Mahasiswa Mencari Jalan di Tengah Kenaikan Harga Beras

Masyarakat tengah diresahkan dengan adanya kenaikan harga beras. Harga beras di beberapa daerah sudah menyentuh angka Rp. 18,000/Kg, hal ini tentunya memberikan tekanan hidup yang berat bagi rakyat kecil yang berpenghasilan rendah, tak terkecuali mahasiswa Universitas Diponegoro.

Berdasarkan hasil pengamatan, harga beras di beberapa toko dan warung di Tembalang sudah menyentuh angka Rp. 17,000/Kg. Selain itu juga sempat terjadi kelangkaan beras kemasan bermerek di beberapa supermarket yang ada di Tembalang.

Farhan Salim, mahasiswa Sejarah Fakultas Ilmu Budaya menuturkan bahwa kenaikan harga beras telah memberikan beban baru bagi dompetnya.

“Terlebih (beras) itu kan makanan pokok sehari-hari saya ya dan saya itu di kos sering masak nasi,” ujar Salim.

Dia juga menambahkan, dengan naiknya harga beras ini ia mulai mengonsumsi pangan alternatif pengganti beras yang lebih murah.

“Saya pernah menggunakan singkong untuk mengganti sarapan, jadi untuk makan siang dan malamnya itu baru menggunakan nasi, begitu,” terang Salim.

Lain Salim, lain juga dengan kisah yang dibagikan oleh Diva Dwi Putri Octaviani, Mahasiswi Jurusan Teknologi Rekayasa Kontruksi Perkapalan Fakultas Teknik. Ia tak ragu untuk mencari warung yang menjual harga beras lebih murah dibanding warung-warung kelontong yang ada disekitar kosnya meski harus ke pelosok kawasan Tembalang.

Meski terjadi kenaikan harga, penjualan beras tidak mengalami penurunan yang signifikan, masyarakat Tembalang dan kalangan mahasiswa pada umumnya masih membeli beras secara rutin untuk konsumsi sehari-hari.

Aziz, seorang pemilik toko kelontong di kawasan Nirwana Sari menuturkan meski harga beras naik, akan tetapi tidak ada penurunan angka penjualan beras di warungnya.

Aziz biasanya menjual beras di warungnya dengan kemasan plastik seberat 1 Kg yang sudah disusun rapi di rak warungnya. Langkah yang diambil Aziz guna menghadapi kenaikan harga beras kali ini adalah dengan menjual beras kemasan dengan berat ½ Kg, menjual beras setengah dari ukuran dan harga yang biasa tersedia di warungnya.

Berbeda dengan Aziz, Zulfa seorang penjaga warung Madura di kawasan Tunjungsari, menuturkan bahwa kenaikan harga beras memaksa warungnya untuk membatasi dengan hanya menjual satu jenis beras saja. Padahal sebelumnya, warungnya menjual dua jenis beras.

“Iya, soalnya sebelumnya ada merek itu SR. Tapi, ngambilnya ke Jatingaleh. Itu lebih murah biasanya, tapi ternyata sekarang malah sama jadi dah ambil 1 merek aja karena harganya sama,” ujar Zulfa.

Bagi Zulfa, kenaikan harga beras kali ini telah mencapai titik harga yang tidak normal.

“Sebelumnya nggak pernah harga segini sih, saya kan memang jual merk stroberi karena orang sini sukanya merek stroberi. Mayoritas merek stroberi, paling mahal anggaplah beberapa bulan yang lalu ya, Rp15.000,00. Nggak pernah kayak sekarang ini,” ujar Zulfa.

 

Penulis: Farhan
Reporter: Farhan, Ijas (magang), dan Febby (magang)
Editor: Juno

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top