Pimnas 27; Antara Sukses dan Tidaknya Undip

Oleh : Fakhrun Nisa 
Reporter : M. Reza Mustafa



Menjadi
tuan rumah penyelenggaraan acara sekaliber Pekan Ilmiah Mahasiswa
Nasional (Pimnas) merupakan s
uatu
kebanggan bagi civitas akademika

Universitas
Diponegoro. Acara bergengsi tingkat nasional yang juga difasilitasi oleh
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) ini telah digelar di Undip pada
tanggal 25-29 Agustus 2014
. Acara
serupa pernah diselenggarakan di Undip pada enam belas tahun yang lalu,
tepatnya pada tahun 1998. Pimnas bukanlah acara sederhana
, melainkan acara besar dan
memakan banyak biaya. Dana yang disediakan oleh Dikti sebesar 8M tidak bisa
mencukupi kebutuhan pelayanan Pimnas secara keseluruhan, sehingga pihak panitia
harus menjalin kerja sama dengan pihak luar kampus. Beberapa sponsor yang
tampak membantu jalannya Pimnas antara lain BNI, Bank Mandiri, Telkom, dan lain
sebagainya. Bila ditotal secara keseluruhan, pengeluaran Pimnas mencapai angka
12 Milyar. Kekurangan biaya didapat dari dana Undip yang memang sudah disiapkan
sejak awal pencalonan, yakni sebesar 800 juta, dan sisanya merupakan bantuan
dari pihak sponsorship berupa equal value.
Menurut Bambang Sulistiyanto, sebagai ketua pelaksana Pimnas ke-27 di Undip,
hal ini dilakukan demi memudahkan pembuatan laporan pertanggungjawaban
keuangan.
Banyak akselerasi yang
dilakukan oleh Undip dalam menyiapkan Pimnas 27. Seperti mempercepat proses
pembangunan gedung G, H, I Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
, yang dipakai sebagai
tempat pameran poster peserta Pimnas dan lomba poster non seleksi. Selain itu,
Rusunawa yang digunakan
sebagai tempat tinggal peserta juga dilengkapi fasilitas pendukung seperti
kasur, bantal, dan lainnya. Dari segi persiapan secara fisik tidak ada kendala
yang berarti karena sistem yang diterapkan adalah akselerasi. Sementara itu,
persiapan non fisik dilakukan dengan pemetaan sumber daya dan pemetaan
Rancangan Anggaran Belanja (RAB).
Kehormatan
yang didapatkan Undip sebagai tuan rumah Pimnas 27 memang membanggakan seluruh
civitas akademika Undip. Namun sayang, kebanggaan tersebut tidak dibarengi
dengan prestasi yang diraih kontingen Pimnas di ajang tersebut. Undip
mendapatkan peringkat ke-8, turun dua
tingkat
dari Pimnas sebelumnya yang diselenggarakan di Universitas Mataram (Unram).
Fokus Undip sebagai tuan rumah tak dipungkiri
mengurangi perhatian kepada kontingen Undip di Pimnas 27.
Bambang
Sulistiyanto, ketua pelaksana Pimnas yang juga menjabat sebagai Pembantu Dekan
III Fakultas Peternakan dan Pertanian ini mengungkapkan bahwa Undip gagal dalam
penyiapan tim, karena tidak ada satu pun yang berhasil memenangkan presentasi.
Namun demikian ada keberhasilan yang Undip capai dalam hal penyiapan materi,
yakni kemenangan poster yang meraih tiga emas dan satu perunggu. “Tahun ini
saya nggak bisa intensif mendampingi mereka (kontingen Undip –red-)”, lanjutnya
yang memang sering mendampingi kontingen Undip dalam menghadapi Pimnas.
Hal senada juga diakui
oleh Umi Ardiningsih, kontingen Undip yang berjuang dalam bidang PKM-M (
Pengabdian kepada Masyarakat).
“Mereka lebih fokus menyiapkan Pimnas secara umum. Jadi kita kayak belum
dijemput, kayak ditelantarin gitu. Tapi, over all semuanya bagus
sih”, terang mahasiswa semester lima Fakultas Kesehatan Masyarakat ini. PKMnya
yang berjudul “Produksi Handsang (Hand Sanitizer Berbahan Utama Pelepah
Pisang) Sebagai Program Percontohan Usaha Mikro Kecil Menengah di Kelurahan
Rowosari Kec. Tembalang Kota Semarang” meraih emas untuk kategori poster.
Pimnas 27 di Undip
memang telah berlalu, segala kritik dan kesan sudah didapat oleh para kontingen
dari berbagi perguruan
tinggi yang
menjadi peserta Pimnas 27. Seperti yang diungkapkan oleh  Putra Astaman, mahasiswa asal Universitas
Sriwijaya, “Fantastis. Luar biasa karena budayanya juga sudah sesuai dengan
temanya ‘Berinovasi dan Berkreasi Dalam Kebhinekaan’. Apalagi saat opening
ceremony
, dan hal ini terlihat dari settingnya, dalam berbagai budaya
dikolaborasikan menjadi satu kesatuan.”
Terlepas dari
segala gemerlap dan hingar-bingar Pimnas 27 di Undip, kini Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM) memasuki babak baru. Tanggal 18 September 2014 menjadi batas
akhir pengajuan proposal untuk didanai Dikti dan menjalani seleksi Pimnas tahun
depan.
Di akhir pertemuannya
dengan Tim Hayamwuruk, Bambang berpesan kepada mahasiswa Undip secara
umum yang berkeinginan untuk mengikuti Pimnas ke-28. Bahwa banyak peraturan
yang akan berubah di tahun depan dan tidak ada toleransi lagi untuk
kesalahan-kesalahan yang sering terjadi, misalnya kesalahan format dan
administrasi. Lebih lanjut pria berkaca mata ini menjelaskan bahwa masih banyak
mahasiswa yang teledor dalam menyiapkan PKM, seperti kurangnya kosnsistensi mahasiswa
dalam pengetikan format (misal pilihan jenis huruf), scanning tanda tangan,
ketidaksesuaian isi dengan kop di atas, tanggal yang tidak sesuai antara
proposal dan laporan kemajuan, laporan akhir masih menyebutkan ‘akan’ bukan
‘telah’, dan cropping tanda tangan. Kebiasaan mahasiswa yang menggunakan
trik last minute pun disesali Bambang karena sering terjadi kendala
teknis ketika mendekati batas akhir. “Jangan menggunakan last minute,
mengerjakan pada detik terakhir. Kalau mau strategis dari awal buat surat
lembar pengesahan untuk proposal, laporan kemajuan, dan sebagainya.” pesannya.
Menurutnya, butuh
komitmen
lembaga
serta individu dan partisipasi pembimbing
untuk mengontrol. Bagi mahasiswa yang PKM-nya didanai, Bambang berharap agar mahasiswa
bekerja dengan sungguh-sungguh
ketika
monev (monitoring dan evaluasi)
. “Tahun ini
masih berupa teguran, tahun depan disuruh untuk mengembalikan dana sepenuhnya”,
tegasnya.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top