Melokal, Dies Natalis Sastra Indonesia Undang Kelompok Seni Kuda Lumping dari Jurang Belimbing

Dok.Hayamwuruk/Suci

Kamis (24/8/2023), program studi Sastra Indonesia menggelar serangkaian acara memperingati dies natalis ke-58 di Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Diponegoro (Undip).

Tema yang diangkat kali ini yaitu “Gema Budaya: Merawat Tradisi, Merayakan Keragaman” dengan berbagai pentas seni dan perlombaan yang dijadwalkan sejak Senin hingga Jumat, 21-25 Agustus 2023.

Salah satu kelompok seni yang diundang yaitu Kuda Lumping Turonggo Tunggak Semi yang berasal dari Jurang Belimbing, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Kelompok seni tersebut dipilih karena lahir di lokasi yang tidak jauh dari kampus Undip Tembalang.

“Pertama, acara ini kan Gema Budaya: Merawat Tradisi, Merayakan Keragaman. Tradisi itu ya tradisi yang ada di Indonesia, kuda lumping salah satunya. Dan kita dekat dengan kesenian Kuda Lumping Turonggo Tunggak Semi. Itu kan dari Jurbel (Jurang Belimbing) sini. Karena dekat dan tradisi itu sudah mengakar, jadi ya kita angkat sebagai fondasi utama dulu. Nanti kan setiap tahun akan berkembang, acaranya akan berbeda,” ungkap Hamdan Mukafi selaku dosen sekaligus panitia acara dies natalis Sastra Indonesia.

Perayaan dies natalis yang baru pertama kali digelar tersebut terbilang sukses dan berhasil menarik atensi banyak penonton, baik dari mahasiswa baru hingga alumni Sastra Indonesia Undip.

“Keren sih, banyak-banyakin kayak gini sih. Biar benar-benar berbudaya, kan FIB, budayanya. Ini kan memperdaya warga lokal juga, memperdaya kesenian lokal juga. (Kesenian lokal) dikasih panggung gitu,” ucap Rizki Amalia, alumni.

Tanggapan serupa juga dilontarkan oleh Hanifa, mahasiswa baru FIB. Menurutnya kesenian tradisional perlu dilestarikan bahkan oleh generasi muda.

“Menurutku ini keren banget dan budaya gini (tradisional) tuh harus kita lestarikan gitu. Kan zaman sekarang tuh anak-anak atau remaja-remaja kan kadang gak mau nih belajar ginian karena menurut mereka ini udah kuno, ini udah zaman dulu. Sekarang kan zamannya modern. Takut aja kalau budaya-budaya kayak gini tuh hilang,” jelasnya.

Dengan mengangkat kesenian lokal, kegiatan perayaan dies natalis di Kampus Budaya pun diharapkan terus ada setiap tahun.

“Harapan kedepannya, banyakin acara-acara yang nunjukin budayanya gitu sih, tradisi. Apalagi memperdaya warga lokal, kesenian lokal,” ucap Rizki Amalia.

Hal itu pun diperkuat oleh Hamdan, “Dengan melihat Sasindo (Sastra Indonesia) mengawalinya, bahwa ini akan menjadi sangat culture sekali dan harapannya nanti seterusnya sifat-sifat dan nilai-nilai culture ini akan terus digemakan.”

Reporter: Shinta, Okti
Penulis: Suci
Editor: Juno

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top