Gelar Demonstrasi, Koalisi “Semarang Melawan”: Pemerintah dan DPR Pengkhianat Pahlawan

Dok. LPM Hayamwuruk

Peringatan Hari Pahlawan menjadi momentumbagi sebagian orang untuk merefleksikan persoalan-persoalan bangsa, seperti yang dilakukan oleh puluhan orang yang tergabung dalam Koalisi “Semarang Melawan”. Koalisi “Semarang Melawan” menggelar serangkaian aksi pada Hari Pahlawan, Selasa (10/11/2020), di Kota Semarang. Koalisi ini terdiri dari mahasiswa dan masyarakat umum Kota Semarang.

Rangkaian aksi massa “Semarang Melawan” diawali dengan Matur Poro Leluhur, yaitu berupa pembacaan doa dan tabur bunga di depan Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal pada pukul 14.00.

Azis Rahmad Ahmadi, seorang peserta aksi yang memimpin pembacaan doa dan tabur bunga, mengungkapkan bahwa aksinya tersebut sebagai bentuk pengaduan kepada para pahlawan soal permasalahan bangsa.

“Karena pemerintah mengkhianati perjuangan para pahlawan dengan mengesahkan UU Omnibus Law (Cipta Kerja), UU Minerba, (serta) penanganan Covid-19 yang amburadul dan masalah-masalah lainnya. Dan apa yang disuarakan rakyat tidak ditanggapi serius oleh pemerintah,” tutur Azis.

Kemudian, dengan membawa sejumlah poster tuntutan, massa melanjutkan demonstrasi yang dimulai longmarch dari Lawang Sewu menuju ke titik aksi di depan Balaikota Semarang. Setelah itu, massa aksi kembali menuju ke Tugu Muda Semarang.

Selain karena mengesahkan sejumlah UU yang dinilai merugikan rakyat seperti revisi UU KPK, UU Minerba, dan UU Omnibus Law Cipta Kerja, Juru Bicara “Semarang Melawan”, Cornel Gea, mengatakan, pemerintah dan DPR adalah pengkhianat para pahlawan dengan menjual sumber daya alam Indonesia kepada asing. “Sampai kasih tanah gratis alias 0 Rupiah kepada asing, sementara rakyat yang memperjuangkan tanahnya, dipenjara,” kata Cornel.

Menurut Cornel, Indonesia bukan tempat untuk memperkaya asing, pemerintah, dan DPR serta semua kroninya. Bukan pula tempat untuk membuat si kaya semakin kaya, dan si miskin semakin miskin.

“Kami menegaskan, bahwa kami tidak lagi percaya kepada pemerintah dan DPR, mereka hanya membuat hidup kita makin susah. (Pemerintah dan DPR) tidak pernah mendengar suara kita. Ketika kita beda pendapat, tidak sungkan mereka menangkap kita,” tandas Cornel.

Dalam pantauan Hayamwuruk, massa aksi mulai membubarkan diri sekitar pukul 18.30.

Reporter: Airell

Penulis: Airell

Editor: Ban

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top