
Pada Sabtu (9/8/2025) malam, Perkumpulan Seni Nusantara Baca (PSNB) menggelar pertunjukan bertajuk Perburuan Pramoedya dari Blora ke Jakarta di panggung terbuka Pendopo Rumah Dinas Bupati Kabupaten Blora.
Pertunjukan ini merupakan alih wahana dari nukilan novel Perburuan karya Pramoedya Ananta Toer yang disajikan dalam bentuk pembacaan prosa dengan memadukan pembacaan dramatik, seni tari kontemporer, musik, visual, serta elemen dokumentasi sejarah.
PSNB sendiri adalah kelompok seni dari Yogyakarta yang memproduksi pertunjukan berbasis teks dan karya sastra. Sebelumnya, pergelaran ini memiliki versi awal bertajuk Perburuan Pramoedya yang dipentaskan pada 16 Oktober 2023 di Auditorium IFI-LIP Yogyakarta dan berhasil menyedot perhatian serta respons positif dari publik.
Bekerja sama dengan Rumah Literasi Blora dan Dewan Kebudayaan Blora, Perburuan Pramoedya dari Blora ke Jakarta dirancang sebagai ruang edukatif sekaligus reflektif untuk mengenalkan kembali nilai-nilai perjuangan dan kebangsaan yang masih relevan hingga saat ini.
“Ini bukan hanya soal menghadirkan pertunjukan seni, tetapi bagaimana seni membicarakan sastra dan nilai-nilai kebangsaan yang relevan hingga hari ini,” jelas Engelina Prihaksiwi, Ketua PSNB sekaligus produser dalam pergelaran ini.
Selain pembacaan prosa, PSNB juga menghadirkan program pendamping berupa pemutaran arsip sejarah, lokakarya, dokumentasi digital, hingga ruang dialog berupa diskusi publik terkait pementasan Perburuan Pramoedya dari Blora ke Jakarta.
Di samping menerima banyak apresiasi dan pujian saat sesi diskusi, salah satu penonton menyampaikan kekecewaannya terhadap pergelaran ini. Ia mengaku kecewa karena pemilihan adegan yang menurutnya tidak sesuai dengan judul yang dibawakan.
“Saya kecewa, biarin yang lain memuji-muji (pertunjukannya, -red). Menurut saya, bagaimana dasarnya Pram mendeskripsikan Den Hardo bersembunyi, di situlah justru mulanya diberi judul Perburuan. Nah kalau diberi judul Perburuan, di pemilihan (adegan, -red) pementasan ini kurang cocok (karena tidak menampilkan adegan perburuan), karena perburuan yang sesungguhnya itu adalah bagaimana lika-liku susahnya Den Hardo bersembunyi supaya tidak diketahui Jepang,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, “Namun, itu bukan menjadi sesuatu yang cacat dalam pergelaran ini karena itu adalah hak prerogatif seorang sutradara.”
Di sisi lain, Landung Simatupang sebagai penulis naskah sekaligus sutradara mengatakan bahwa tantangan utama dalam produksi pergelaran itu sendiri adalah bagaimana menginterpretasikan teks sastra klasik menjadi pertunjukan yang hidup sekaligus mampu menjangkau audiens masa kini.
“Bagaimana kita bisa menjembatani dunia teks yang kuat seperti novel Perburuan karya Pramoedya yang berlatar di Blora tepat pada saat Proklamasi pada 17 Agustus 1945 dikumandangkan di Jakarta dengan ekspresi panggung yang hidup dan dinamis, itu adalah tantangan sekaligus peluang besar,” ujarnya.
Seperti judulnya, pergelaran Perburuan Pramoedya dari Blora ke Jakarta ini selain diselenggarakan di Blora, juga akan digelar di Jakarta. Pergelaran di Jakarta akan berlangsung di Teater Salihara pada 23 dan 24 Agustus 2025.
Penulis: Lia
Editor: Marricy