Menghadapi Gelapnya Politik Indonesia dengan Cahaya Humor

Ilus: Imam

Politik di Indonesia yang penuh dengan dinamika yang carut marut menjadi salah satu alasan mengapa politik di negeri ini sering menjadi sorotan publik. Mulai dari kebijakan pemerintah, korupsi, tingkah laku pejabat, isu nepotisme dan berbagai macam hal lainnya yang  turut mewarnai sejarah bangsa yang kini telah berusia 78 tahun ini. Mengapa isu politik seringkali disorot oleh publik? Jawabannya beragam, mulai dari rasa kepedulian terhadap negara, kebutuhan akan informasi, bahkan sampai kepentingan publik itu sendiri yang berada di tangan segelintir pemegang kekuasaan. Tidak heran bila dunia politik yang hadir dengan berbagai seluk beluknya menjadi sebuah isu yang selalu mendapatkan porsi dalam pembicaraan khalayak.

Memang benar informasi seputar dunia perpolitikan seringkali diperlihatkan dengan begitu buruk dan rumit. Tak jarang orang merasa sulit untuk mengikutinya.  Istilah asing yang kesannya begitu intelek,  dipadukan dengan bahasa akademis yang kadang membuat orang awam kebingungan dalam memahami isu yang ada, membuat sebagian orang yang merupakan masyarakat kelas bawah enggan berurusan dengan dunia politik. Dunia perpolitikan yang rumit, dianggap sebagai hal yang jauh dari kehidupan mereka. Bagi mereka, politik tidaklah lebih penting dari urusan perut sendiri. 

Harus kita akui bahwa media konvensional berupa berita, artikel, hingga diskusi politik yang dipakai untuk menyebarluaskan isu ini tidak bisa menjamah orang dari berbagai kalangan., Hanya orang-orang yang bisa dikatakan memiliki tingkat pendidikan cukup tinggi dan cukup mumpuni yang bisa memahami dunia perpolitikan dari segi sosial, budaya, dan akademik karena penggunaan bahasa yang sulit untuk dipahami. Tetapi, di era yang semakin maju seperti saat ini, hadirlah beberapa medium yang bisa menghasilkan efek yang berbeda dalam penerimaan dan pemahaman dunia perpolitikan di Indonesia. Salah satu media yang ditawarkan dan bisa dipakai untuk menyampaikan isu politik di Indonesia ialah melalui humor.

Humor bisa dipahami sebagai sesuatu yang dapat membuat orang gembira ataupun tertawa. Humor seringkali dipakai masyarakat Indonesia dalam berbagai hal, seperti bagaimana seseorang menertawakan sesuatu yang dianggapnya lucu. Hal lucu yang dijadikan humor ini bisa dilihat di sekitar kita. Contoh sederhananya adalah suara kentut seseorang, yang bisa menjadi bahan candaan. Bahkan terkadang humor bisa muncul pula dari suatu tragedi. Misalnya, seseorang bisa saja menertawakan tragedi yang menimpa dirinya dan orang-orang di sekitar mereka dan menganggap hal tersebut sebagai hal yang lucu. 

Melalui humor kita bisa meningkatkan komunikasi kita dengan orang lain. Berdasarkan penelitian dari Pramudita, Sutja dan Sarman yang berjudul “Pengaruh Sense of Humor terhadap Keakraban Siswa dalam Bergaul di SMP Negeri 22 Kota Jambi” dalam Journal on Education menunjukkan bahwa sense of humour berpengaruh terhadap pergaulan siswa SMP di tempat itu. Melalui data yang diperoleh menunjukan bahwa setiap penambahan 1% pada 

sense of humor maka keakraban siswa dalam bergaul akan bertambah sebesar 0,608 begitupun sebaliknya. Maka melalui penelitian tersebut mengindikasikan bahwa orang yang humoris lebih mudah bergaul dan akrab dengan orang lain. Maka jangan heran ketika kita melihat orang yang humoris memiliki lingkaran pertemanan yang banyak dan ada dimana-mana.

