Judul Film : The Substance
Produksi : Mubi & Metropolitan Filmexport
Sutradara : Coralie Fargeat
Produser : Coralie Fargeat, Tim Bevan, dan Eric Fellner
Penulis : Coralie Fargeat
Durasi : 141 menit
Tanggal Rilis : 16 Oktober 2024
The Substance bercerita tentang Elisabeth Sparkle (Demi Moore), seorang aktris yang mengisi sebuah program senam aerobik di televisi. Walaupun usianya sudah menginjak 50 tahun, tetapi kondisi tubuhnya masih bugar dan sehat. Sayangnya, produser acara tersebut, Harvey (Dennis Quaid), enggan melanjutkan kerjasama dengan Elisabeth serta hendak mencari pengganti yang lebih muda dan lebih cantik. Mengetahui rencana Harvey yang akan mencampakkannya, Elisabeth merasa kecewa dan marah—sampai akhirnya ia menemukan the substance.
The Substance adalah cairan yang dapat menciptakan diri lain dari Elisabeth Sparkle dengan versi yang lebih muda dan lebih cantik bernama Sue (Margaret Qualley). Merasa puas karena berhasil mendapatkan kembali pekerjaannya sebagai instruktur senam aerobik, Elisabeth mulai melanggar aturan penggunaan the substance. Elisabeth menciptakan Sue dengan penuh kesombongan dan ketamakan, ia ingin terus hidup sebagai Sue dan mendapatkan segala yang telah hilang dari genggamannya.
The Substance, sebuah film karya Coralie Fargeat yang tayang perdana di Cannes Film Festival pada 19 Mei 2024, berhasil meraih ulasan positif dengan mencatat lebih dari sembilan ratus penonton di platform Letterboxd. Film bergenre satirical body horror ini berhasil memikat penonton dengan cerita yang unik sekaligus relatable, mencerminkan pergumulan manusia dalam kehidupan masyarakat. Kisahnya menggambarkan kehidupan seorang seniman di usia lanjut yang kehilangan sorotan dan pekerjaan di televisi, serta berhasrat untuk kembali muda dan segar agar tidak diabaikan oleh industri.
Dalam film The Substance, kita dapat menemukan unsur tujuh dosa besar (seven deadly sins). Jika menelaah lebih dalam, The Substance tidak hanya merefleksikan kesombongan dan ketamakan manusia, di dalamnya terdapat aspek-aspek tujuh dosa besar manusia, di antaranya adalah: iri hati, kemarahan, hawa nafsu, kerakusan, dan kemalasan.
Keinginan Elisabeth Sparkle untuk menjadi awet muda dan tetap laris di layar kaca nyatanya dilalui dengan jalan yang terjal, bahkan setelah ia menemukan the substance. Penggunaan the substance sendiri terbilang rumit dan tentu membuat Elisabeth tidak puas akan batasan untuk menjadi Sue. Ia mulai rakus untuk menjadi muda, segar bugar, dan cantik.
Kepercayaan diri Elisabeth mulai menurun setelah ia mendengar Harvey ingin mencari penggantinya. Ia menunjukkan rasa penuh iri hati terhadap perempuan-perempuan yang lebih muda, bahkan naasnya ia iri akan dirinya yang lain. Sue yang sombong meningkatkan keirian Elisabeth. Tak sampai di situ, menjadi Sue nyatanya meningkatkan hawa nafsunya pula sebagai perempuan. Ia makan terlalu banyak dan menjalin hubungan dengan seorang lelaki, tanpa disadari ia terlewat batas dalam menggunakan the substance.
Tanpa Elisabeth ketahui, efek samping the substance nyatanya sangat fatal. Muncul keriput di wajahnya, serta cairan dalam tubuhnya seperti habis disedot keluar. Ketika ia bangun setelah Sue menggunakannya berulang kali tanpa aturan, tubuhnya telah menua dan menciut. Ia mulai marah akan sikap Sue yang dianggap tidak terkontrol. Kemarahannya dia lampiaskan kepada perusahaan the substance. Meski tak mendapat solusi yang baik, nyatanya Elisabeth enggan melepaskan Sue dan tidak mau hidup menjadi dirinya sendiri.
Melalui kemarahannya, Elisabeth dan Sue terpisah. Mereka mulai melawan satu sama lain, Sue ingin menghancurkan Elisabeth dan enggan hidup menjadi Elisabeth lagi. Sue tidak ingin menjadi Elisabeth sebab dunianya kini lebih baik dari Elisabeth. Setelah Sue mulai malas mengikuti prosedur yang ada, ia pun berbangga tepat ketika ia membunuh Elisabeth. Sue merasa percaya diri dan berharap hidupnya terus menjadi baik seakan Sue adalah dewi.
“Jenius” menjadi kata yang tepat untuk The Substance. Bukan karena cerita horornya yang menantang dan visual pemainnya yang paripurna, Coralie Fargeat sukses besar membuat sebagian penonton perempuan merasa dikenal melalui karakter Elisabeth Sparkle.
Perempuan seringkali diobjektifikasi dalam media sehingga film The Substance ingin menyampaikan pesan bahwa penampilan yang segalanya itu tetap akan menghilang meski kita sudah bersusah payah mempertahankannya. Kecantikan itu benar-benar bersifat sementara saja, bersandingan dengan kepuasan dan kebanggaan semu.
Tak sampai di situ, Coralie Fargeat juga ingin membuka secara blak-blakan bagaimana dunia televisi sangat mendambakan kesempurnaan, khususnya dari perempuan. Perempuan yang layak muncul di televisi adalah perempuan yang selalu muda, seksi, dan cantik sesuai standar masyarakat. Di situlah pesan satir dimunculkan dalam film The Substance.
Melalui The Substance, Coralie Fargeat sukses membawakan kisah tragis menjadi sosok idola perempuan dan sisi gelap dunia televisi di baliknya. Meski saat mendekati ending cerita tersebut mulai terpecah-belah menjadi horor mengejutkan dan menjijikkan, nyatanya bagian akhir film ini bermakna sangat penting.
Sinematografinya sangat luwes dan cantik. Terlebih ketika kamera menyorot kebiasaan Elisabeth mengenakan mantel berwarna kuning yang amat mencuri perhatian. Setiap angle terpotret dengan amat indah dan berupaya menarik penonton masuk ke dalam kengerian ceritanya.
Pemilihan aktris juga sangat tepat. Baik Demi Moore maupun Margaret Qualley, keduanya mendalami peran dengan sempurna. Setiap emosi tergambar melalui ekspresi mereka yang tak hanya cantik, tetapi juga sangat menawan.
Terdapat beberapa teka-teki dalam film yang harus dipecahkan sendiri oleh penonton. Penonton perlu menyusun kepingan-kepingan puzzle untuk mengetahui rahasia di balik sebuah scene.
Tak banyak yang kurang dari film ini. Namun, bagi siapa pun yang takut akan darah, sebaiknya was-was selama menonton film. Ada adegan-adegan kekerasan yang perlu dihindari bagi siapa pun yang sensitif.
Secara keseluruhan, film ini ingin menunjukkan pada kita bahwa tak ada yang abadi di dunia ini. Manusia akan bertumbuh dan menua, lalu tentu saja terlupakan setelah mereka menghilang. Begitulah kesempurnaan, sebaik apapun kecantikan dan penampilan, tentu suatu saat nanti tetap akan menghilang dan terlupakan.
Penulis: Marricy
Editor: Amel