
Identitas Buku
Judul: Katarsis
Penulis: Anastasia Aemilia
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Kota Terbit: Jakarta
Tahun Terbit: 2013
Halaman: 272 Halaman
ISBN: 9789792294668
Apa yang terlintas dalam pikiranmu tentang sebuah koin lima rupiah?
Barang antik, koin untuk kerokan, barang tidak berharga (paling tidak mulai tahun 2000-an)? Semua itu ada benarnya, tapi berbeda dengan Tara Johandi. Perempuan yang dijuluki “Gadis yang Selamat Itu” menggunakan koin lima rupiah untuk menahan rasa sakit.
Novel ini diawali adanya insiden perampokan sadis yang menewaskan keluarga Johandi. Tara Johandi dinyatakan korban yang selamat setelah ditemukan lemas tak berdaya di dalam sebuah kotak perkakas kayu. Sementara itu, pamannya, Arif Johandi masih divonis koma oleh rumah sakit.
Usai kejadian itu, Tara dirawat di Rumah Sakit Jiwa oleh psikiater bernama Alfons untuk memulihkan trauma beratnya. Bagaimana pun juga, Tara yang merupakan satu-satunya korban yang telah sadar harus memberikan kesaksian atas perampokan yang terjadi kepada pihak kepolisian.
Berita perampokan yang dialami keluarga Johandi lambat laun mulai diragukan. Banyak orang mengira jika semua itu bukanlah perampokan, melainkan pembunuhan berantai. Banyak korban-korban baru yang ditemukan, meringkuk kaku di dalam sebuah kotak perkakas kayu dengan aroma mint.
Tara menyadari bahwa pembunuhan-pembunuhan yang terjadi adalah teror untuknya. Namun, sejak kemunculan Ello, pria masa kecil Tara yang memberinya koin lima rupiah dan mendoktrin bahwa koin itu dapat menghilangkan rasa sakit, semuanya semakin membingungkan. Kemunculan Ello adalah awal puzzle-puzzle misteri pembunuhan rantai itu terkuak.
Novel Katarsis ini menyajikan permainan pencarian harta karun yang unik. Bukan harta karun dalam sebuah peti yang berisi emas atau mutiara, melainkan kotak perkakas kayu berisi mayat manusia. Seperti judulnya, novel ini menceritakan kisah tokoh yang memiliki penyakit mental yang kerap melakukan apapun yang dapat membuatnya merasa puas.
Katarsis, cara pengobatan orang yang berpenyakit saraf dengan membiarkannya menuangkan segala isi hatinya dengan bebas. Tara tidak memiliki perasaan iba seperti orang normal pada umumnya. Semasa kecil, Tara pernah menghunjam punggung wanita dewasa dengan ujung sekop yang lancip. Bagi Tara, warna merah darah itu begitu cantik, dan tetesan darah yang jatuh itu begitu berseni.
Tara tidak memiliki rasa kasihan saat orang lain merasakan sakit karena baginya sakit adalah kebahagiaan yang getir. Doktrin masa lalu membuat Tara selalu menggenggam koin lima rupiah keluaran 1974 sebagai penawar rasa sakit. Ketergantungan dengan koin itu membuat Tara dianggap memiliki kelainan psikologis.
Genre novel ini adalah thriller, mysteri, psycopath, dan dibalut romance tipis. Dengan genre tersebut, novel ini bukan termasuk novel yang berat di baca. Alurnya cukup rapi sehingga memudahkan pembaca memahami isinya. Hal yang menarik dalam novel ini adalah dua sudut pandang yang digunakan, yaitu sudut pandang Tara dan Ello. Pergantian sudut pandang satu ke yang lain cukup mudah dikenali karena masing-masing tokoh memiliki karakter yang kuat.
Bagi penggemar cerita psikopat tentunya akan senang dengan novel ini karena banyak mengandung adegan-adegan kekerasan dan darah mengalir di mana-mana. ‘Kotak perkakas kayu’ dan ‘aroma mint’ adalah dua hal yang sangat ikonik dalam insiden pembunuhan berantai yang ada. Oh iya, jangan lupakan ‘koin lima rupiah’ yang konon sebagai penawar rasa sakit.
Novel ini mengandung cukup banyak pelajaran tentang kelainan psikologis. Mulai dari kondisi seseorang yang tidak memiliki rasa iba saat melihat orang lain sakit, kondisi seseorang yang tidak bisa merasakan sakit saat tubuhnya terluka, hingga kondisi seseorang yang akan melukai diri sendiri saat mentalnya sedang tidak baik-baik saja.
Penulis: Dewi
Editor: Juno