Aksi Kamisan Jakarta menggelar aksi dengan tema “Tahun Baru 2025, Beban Baru Bagi Rakyat, Perlu Nuansa Baru” pada Kamis (09/01/2025). Aksi yang dilaksanakan di depan Istana Presiden Republik Indonesia, Jakarta, ini menyuarakan berbagai refleksi dan tuntutan atas berbagai kasus yang terjadi.
Beberapa tuntutan yang disuarakan berfokus utama pada kenaikan PPN 12%, berbagai kasus peradilan yang bermasalah, deforestasi (pembabatan hutan), permasalahan makan siang gratis, dan kebrutalan polisi terhadap masyarakat.
Aksi Kamisan ke-486 kali ini dihadiri oleh berbagai lapisan masyarakat yang ikut berpartisipasi, mulai dari keluarga korban pelanggaran HAM, mahasiswa, masyarakat umum, serta berbagai organisasi dan lembaga masyarakat. Selain itu, Aksi Kamisan tersebut dihadiri pula oleh Ibu Sumarsih, Orang Tua Wawan korban Tragedi Semanggi I pada tahun 1998, dan Ferry Irwandi, salah satu tokoh Malaka Project.
Menurut Febrina Monika, salah satu relawan Aksi Kamisan menyatakan bahwa ramainya peserta yang mengikuti aksi kali ini membuatnya cukup senang.
“Untuk hari ini cukup senang ya, karena tahun baru dan banyak wajah-wajah baru. Jadinya kalau bisa dilihat sendiri sangat ramai (pesertanya -red), serta sebagai sebuah semangat baru di tahun yang baru ini,” ujar Mbak Febri.
Menurut pandangan Febri, hal-hal yang dikeluhkan masyarakat ini bisa terjadi disebabkan dari sifat haus akan kekuasaan serta impunitas (pembebasan dari hukuman -red) berbagai kasus yang terjadi selama ini.
“Aku melihat bahwa orang-orang yang sedang berkuasa itu masih haus akan kekuasaan, sehingga aturan-aturan dibuat secara serampangan, aparat yang seharusnya bisa menegakkan hukum justru menjadi pelaku pelanggaran hukum, serta praktik korupsi yang kemudian juga malah dilanggengkan, praktik-praktik impunitas yang juga turut dilanggengkan,” ujarnya.
Berbeda dengan tanggapan Febri, Ferry Irwandi merasa sedih karena masih terjadinya Aksi Kamisan hingga kini, namun ia merasa aksi ini masih ada harapan.
“Sendu, karena masih harus ada kamisan. Tapi harapan, semangat karena masih banyak anak muda dan teman-teman yang masih datang,” ujar Ferry.
Ia juga berpendapat bahwa semua kejadian yang telah terjadi tidak akan selesai jika tidak ada yang melakukan sesuatu untuk menuju sebuah perubahan.
“Ini (Penyelesaian Tuntutan Peserta Aksi Kamisan -red) gak akan berubah kalau bukan kita, atau teman-teman yang berubah, dan itu gak akan bisa terjadi kalau kita mati. Jadi ya, hiduplah selama yang bisa kita lakukan supaya semakin banyak peluang kita untuk melakukan sesuatu dan mengubah sesuatu,” tuturnya.
Dalam Aksi Kamisan kali ini, banyak harapan yang disampaikan oleh berbagai tokoh atas berbagai permasalahan dan tuntutan yang mereka suarakan, Ibu Sumarsih misalnya, Ia berharap supaya 12 kasus pelanggaran HAM berat untuk ditindaklanjuti dan dituntaskan.
“Ya kalau harapan kami, jadi setiap surat kepada presiden setiap kita bikin selebaran itu selalu ada poin yang menyerukan tuntutan 12 pelanggaran HAM berat yang sudah diakui Jokowi ini dilanjutkan ke penyidikan dan dilanjutkan ke pengadilan HAM ad hoc kalau yang terjadi sebelum UU pengadilan disahkan,” ucap Ibu Sumarsih.
Selain Ibu Sumarsih, Febri yang merupakan relawan Aksi Kamisan juga berpandangan searah dengan Ibu Sumarsih pada harapan hadirnya Aksi Kamisan kali ini.
“Aksi Kamisan berdiri untuk menuntut kasus-kasus pelanggaran HAM berat di masa lalu untuk dapat diselesaikan secara berkeadilan melalui mekanisme hukum yang telah diatur dalam Undang-Undang HAM, serta berharap pemerintahan lebih dapat berperspektif berkerakyatan, berkeadilan, berperspektif dalam menentukan kebijakan,” ujarnya.
Reporter: Irsyad, Syipolo, Akmal, Erinna
Penulis: Akmal
Editor: Mahes