bantuan Hukum Semarang (LBH Semarang) menggelar acara nonton bareng (nobar) dan diskusi film RUM: Racun untuk Masyarakat di Warung Pejalan pada Selasa (11/07/23). 

Film dokumenter produksi Watchdoc ini menceritakan pencemaran lingkungan yang dilakukan PT Rayon Utama Makmur (PT RUM), perusahaan yang memproduksi kapas sintetis (serat rayon) di Desa Plesan, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo.

Acara ini digelar untuk mengawal isu pencemaran lingkungan yang dilakukan PT RUM Sukoharjo terhadap masyarakat di sekitarnya.

Pada diskusi tersebut, Erfan salah satu warga terdampak menceritakan pengalamannya saat terganggu oleh bau yang dihasilkan PT RUM.

“Bahkan untuk saya yang rumahnya berjarak sekitar 4 km dari lokasi pabrik, bau yang dihasilkan PT RUM itu benar-benar mengganggu,” ujar Erfan.

Ia menambahkan bahwa bau busuk tersebut sering membuatnya kehilangan nafsu makan.

“Misalnya, sudah waktu mau makan tetapi karena ada bau busuknya itu saya jadi kehilangan nafsu (untuk makan),” tambahnya.

Menurut Nico Wauran perwakilan LBH Semarang, sebelumnya PT RUM sudah berjanji akan memasang alat pengolah limbah yaitu H2SO4 recovery. Namun, hingga kini alat tersebut belum juga dipasang.

“Sebenarnya sejak tahun 2017 warga sudah menuntut untuk tidak adanya pencemaran dan pada tahun 2019 mereka berjanji akan memasang alat pengolah limbah H2SO4 recovery. Tetapi, sampai sekarang alat tersebut belum juga terpasang,” tutur Nico Wauran.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa pipa-pipa pembuangan limbah PT RUM yang diletakkan di sungai menyebabkan pencemaran pada aliran Sungai Gupit dan Sungai Bengawan Solo.

Dengan digelarnya nobar dan diskusi tersebut, Nico berharap semakin banyak orang yang ikut sadar dan mengawal isu pencemaran lingkungan.

“Nobar ini kan sebenarnya bukan pertama kali kita gelar. Jadi, kita memang bertujuan untuk menghimpun dukungan dan meningkatkan kesadaran terhadap isu ini (pencemaran lingkungan),” jelas Nico.

Reporter: Juno

Penulis: Juno

Editor: Farijihan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top