Roadshow di FIB, Maajid-Halim Angkat Isu Kekerasan Seksual

Dok. Hayamwuruk/ Lia

Pasangan Calon Ketua-Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Diponegoro (Undip) 2026 Nur Maajid Taufiqurrahman dan Muhammad Rifqy Halim Arkaan mengunjungi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dalam rangka roadshow mandiri. Keduanya berorasi pada Selasa (25/11/25) siang, sekitar pukul 12.00 WIB di Crop Circle (CC).

Melalui roadshow yang diadakan secara mandiri, pasangan calon Majid-Halim memaparkan Grand Design Organization (GDO) dalam ajang Pemilihan Raya (Pemira) Undip 2025. Selain GDO, Maajid menyampaikan bahwa ia bersama dengan wakilnya, Halim, sudah memiliki gambaran agenda program kerja unggulan yang nantinya akan direalisasikan jika mereka terpilih.

“Kalau program kerja unggulan sejauh ini ada Baktisagara punya Sosmas [bidang Sosial Masyarakat], dia fokus untuk mengawal teman-teman pesisir, jadi pengabdian ke pesisir; ada Sorak Seni, dia semacam pasar seni, karena di tahun ini adalah tahunnya seni; ada Gelatik Center itu perlombaan riset.” terang Maajid.

Gambaran berbagai program kerja unggulan tersebut merupakan hasil analisis Maajid dan Halim mengenai kondisi aktual masyarakat kampus dan sekitarnya yang masih memiliki banyak keresahan. Menurut Maajid, berbagai pengawalan BEM Undip tahun ini khususnya dalam kesejahteraan masyarakat masih belum cukup efektif, sehingga ia berencana membangun transparansi yang tinggi dalam pelaksanaan program kerja agar masyarakat dapat mengawal lebih aktif. 

Salah satu keresahan utama bagi Maajid-Halim adalah isu kekerasan seksual yang nantinya mereka kawal bersama dengan beberapa stakeholder.

“Sebenarnya, ini menjadi fokus isu kami juga terkait dengan kesehatan mental dan penanganan kekerasan seksual. Jadi, nanti untuk langkah-langkahnya, dari bidang Kesma [Kesejahteraan Masyarakat] dan juga bidang PP [Pemberdayaan Perempuan] akan berkoordinasi secara intensif. Pertama, bidang Kesma menggaet atau mengawal terkait dengan lembaga-lembaga yang menangani kesehatan mental. PP adalah wadah yang mendampingi korban ketika membutuhkan konseling gratis dan akan dilemparkan ke wadah yang ada di kesehatan masyarakat tersebut.”

Fahrurozi Nasution, mahasiswa Sastra Indonesia Angkatan 2025 yang menjadi peserta roadshow menyampaikan bahwa menurutnya, fokus isu kekerasan seksual dan kesehatan mental tersebut sudah sesuai dengan sebagian dari kebutuhan mahasiswa saat ini khususnya di FIB.

“Dari yang saya dengar tadi yang di-highlight mereka itu adalah mengenai pelecehan seksual dan juga kesehatan mental. Menurut saya sendiri cukup penting karena di zaman sekarang kita bisa mengetahui bahwa Gen Z kadang stres sendiri karena pressure academic or something like that. Jadi untuk saat ini dua itu menurut saya sudah cukup walaupun yang lain ada juga mungkin disesuaikan dengan kebutuhan fakultas atau sekolah vokasi. Mereka katanya juga mau menekan rektor untuk menambahkan pencahayaan jalanan. Jadi biar mengurangi kekerasan seksual, karena katanya di daerah Jangli, kan di dekat FIB tuh,” jelas Fahrurozi.

Selain itu, banyak isu lainnya yang Maajid dan Halim jadikan perhatian. Isu-isu tersebut tidak hanya berkutat di lingkungan kampus, tetapi juga dalam lingkup Kota Semarang.

“Isu-isu yang akan kami angkat salah satunya kesehatan mental, neoliberalisasi pendidikan tinggi; juga terkait dengan kaderisasi riset, kewirausahaan, dan juga pengabdian; ekologi politik pesisir Jawa Tengah, Tembalang Tiranopolis, dan isu nasional ada KUHAP [Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana], ada RUU PPRT [Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga], serta ada pekerja sektor informal,“ tuturnya.

Reporter: Lia, Rana, Diaz, Hasan, Nara

Penulis: Rana

Editor: Diaz

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top