
Mahasiswa Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro (Undip) lakukan aksi pengosongan kelas pada Senin (30/9/2024) dan Selasa (1/10/2024) yang diawali dengan menempel poster darurat kekerasan seksual di setiap majalah dinding (mading) gedung FIB Undip.
Aksi ini dilakukan oleh mahasiswa yang mengambil mata kuliah Antropologi Pembangunan pada kelas A dan B sebagai bentuk perlawanan dan pengutukkan atas pelecehan dan kekerasan seksual yang terjadi di FIB Undip.
Vara, salah satu mahasiswa Antropologi Sosial angkatan 2022, mengikuti aksi pengosongan kelas dan menyatakan bahwa aksi tersebut dilakukan untuk menunjukkan keberpihakan kepada korban.
“Itu sebenarnya hanya bentuk paling kecil untuk menunjukkan kita berpihak pada korban dan tidak diam saja ketika melihat pelaku kekerasan seksual,” ujar Vara.
Dhinie dari Wadah Aduan Antropologi menyatakan bahwa aksi ini dilakukan atas dasar perlawanan karena pelaku masih berkeliaran dengan bebas di kampus mengingat selama tahun 2024 ini sudah ada 3 kasus yang masuk ke Wadah Aduan dan terduga pelaku adalah mahasiswa dan dosen.
“Aksi boikot kelas itu bentuk perlawanan karena sejak laporan masuk, pelaku masih bebas berkeliaran. Jadi, sambil menunggu regulasi dari universitas, fakultas, dan program studi (prodi), kami melakukannya,” jelas Dhinie.
Aksi tersebut rupanya turut menarik dukungan dari dosen-dosen prodi Antropologi Sosial. Salah satunya adalah Izmy Khumairoh. Ketika ditanya respons birokrat fakultas, Izmy menyatakan bahwa ada upaya dari pihak fakultas untuk mengawal kasus ini.
“Terdapat beberapa pihak yang telah menjanjikan dan berupaya memperjuangkan kasus kekerasan seksual di fakultas dan sepanjang tahun ini dapat terbilang cukup kooperatif karena kami masih diberikan kesempatan untuk mengadukan kasus demi kasus,” ujar Izmy.
Menanggapi aksi ini, Arido Laksono selaku sekretaris prodi Antropologi Sosial menyatakan harapannya mengenai aksi ini.
“Saya berharap mahasiswa menjadi lebih bersatu dan sadar akan pentingnya menentang berbagai macam kekerasan seksual, bullying, hingga kekerasan fisik lainnya,” ujarnya.
Reporter: Marricy, Diyah, Diaz, dan Alena
Penulis : Marricy
Editor : Farhan