Humor juga memiliki cara penyebaran tersendiri, entah melalui lisan maupun tulisan. Ketika seseorang tertarik pada suatu humor, bisa jadi dia akan turut menyebarkan humor yang sama ke orang lain. Penyampaian informasi ini bisa meluas dari satu orang ke orang lainya, satu tongkrongan ke tongkrongan lainnya, dan masih banyak lagi. Ketertarikan seseorang pada suatu hal membuat orang tersebut semakin mengingat dan meresapi aspek pesan yang terdapat dalam humor yang ia terima. Sederhananya ini mirip dengan pola bagaimana gosip tersebar.

Humor kerap kali dipakai untuk menyentil isu politik. Banyak hal yang dapat diangkat seperti tanggapan pejabat pemerintah, misalnya “YNKTS (Ya Ndak Tau Kok Tanya Saya)” sering dipakai dalam mengekspresikan ketidakmauan untuk menjawab suatu hal. Ucapan pejabat yang terkesan kurang diplomatis tersebut kerap muncul di internet dalam berbagai format, entah itu tulisan, gambar, audio bahkan video. Kreasi humor tersebut juga dibandingkan dengan tanggapan dari pejabat lainnya. Masih banyak lagi isu politik yang bisa diangkat menjadi humor semua tergantung pada bagaimana seseorang mengelola selera humor mereka.

 

Latar Belakang Humor Politik di Indonesia

Sejarah humor Indonesia bisa ditilik dari dekade 60-an. Pada masa itu, muncul grup legendaris bernama Srimulat. Kemudian pada dekade-dekade berikutnya semakin berkembang lagi kelompok-kelompok komedi seperti Kwartet Jaya di tahun 70- an, kemudian Warkop DKI pada masa 90-an, dan masih banyak lagi. Pada masa tersebut seringkali muncul sindiran-sindiran halus terhadap rezim Orde Baru. Warkop DKI yang beranggotakan Dono, Kasino, dan Indro beberapa kali menyentil pemerintah melalui humor-humor mereka. Pada masa itu, hal tersebut membuat mereka diperhatikan oleh rezim kala itu. Salah satu contoh humor mereka pada masa itu yaitu ungkapan “Jangkrik Bos” ialah sindiran bagi kegiatan korupsi dan kolusi pada masa itu. Penggambaran hidup masyarakat seolah tercermin dari humor- humor pintar Warkop DKI yang muncul bukan hanya dari satu karya mereka saja, tetapi dari banyak karya lainnya.

Sindiran dengan memakai humor, agaknya bisa lebih diterima dibanding rangkaian gagasan frontal dengan kata-kata rumit yang justru membuatnya semakin rumit dan berbelit. Melalui humor sindiran dan satir, dibalut dengan analogi, hingga retorika yang halus, seolah hanya menjadi angin lalu bagi para petinggi politik yang dituju. Permainan sindiran dan satir humor sebenarnya bisa saja disampaikan dengan cara yang halus. Namun, biasanya memiliki pesan dan kesan yang pedas dan tajam dibaliknya. Hal Itu tergantung pada bagaimana sang  pemakai memaknainya. Ketidakpuasan akan kinerja pemerintahan dan kritik terhadap mereka melalui humor adalah salah satu senjata bagi mereka yang tidak bersenjata. Seruan suara rakyat dari humor tersebut menunjukan reaksi mereka terhadap politik negara yang dianggap tidak baik-baik saja.

Seiring berjalanya waktu, humor politik menyebar luas ke dalam berbagai bentuk dan lini kehidupan. Ada yang hadir dalam bentuk berupa karikatur, tulisan, stand-up comedy, program televisi, meme dan masih banyak lagi. Dalam media cetak seperti koran, kadang terdapat kolom bagi rubrik dan karikatur lucu yang merupakan hasil respon terhadap gejolak politik yang sedang terjadi. Kini bisa kita lihat di media sosial banyak bertebaran gambar maupun kalimat sindiran terhadap masalah politik yang timbul. Salah satunya adalah Meme. Bentuk meme yang beragam bisa digunakan untuk mengeksploitasi suatu tindakan politik yang ada, entah itu dengan cara melebih-lebihkan, perumpamaan, ejekan dan lainya. Sebagai contoh, ada seorang calon kepala daerah yang akan maju di suatu pemilihan umum. Ia disamakan dengan gambar karakter video game. Ada juga yang disindir dengan menaruh julukan “Raja Penguin” dan lainya. Bagi sebagian orang , hal itu bisa menjadi hal yang sangat lucu karena memiliki korelasi dengan humor yang sudah ada sebelumnya. 

