
The Climate Reality Project Indonesia didukung 30×30 Southeast Asia Coalition (SEA) menggelar pelatihan tentang perubahan iklim bertajuk “Youth Leadership Camp for Climate Crisis (YLCCC) 2022” di Sentul Eco Edu Tourism Forest, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kegiatan berlangsung pada 29-31 Juli 2022 dengan tema “Biodiversity Conversation and Water Protection”.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan peserta tentang dasar perubahan iklim; membekali para peserta dengan komunikasi perubahan iklim melalui keterampilan kampanye media sosial; dan membangun jaringan anak muda Indonesia yang peduli tentang isu perubahan iklim.
Total 30 peserta terpilih dibentuk dalam 6 kelompok, lima di antaranya mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) yakni Anugrah Hidayat (Fakultas Teknik), Dian Komalasari dan Risha Mutia Nurfadila (Fakultas Ilmu Budaya), dan Rahma Nimas Healthy J. dan Rhieni Rahma Aulia (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan).
Sebelumnya, peserta dibekali materi secara daring di kegiatan Pre-Camp (pra kegiatan) dan di dalam kelas. Tujuannya agar menjadi dasar untuk merancang framework dalam merencanakan aksi pada Post-Camp Activities-nya (pasca kegiatan).
Pada sesi field trip yang berlokasi di Teras Konservasi CaO2 dan Gua Keraton, Desa Leuwikaret, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, peserta diajak belajar di tiga pos utama, yaitu Sustainable Agroforestry, Biodiversity and Water Protection, dan Advocacy. Sesi ini berkonsep Experiential Learning untuk menciptakan dan menggugah kesadaran akan pentingnya merasakan alam saat bergerak menghidupkan kehidupan manusia.
Peserta pun diajak memainkan tiga permainan outbound bernama Circle of Life, The Two Tribes, dan Silent Hill untuk menyelami pentingnya membangun keterhubungan antar manusia dalam upaya menciptakan lingkungan hidup yang berkelanjutan dan selaras dengan alam.
“Siapa sangka, moment menanam pohon Samida di dekat air Teras Konservasi CaO2 bisa menjadi pengalaman yang mengharukan bagi anak-anak muda peserta YLCC 2022,” ujar Arifah Handayani, Community Action Manager Climate Reality Indonesia melalui laman Instagram-nya (3/8/2022).
Lalu saat sesi trekking, peserta diminta sebanyak-banyaknya melakukan proses “diam” dan “dengarkan” agar dapat menikmati proses belajar dari alam demi mengaktivasi Outdoor Intelligence-nya.
“[Ini, –ed] dimaksudkan agar peserta mampu menikmati waktu selama menyusuri wilayah field trip dengan refleksi dan kontemplasi. Hingga terbangkitkan kesadaran, bahwa kita manusia adalah bagian dari segalanya,” lanjutnya.
Anugrah Hidayat, salah satu peserta, mengatakan kegiatan tersebut menjadi langkah strategis dalam upaya memberikan harapan yang lebih berdampak dan membangun terhadap perubahan iklim dengan lebih memperhatikan lingkungan.
“Lebih aware lingkungan, sih, yang paling penting. Lebih memahami lagi kalau ternyata aktivitas sehari-hari yang kita lakukan menyebabkan bumi menjadi rusak separah ini. Yang biasanya kita manusia melakukan apapun untuk bisa hidup, tapi ternyata hidup gak bisa kek gitu. Hidup gak bisa tentang memikirkan diri sendiri terus,” jelas Anugrah saat diwawancara via WhatsApp (3/8/2022).
Ia berharap, kegiatan ini dapat berkembang dan mampu mengajak masyarakat sekitar, tak hanya anak muda, untuk lebih peduli dengan lingkungan.
“Harapanku project ini berjalan lancar dan menjadi besar di kota Semarang. Bukan cuma jadi project pencerdasan aja, tapi juga bisa ngasih solusi konkret atas permasalahan climate change di Semarang,” pungkasnya.
Reporter: Risha
Penulis: Risha
Editor: Rilanda