Aliansi Masyarakat Sipil Jawa Tengah bersama pelajar sekolah menengah dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi menggelar aksi “Jateng Bergerak: Adili dan Turunkan Jokowi” di depan gedung Balaikota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang pada Senin, 26 Agustus 2024.
Pada mulanya aksi hendak dilaksanakan di depan gedung DPRD Jawa Tengah, tetapi setelah melihat kondisi kawasan yang dijaga ketat oleh aparat, maka aliansi memutuskan untuk berpindah tempat ke depan DPRD Kota Semarang.
Dari atas mobil komando, gaungan aksi terus diserukan oleh Farid Darmawan selaku Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Diponegoro (Undip). Dalam komandonya kepada massa aksi, Farid mengatakan bahwa aksi ini merupakan panggilan demokrasi.
“Hari ini, kita di sini memenuhi panggilan demokrasi, panggilan untuk kembali menjaga konstitusi kita,” ujarnya.
Beberapa hal lain yang menjadi tuntutan massa aksi, yaitu mengenai penyelesaian kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat dan proyek strategis nasional. Kedua tuntutan tersebut dianggap mencekik masyarakat terutama masyarakat adat yang memiliki hak atas tempat tinggalnya.
Aksi kemudian terus berlanjut hingga pukul 18.00 WIB. Seusai adzan maghrib, tepatnya pukul 18.20 WIB, aparat kepolisian memukul mundur massa aksi hingga ke depan Mal Paragon.
Pada titik ini, polisi menggunakan gas air mata secara membabi buta sampai warga di Kampung Sekayu belakang Mal Paragon mengeluhkan dampak perih gas air mata di lingkungan mereka.
Ali Sajidin, mahasiswa Undip menuturkan bagaimana kacaunya kejadian di lapangan yang seperti medan pertempuran.
“Aparat seakan-akan mengepung warganya sendiri seperti di medan pertempuran, bisa dibayangkan aparat memukul mundur manusia biasa dengan senjata lengkap seperti itu, di mana letak pengayomannya? Apa ini cara mengayomi dan melindungi masyarakat?” ujar Ali.
Tindakan represif dan penggunaan gas air mata menyebabkan jatuhnya korban yang amat banyak. Dari data yang dihimpun oleh Paramedis Jalanan, tercatat ada 32 orang yang dilarikan ke Rumah Sakit.
Selain mahasiswa dan massa aksi, aparat kepolisian juga merepresi jurnalis pers mahasiswa. Fauzan Haidar dari Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Opini mengalami pencekikan dan pembungkaman oleh aparat kepolisian sewaktu meliput aksi.
Reporter: Indri, Khansa, Fajri, Farhan, Irsyad, Akmal, Diyah, Faruq, Zaila, Nevissa
Penulis: Farhan, Zaila.
Editor: Ameilia