 

Kritik Sosial dan Pelampiasan Emosi dalam Balutan Humor yang Menyenangkan 

Humor memiliki peran yang beragam dalam politik, salah satunya untuk menyuarakan kritik. Kritik ini timbul dari ketidakpuasan rakyat terhadap keadaan mereka. Rakyat yang menginginkan keadilan juga memiliki peran dalam kritik sosial terhadap pemerintah. Berbagai tindakan pemerintah bisa menjadi humor, entah itu dari hal yang sepele bahkan sampai ke hal yang begitu besar. Beberapa momen kecil pada masa sekarang dapat dengan mudah disampaikan kepada khalayak ramai melalui internet maupun media sosial. Kritik dari humor ini seakan bisa menjadi cara lain untuk menyuarakan pendapat dan kebenaran secara lebih halus.

Perilaku politisi yang “bermasalah” seringkali menjadi bulan-bulanan netizen di media sosial. Sebagai contoh pejabat yang bermain game “puzzle” saat rapat. Tindakan itu cukup ramai diperbincangkan di media sosial. Bagaimana tidak?  Permainan yang dianggap “puzzle” tersebut terindikasi merupakan bagian dari judi online yang pada saat ini sedang marak diperbincangkan dan menjadi masalah besar bagi pemerintah. Tak heran pejabat tersebut mendapat tekanan dari khalayak ramai. Ada Pula kebijakan pemerintah yang turut mendapatkan respon negatif dari masyarakat, yaitu tabungan perumahan yang disinyalir harus wajib dibayar. Masyarakat ramai banyak meragukan kebijakan pemerintah tersebut dengan membuat meme berupa gambar perumahan buatan pemerintah yang disandingkan dengan gambar lain seperti gubuk sawah.

Humor-humor tersebut disajikan dalam bentuk yang beraneka ragam, mulai dari gambar, poster, hingga cover lagu yang diciptakan sedemikian rupa menggunakan teknologi kecerdasan buatan yaitu AI (Artificial Intelegent.) Melalui humor-humor ini, seseorang mencoba mengungkapkan kritik, kebenaran bahkan kekesalan pribadi pada suatu figur. Cara penyampaian pesan ini bagaikan hiburan tersendiri di tengah kisruh yang melanda negeri atau bisa jadi sebagai pengingat untuk selalu waspada terhadap gerak-gerik yang dilakukan pemerintah.

Menurut Sigmund Freud, seorang ahli psikoanalisis terkenal, humor merujuk pada kesenangan dimana secara singkatnya, seseorang berusaha mencari kesenangan dan menghindari penderitaan di kehidupannya. Dalam mencari kesenangan, seseorang melampiaskan emosinya dengan bermacam cara, salah satunya melalui humor. Iklim politik yang terus bergejolak di masa sekarang terkadang membuat seseorang tertekan. Pemerintah dianggap melangkahi bermacam aturan untuk kepentingan golongan, isu dinasti, korupsi dan masih banyak lagi. Beragam masalah itu membuat masa depan semakin sulit untuk diprediksi, seakan ketidaktahuan adalah hantu yang sangat menakutkan. Maka dari itu, kerumitan dalam dunia politik yang sering kali membuat tegang dan pusing perlu memiliki kemasan baru. Cara mudahnya, politik dikemas dalam bentuk humor. Bayangkan saja kita ini tidak suka kepada suatu tokoh, lalu kita menjelek-jelekan dia dengan amarah atau melakukan manuver rumit yang menyatakan ketidaksukaan yang hasilnya bisa jadi cuma lelah. mungkin lebih baik menyelipkan humor disitu.

Humor dalam kajian Freud merupakan bagian dari sistem pertahanan manusia. Dia membandingkannya dengan teori mimpinya, dimana dalam teori tersebut mengungkapkan bahwa otak secara defensif menjauhkan diri dari gagasan-gagasan yang tidak menyenangkan seperti perasaan malu, cemburu, dan bersalah. Pengalihan pikiran muncul untuk menghindari dampak negatif ketidak senangan tersebut, yang menghasilkan rasa nyaman. Humor sendiri  melakukannya dengan cara yang berbeda, yaitu dengan cara pergi ke arah yang berlawanan untuk mendapat kepuasan tersendiri dari melepaskan sensor defensif untuk meraih kebenaran. 

Melalui mekanisme tersebut, humor dapat membuat tekanan muncul sebagai bentuk kesenangan. Melepaskan emosi negatif di tengah ketegangan politik membuat seseorang merasa lega. Suasana yang ringan dapat tercapai bila humor yang disajikan dapat sesuai dan relevan dengan  pendengar.

 

Batas dan Risiko Humor

Menurut Willibald Ruch, humor dalam kegiatan politik memiliki fungsi untuk menyampaikan nilai politik individu secara tersirat. Ketika pesan tersebut disampaikan dalam bentuk humor, seringkali seseorang memasukan elemen yang mencederai pihak lain. Dalam humor terdapat sisi gelap, dimana penghinaan yang dilakukan dengan sadar tetap akan dianggap sebagai lelucon. Perasaan lebih unggul dari orang lain  yang kini sudah menjadi kebutuhan akan menimbulkan balasan lain. Saat humor sudah membuat seseorang tertekan, orang itu pun akan balik membalasnya. Hal tersebutlah yang pada akhirnya hanya akan membentuk lingkaran setan yang berujung pada pembalasan dendam. 

Penghinaan dalam bentuk humor, terlebih yang berkaitan dengan isu politik dan pemerintahan, dapat menimbulkan masalah yang runyam. Batasan perlu dijunjung agar tidak menghasilkan dampak emosional yang ekstrem. Perlunya pemahaman mana yang boleh dan tidak boleh harus dilakukan agar bisa meminimalisir risiko terjadinya gesekan. Apalagi bila unsur humor memiliki tendensi menghina suku, agama, ras, atau golongan tertentu. Permasalahan yang muncul dari humor bahkan bisa memicu sebuah konflik yang awalnya kecil menjadi besar.

Masyarakat yang terpecah akan semakin terpolarisasi. Apalagi saat terjadi pertarungan politik. Maka antar kubu dalam masyarakat saling berlawanan. Pemakaian humor yang bersifat menghina dan memojokkan satu sama lain akan membuat jarak antar masyarakat semakin melebar. Perasaan terasingkan dan ketidakpedulian bisa timbul, sehingga dapat menyulitkan dialog antar sesama. Pada tingkat yang lebih lanjut, isu sensitif yang terus dibahas dengan membawa embel-embel humor akan berbuah menjadi sebuah ketegangan sosial hingga tindak kekerasan. Tentu ini akan menjadi masalah besar yang yang perlu disikapi bersama secara dengan hati-hati.

Tetapi mau bagaimana pun, humor tetaplah humor yang bila dipahami lebih lanjut ternyata memiliki banyak fungsi dan manfaat dibaliknya. Sebagai manusia yang hidup dalam suatu sistem masyarakat, alangkah baiknya bila kita memadupadankan antara keseriusan dengan humor. Salah satunya dalam bidang dan lini perpolitikan di Indonesia. Dengan begitu, terdapat cara lain yang lebih menarik dan lebih mudah  untuk memahami perpolitikan. Dunia perpolitikan yang rumit juga bisa dengan mudah dipahami jika dikemas melalui humor yang cerdas dan menarik. 

 

Penulis: Husni Ijas
Editor: Farhan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top